• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Home Artikel

Sebetulnya Kuliah di Sekolah Kedinasan Bukanlah Hal yang Patut Dibanggakan

Rezky Yayang Yakhamid oleh Rezky Yayang Yakhamid
7 April 2020
A A
belajar dari rumah wfh orang tua anak mojok.co wabah corona Sebetulnya Kuliah di Sekolah Kedinasan Bukanlah Hal yang Patut Dibanggakan

belajar dari rumah wfh orang tua anak mojok.co wabah corona Sebetulnya Kuliah di Sekolah Kedinasan Bukanlah Hal yang Patut Dibanggakan

Share on FacebookShare on Twitter

Perguruan Tinggi Kedinasan (PTK) atau lazimnya disebut Sekolah Kedinasan adalah perguruan tinggi yang dikelola oleh kementerian, lembaga, atau badan secara mandiri di luar Kemendikbud, tapi tetap terintegrasi dan di bawah pengawasannya. Jika Anda mengira saya akan membahas hal-hal yang enak dari PTK, lebih baik Anda menuju artikel saya sebelumnya. Pada artikel tersebut saya mencoba membeberkan beberapa jawaban dari pertanyaan, “Kenapa sih kalian harus masuk sekolah kedinasan?” yang artinya pada artikel tersebut saya tidak akan bicara tentang kekurangannya.

Seperti yang kita tahu, semua hal di bumi—termasuk dirimu, pastilah memiliki kekurangan di setiap kelebihan. Begitu pula sekolah kedinasan yang kelihatannya enak—gratis, dapat tunjangan, asrama, makan, seragam, kerjaan yang nggak rawan PHK. Namun bukanlah perguruan tinggi kalau tidak punya kekurangan—melainkan Tuhan Yang Maha Esa. Berikut merupakan beberapa jawaban dari pertanyaan, “Kenapa sih, perlu pertimbangan lebih dalam kalau mau masuk sekolah kedinasan?” Atau pertanyaan yang lebih jelas mengungkapkan, “Kenapa sih, aku mending nggak masuk sekolah kedinasan?”

Daftar Isi

  • Satu: Fasilitas pas-pasan dan cenderung minim
  • Dua: Kalah saing dengan PTN
  • Tiga: Perguruan tinggi kasta kedua, peringkat masih rendah
  • Empat: Tes masuknya gampang—pesaingnya yang banyak

Satu: Fasilitas pas-pasan dan cenderung minim

Mungkin, yang dimaksud minim di sini adalah tidak semegah yang ada di PTN. Pada umumnya, PTN memang memiliki space lahan yang begitu luas. Maka tak jarang di dalam suatu universitas terdapat tugu ikonik, danau, sampai hutan kota. Rumah sakit besar serta masjid yang megah dan ramai dikunjungi masyarakat juga biasanya ada di universitas-universitas ternama.


Sedangkan di sebagian besar PTK, tidak memiliki fasilitas-fasilitas yang boleh dikatakan cukup berlebihan untuk standar PTK—yang paling-paling cuma punya satu dua jurusan. Seperti rumah sakit, yang mungkin nggak akan pernah kalian jumpai, paling-paling hanya sebatas Poliklinik—yang obatnya cuma ada Paracetamol. Begitu pula masjid yang megah dan ramai dikunjungi, hutan kota, danau, mungkin menjadi sesuatu yang begitu sangat jarang ada di sekolah kedinasan. Namun begitu, saya tidak akan mensuuzani pimpinan PT yang hemat-hemat dana operasional, tapi bukankah memang sesuatu yang sangat mubazir ketika dibangun fasilitas mewah dan lengkap dengan jumlah mahasiswa yang paling cuma dua ribuan? Lagi pula tentu PTK akan kalah saing dengan PTN yang sumber biayanya bisa dari mana saja, termasuk duit mahasiswa melalui UKT maupun uang sumbangan jalur mandiri.

Dua: Kalah saing dengan PTN

Jika kalian ingin punya martabat tinggi ketika ditanya “kuliah di mana?” mungkin kalian akan lebih cocok jika masuk PTN saja. Jawab saja dengan lantang, “UI, kedokteran” atau “ITB, FTTM” pasti yang tanya-tanya entah kerabat atau keluarga langsung akan tutup mulut. Ya, selain universitas-universitas tersebut sudah terlanjur terkenal dari zamannya Presiden Soekarno, jurusan yang diambil juga bisa membuat orang diam seketika. Misalnya saja Kedokteran, masuknya susah, kuliahnya susah, kerjanya susah—lawan Corona! Duitnya? Wih, jangan ditanya, tinggal sebut, Gan!

Beda urusan ketika masuk PTK. Pasalnya, kalian seakan-akan secara tidak tertulis dibaiat untuk menyebarkan informasi berkaitan dengan PTK tersebut, dengan kata lain jadi agen sosialisasi. Sebut saja saya yang hampir dua tahun terakhir mendapat pertanyaan “kuliah di mana?” dari kerabat. Bukannya nggak mau menjawab dan bukannya tidak bangga menjadi bagian dari STIS, tapi setiap kali saya menjawab “STIS” mereka akan melanjutkan pertanyaan “itu apa?” Pada akhirnya, terpaksa saya melakukan sosialisasi seperti agen Posyandu. Tentu akan berbeda ketika saya berkuliah di UI misalnya, yang sebelum saya menjelaskan mereka sudah memuji, “Pinter ya, bisa kuliah di UI.”

Tiga: Perguruan tinggi kasta kedua, peringkat masih rendah

Selain fasilitas yang minim dan nama yang kurang melegenda, sekolah kedinasan juga bisa dianalogikan dengan perguruan tinggi kasta kedua atau tim kuda hitam. Secara keilmuan, mungkin saja tidak lebih hebat dan canggih seperti PTN legendaris. Hal ini dibuktikan bahwa sejatinya tujuan dari diadakannya program pendidikan PTK sejatinya adalah untuk input SDM yang baru agar lebih berkualitas—seperti pusdiklat, bukan menekankan pada keilmuan.

Di sisi lain beberapa pertimbangan menjadikan PTK ramai pendaftar tiap tahunnya seperti yang saya jelaskan pada artikel sebelumnya. Hal ini kemudian menjadikan pro-kontra biasanya orang tua dan anak, karena di PTN si anak akan lebih leluasa memilih jurusan yang disukainya sedangkan di PTK hanya itu-itu saja. Maka dengan berat hati, si anak pastilah menurut apa kata orang tua dengan tetap menjalankan SBMPTN di universitas impiannya. Output-nya, PTK masih bisa bersaing ketat dengan PTN saat ini walau biasanya dalam keterpaksaan orang tua.

Secara dejure, PTK memang tidaklah lebih baik dari PTN dari penilaian beberapa indikator yang biasanya dikeluarkan secara berkala oleh beberapa lembaga. Misalnya saja Pemeringkatan PT yang dilakukan Dikti, beberapa kali PTK tidak ada dalam daftar top 500. Apakah mungkin PTK dikecualikan dalam pemeringkatan? Dalam kesempatan lain di beberapa pemeringkatan, PTK juga masih jauh di bawah PTN, bahkan beberapa tidak ada dalam daftar. Fakta lainnya, beberapa program studi maupun instansinya sendiri masih tergolong baru dan belum berakreditasi, atau paling banter kebanyakan hanya tembus sampai akreditasi B.

Empat: Tes masuknya gampang—pesaingnya yang banyak

Mungkin di antara pembaca, khususnya kelas 12 yang sedang merasakan indahnya belajar buat UTBK merasakannya. Seperti yang kita tahu, UTBK-SBMPTN atau ujian mandiri sebagai jalur masuk dengan ujian seleksi mengharuskan kita menguasai berbagai mata pelajaran rumpun yang ingin dimasuki, Saintek atau Soshum. Sebagai contoh, saya yang pada awalnya akan mengikuti SBMPTN Saintek (walau akhirnya urung ikut), harus belajar Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi selain kemampuan dasar akademis TPA. Semua tes itu harus dilewati meskipun kita hanya mau masuk program studi Matematika saja misalnya.

Dibandingkan dengan tes masuk PTN, tes masuk PTK sedikit lebih mudah. Biasanya, hanya terdiri dari tes-tes kemampuan dasar yang tidak lebih sulit dari Fisika dan Kimia seperti TPA, TBI, dan Psikotes saja. Namun begitu, ketika soal seleksi masuknya mudah, menurut hukum permintaan dan penawaran ekonomi akan berdampak dengan naiknya jumlah pendaftar dan akan menaikkan tingkat keketatan. Alhasil, biasanya PTK lebih ketat masuknya daripada PTN walaupun tesnya lebih mudah.

Beberapa alasan tersebut membuat Camaba biasanya lebih sreg untuk memilih PTN dibandingkan PTK. Di lain kesempatan, mungkin saya akan melanjutkan artikel ini dengan alasan lain, kenapa kuliah di sekolah kedinasan bukanlah hal yang dapat dibanggakan, walau aman sejahtera hidupnya~

BACA JUGA Perkenalkan, Ini Jurusan Statistika yang Sering Disangka Bakal Jadi Tukang Sensus atau tulisan Rezky Yayang Yakhamid lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 April 2020 oleh

Tags: ptnsekolah kedinasanSTIS

Mengikuti Newsletter

* Wajib Diisi
Rezky Yayang Yakhamid

Rezky Yayang Yakhamid

Mahasiswa D4 Statistika, Politeknik Statistika STIS

Artikel Lainnya

5 Pose Foto Mahasiswa Sekolah Kedinasan yang Sering Muncul di Medsos Terminal Mojok.co

5 Pose Foto Mahasiswa Sekolah Kedinasan yang Sering Muncul di Medsos

11 Maret 2022
Nggak Usah Sedih, Jadi Mahasiswa PTN Tak Harus Melalui Jalur SNMPTN terminal mojok

Nggak Usah Sedih, Jadi Mahasiswa PTN Tak Harus Melalui Jalur SNMPTN

25 Maret 2021
IPDN ospek sekolah dinas sekolah kedinasan mojok.co

3 Stereotip Kampus Lain terhadap Sekolah Kedinasan

29 Juni 2020
IPDN ospek sekolah dinas sekolah kedinasan mojok.co

Konsekuensi yang Harus Kalian Tahu jika Kalian Daftar Sekolah Kedinasan

15 Juni 2020
sekolah kedinasan selain stan stis mojok

STAN Tutup Pendaftaran 2020? Tenang, Masih Ada Puluhan Sekolah Kedinasan Lain

13 Mei 2020
sekolah kedinasan

Saya Anak STIS dan Beginilah Enaknya Masuk Sekolah Kedinasan

18 Maret 2020
Pos Selanjutnya
Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Kritik buat Kader Organisasi Ekstra Kampus yang Ngerasa Kalah Pamor sama Komunitas

Terpopuler Sepekan

5 Minuman Meresahkan yang Dijual di Indomaret Terminal Mojok
Kuliner

5 Minuman Meresahkan yang Ada di Indomaret

oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
4 Agustus 2022

Bikin hati ini resah~

Baca selengkapnya
Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink Terminal Mojok.co

Soal Meresahkan, Kinder Joy Ternyata Nggak Seberapa Dibanding Pororo Drink

23 Mei 2022
Purwokerto, Purwakarta, Purworejo- Dilema karena Sebuah Nama (Unsplash.com)

Purwokerto, Purwakarta, Purworejo: Dilema karena Sebuah Nama

8 Agustus 2022
belajar dari rumah wfh orang tua anak mojok.co wabah corona Sebetulnya Kuliah di Sekolah Kedinasan Bukanlah Hal yang Patut Dibanggakan

Sebetulnya Kuliah di Sekolah Kedinasan Bukanlah Hal yang Patut Dibanggakan

7 April 2020
5 Kombinasi Mi Instan Paling Enak yang Pernah Saya Cicipi Terminal Mojok

5 Kombinasi Mi Instan Paling Enak yang Pernah Saya Cicipi

9 Agustus 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=-mobv49WnRE&t=1s

Subscribe Newsletter

* indicates required

Satu klik, terbuka nalar kritis.... Satu klik, terbuka nalar kritis....
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .