Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Risiko Kuliah di International Women University Bandung: Dibikin Minder sampai Dikira Transgender

Halim Mohammad oleh Halim Mohammad
29 Februari 2024
A A
Risiko Kuliah di International Women University Bandung: Dibikin Minder sampai Dikira Transgender

Risiko Kuliah di International Women University Bandung: Dibikin Minder sampai Dikira Transgender (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Saya laki-laki dan saya kuliah di International Women University Bandung. Iya, “women university”!

Sebenarnya keresahan ini sudah bertahun-tahun saya pendam sendirian. Walaupun saya yakin bahwa teman-teman saya yang laki-laki pasti pernah merasakan hal serupa saat menempuh pendidikan di International Women University Bandung.

Fyi, International Women University (IWU) adalah salah satu kampus swasta di Kota Bandung. Universitas ini menjadi universitas pertama di Indonesia yang mengedepankan pendidikan dan pengetahuan tentang gender, wanita, dan feminisme. Sayangnya, belum semua orang tahu seluk-beluk kampus ini, bahkan orang yang tinggal di Bandung sekalipun.

Kembali pada keresahan saya, gimana saya nggak resah coba? Dari namanya, sudah jelas kalau kampus yang satu ini menganduk unsur “women” yang secara harfiah menjurus pada perempuan dan sudah pasti membuat orang-orang berpikir bahwa ini adalah kampus khusus perempuan. Tapi faktanya, saya dan sekian banyak mahasiswa di luar sana berjenis kelamin laki-laki. Bahkan kalau nggak salah, jumlah laki-laki di angkatan saya lebih banyak daripada perempuan.

Sejujurnya saya malas menceritakan hal personal seperti ini. Tapi, berhubung beberapa hari lagi saya akan melangsungkan wisuda setelah 7 tahun kuliah, nggak ada salahnya bercerita sedikit sebelum saya benar-benar melepas titel mahasiswa (tua). Setidaknya, segelintir orang berhak tahu kebenarannya.

Daftar Isi

  • Bukan sampah, tapi sudah biasa dianggap mahasiswa buangan hanya karena kuliah di International Women University Bandung
  • Terpaksa berbohong kalau kuliah di International Women University Bandung
  • Skill over gengsi
  • Mereka start jauh lebih dulu, wajar kalau mereka jauh lebih terkenal maju

Bukan sampah, tapi sudah biasa dianggap mahasiswa buangan hanya karena kuliah di International Women University Bandung

Hal terberat saat menjadi mahasiswa baru ternyata bukanlah mata kuliahnya, melainkan ketidakmampuan untuk mempelajari mata kuliah tersebut di kampus yang diimpikan sedari dulu. Terlebih, sebagaimana mahasiswa dari kampus kecil pada umumnya, saya kerap terhimpit saat tengah berkumpul dengan teman-teman SMA yang kebetulan kuliah di kampus ternama. Belum lagi saat bergabung dalam seminar atau komunitas di luar kampus. Rasanya nggak lengkap kalau mereka belum menodong saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dimaksudkan sebagai candaan tapi jatuhnya malah seperti menyudutkan.

“Memangnya di Bandung ada kampus kayak gitu?”
“International Women University Bandung bukan khusus karyawan, kan?”
“Di sana lulusnya pasti gampang banget, ya?”
“Itu udah ada akreditasinya belum, sih?”

Namun, man of the match-nya adalah saat saya bertemu saudara atau kerabat jauh yang entah kenapa selalu bertingkah layaknya si paling tahu segalanya. Khususnya soal pendidikan.

“Oh, di Bandung. Kenapa nggak di Unpad atau UPI aja? Masuknya susah, ya?”
“Kalau swasta sih Telkom sama Unikom katanya bagus. Kenapa nggak nyoba daftar ke sana?”

Ironisnya, kebanyakan dari mereka yang ngomong bahkan nggak mengenyam pendidikan setinggi saya. Tapi, pemahaman mereka soal pendidikan seolah melebihi Menteri Pendidikan. Dan untuk kasus yang satu ini saya memilih lebih banyak diam. Sebab kalau saya bicara, hubungan persaudaraan kami pasti langsung berantakan.

Terpaksa berbohong kalau kuliah di International Women University Bandung

Hal yang nggak kalah menjengkelkan saat orang-orang tahu bahwa saya adalah mahasiswa International Women University Bandung adalah munculnya tuntutan untuk menjelaskan sejarah berdirinya kampus hingga alasan kenapa saya bisa berakhir di sana.

“Kenapa women, sih?” Ini adalah contoh pertanyaan template yang sudah pasti ditanyakan orang-orang. Sebuah pertanyaan singkat yang kalau saya jawab akan melahirkan seribu pertanyaan baru yang jelas-jelas terlalu membosankan untuk dijawab. Lebih membosankan lagi kalau yang menanyakan pertanyaan itu adalah kenalan baru atau driver ojol sok asyik yang kebetulan jasanya saya gunakan hampir setiap hari.

Basa-basi pertama pasti diawali dengan pertanyaan saya kuliah di mana. Saat saya menjawab International Women University Bandung, pertanyaan selanjutnya adalah soal lokasi kampus, dengan catatan mereka nggak bingung. Tapi apesnya, pernah ada dua atau tiga orang driver yang mengira saya seorang transgender begitu tahu bahwa saya kuliah di International Women University.

Mungkin para driver ojol itu memang sedang bercanda. Tapi, dari dulu saya kerap mengalami trust issue pada seseorang. Hingga akhirnya setiap kali driver ojol menanyakan saya kuliah di mana, saya pun menjawab bahwa saya kuliah di Unikom atau UPI dengan jurusan bla bla bla. Dan sudah bisa ditebak, pertanyaan seputar kuliah berakhir saat itu juga.

Perlakuan seperti di atas kadang masih saya rasakan sampai sekarang. Bedanya, sekarang saya sudah nggak terlalu peduli, bahkan tak jarang ikut menertawakan reaksi orang-orang yang baru tahu kalau ada kampus berunsur “women” yang ternyata nggak dikhususkan untuk women. Mungkin di tahun pertama saya masih dipenuhi ambisi dan cenderung baperan, tapi semua itu berubah saat saya mulai magang.

Skill over gengsi

Semakin lama menempuh pendidikan, saya semakin menyadari bahwa kuliah di International Women University Bandung bukan hal yang perlu saya sesali. Sebab, nggak semua mahasiswa di Indonesia memiliki privilese untuk mempelajari komunikasi gender yang kebetulan menjadi mata kuliah wajib semua jurusan di kampus saya.

Selain itu, nggak semua mahasiswa di Indonesia bisa belajar bahasa Korea selama 4 semester karena kebetulan IWU memiliki kerja sama internasional dengan beberapa kampus di Korea Selatan. Bahkan saat konsep titip absen ramai dilakukan teman-teman saya yang katanya kuliah di kampus negeri ternama, saya nggak punya alasan untuk nggak menjadi murid teladan karena saat itu di kelas saya isinya hanya 10 mahasiswa.

Akan tetapi yang benar-benar membuat saya nggak merasa minder lagi kuliah di International Women University Bandung adalah saat menjalani PKL. Pengalaman PKL di salah satu perusahaan media daring di Kota Bandung sebagai bagian dari tim Marketing Communication adalah pengalaman yang membuat saya akhirnya percaya bahwa skill jauh lebih penting daripada gengsi.

Pengalaman itu pula yang kemudian membuat saya makin percaya diri untuk mencoba banyak hal baru. Salah satunya melamar sebagai digital advertiser di salah satu perusahaan swasta di Kota Bandung. Percaya atau nggak, saya berhasil menyingkirkan 29 orang lainnya padahal sebagian dari mereka sudah punya pengalaman kerja dan lulusan kampus ternama. Sementara saya masih berstatus mahasiswa semester 6 di kampus biasa saja yang bahkan belum memiliki pengalaman kerja.

Mereka start jauh lebih dulu, wajar kalau mereka jauh lebih terkenal maju

Saya termasuk orang yang cukup setuju dengan istilah “masa depan ada di tangan kita”. Tapi, nggak bisa dimungkiri kalau menjadi mahasiswa dari kampus kecil memang butuh perjuangan ekstra. Apalagi saat saya masih tergolong angkatan pemula yang sistem dan fasilitas kampus saya belum sebagus dan selengkap kampus-kampus pada umumnya.

Saya ingat, sekitar 6 tahun lalu, saya mengajak 3 orang teman untuk mendirikan sebuah UKM bernama Tim Redaksi di kampus. Saya masih belum lupa seperti apa perjuangan untuk bisa merealisasikan UKM tersebut. Tapi, mengetahui bahwa UKM yang saya dirikan masih eksis hingga sekarang membuat saya merasa senang dan terharu sekalipun saya sudah pensiun dari sana. Dan saya yakin perasaan seperti ini nggak akan pernah dirasakan orang-orang yang kampusnya memang sudah maju.

Pada akhirnya, satu-satunya hal yang saya sesali adalah perasaan minder yang menggerogoti saya bertahun-tahun lalu. Entah berapa banyak hal yang bisa dieksplorasi kalau dulu saya bisa lebih percaya diri. Harusnya saya paham sampai kapan pun International Women University Bandung nggak bisa disandingkan dengan kampus-kampus ternama tempat teman-teman saya mengenyam pendidikan. Mereka start jauh lebih dulu, wajar kalau mereka jauh lebih terkenal maju.

Penulis: Halim Mohammad
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Mahasiswa Bandung yang Kuliah di ITB, UNPAD, UNPAR, UPI, dan UNISBA Punya Ciri Masing-masing.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 Februari 2024 oleh

Tags: BandungInternational Women University BandungKampuskampus swastaMahasiswauniversitas
Halim Mohammad

Halim Mohammad

Masih bercita-cita jadi Power Ranger Hijau sampai sekarang.

ArtikelTerkait

10 Jurnal Ilmiah Gratisan yang Dibutuhkan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Terminal Mojok

10 Jurnal Ilmiah Gratisan yang Dibutuhkan Mahasiswa Ilmu Komunikasi

8 Januari 2023
3 Tempat di Bandung yang Jarang Didatangi Orang Bandung Asli terminal mojok.co

3 Tempat di Bandung yang Jarang Didatangi Orang Bandung Asli

26 Desember 2021
Tak Perlu Berlebihan Romantisisasi KKN, Bukan Ajang Cari Jodoh apalagi Simulasi Rumah Tangga

Tak Perlu Berlebihan Diromantisisasi, KKN Bukan Ajang Cari Jodoh apalagi Simulasi Rumah Tangga

21 Juli 2024
tukang pangkas rambut

Tukang Pangkas Rambut Berpenghasilan 45 Juta Tiap Bulan: Makanya Jangan Suka Menyepelekan Pekerjaan Orang

8 Agustus 2019
Kampus UMY, Alternatif Tepat buat yang Gagal SBMPTN

Kampus UMY, Alternatif Tepat untuk yang Gagal SBMPTN

13 April 2020
Divisi Acara Pantas Dinobatkan sebagai Kasta Tertinggi dalam Kepanitiaan organisasi kampus terminal mojok.co

Mahasiswa yang Protes Minta Nilai Tinggi Melulu, Coba deh Ngaca Dulu

8 Juli 2020
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Kekerasan di Pondok Pesantren Ditutupi Lagi, Sudah Saatnya Feodalisme di Pesantren Dibasmi, Sudah Saatnya Santri Kritis! penganiayaan di pondok pesantrenPondok Pesantren Tahfidz Al-Hanifiyah

Kekerasan di Pondok Pesantren Ditutupi Lagi, Sudah Saatnya Feodalisme di Pesantren Dibasmi, Sudah Saatnya Santri Kritis!

Kurikulum Merdeka Belajar Membunuh Pramuka? (Unsplash)

Kurikulum Merdeka Membunuh Pramuka?

4 Makanan Khas Malang yang Jarang Direkomendasikan Warga Lokal kepada Wisatawan

4 Makanan Khas Malang yang Jarang Direkomendasikan Warga Lokal kepada Wisatawan

Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Julukan Kota Sejuta Bunga Masih Pantas Disematkan pada Magelang, tapi Ada Syaratnya

Julukan “Kota Sejuta Bunga” Masih Pantas Disematkan pada Magelang, tapi Ada Syaratnya

18 Juni 2025
Ormek Adalah Kumpulan Mahasiswa Gila Hormat yang Sebaiknya Diwaspadai Mojok.co

Ormek Lebih Cocok Disebut Kumpulan Mahasiswa Haus Pujian daripada Organisasi Mahasiswa

18 Juni 2025
Jangan Terlalu Bangga Bisa Masuk PTN Top karena yang Penting Perjuangan Lulus dari Sana dan Nggak Berhenti di Tengah Jalan

Jangan Terlalu Bangga Bisa Masuk PTN Top karena yang Penting Perjuangan Lulus dari Sana dan Nggak Berhenti di Tengah Jalan

19 Juni 2025
Vega R, Motor Yamaha Paling Bersahaja. Cerminan Hidup Stabil, Hemat, Nggak Banyak Drama

Vega R, Motor Yamaha Paling Bersahaja. Cerminan Hidup Stabil, Hemat, dan Nggak Banyak Drama

20 Juni 2025
5 Barang yang Bikin Indomaret Lebih Unggul daripada Warung Madura yang Buka 24 Jam

5 Barang yang Bikin Indomaret Lebih Unggul daripada Warung Madura yang Buka 24 Jam

18 Juni 2025
Jalan Terjal Jadi MUA: Harus Serba Bisa, Kursus Jutaan Rupiah Nggak Cukup Mojok.co

Jalan Terjal Jadi MUA: Harus Serba Bisa, Kursus Jutaan Rupiah Nggak Cukup

19 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Tersesat di ISI Surakarta dan Menjadi Dosen yang Gegar Intelektual tapi Kini Menikmati dan Jatuh Cinta kepada Solo
  • Sarjana Gaji Kecil Ngaku Bergaji Rp10 Juta buat Pamer ke Tetangga, Berujung Jadi Tempat Ngutang padahal Tak Punya Uang
  • Bisa Kuliah UGM karena Perjuangan Ibu, Bertekad Buktikan Kesuksesan ke Ayah yang Pergi Tinggalkan Keluarga
  • Pertama Kali Dapat Kerja di Jogja sambil Kuliah, Kaget Bisa Dapat Cuan Senilai Perusahaan Besar di Amerika Serikat
  • Menikah dengan Anggota Pencak Silat Penuh Atraksi, Niat Ekspresikan Kebanggaan Malah Dicap Jamet
  • Seorang Ayah yang Menolak Tawaran Tiga Klub Sepak Bola yang Ingin Meminang Anak Perempuannya

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.