Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Sebelum dapat Label Minat Baca Rendah, Orang Indonesia Pernah Sangat Gila Membaca

Moh Rivaldi Abdul oleh Moh Rivaldi Abdul
12 Maret 2020
A A
minat baca orang indonesia

Sebelum dapat Label Minat Baca Rendah, Orang Indonesia Pernah Sangat Gila Membaca

Share on FacebookShare on Twitter

Katanya minat baca masyarakat Indonesia itu rendah. Saya nggak tahu standar apa yang digunakan untuk mengetahui minat baca suatu negara. Yang jelas, kata UNESCO, persentasi minat baca orang Indonesia itu hanya 0,001% saja. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang saja yang punya minat baca tinggi. Ini sih bukan minat baca rendah lagi, tapi emang nggak punya minat membaca sama sekali, hadehhh.

Saya jadi ingat kalau saya pernah ikut sebuah kajian di kampus saya yang pematerinya ngomong kalau minat baca orang Indonesia itu tidak rendah. Sebenarnya, minat baca orang Indonesia itu tinggi, hanya saja, kualitas bacaannya yang rendah. Katanya, orang Indonesia suka kok membaca, tapi ya baca status di media sosial, bukan buku, apalagi jurnal ilmiah internasional.

Si pemateri nggak salah sih, kan baca status juga membaca, tapi ya mana bisa status media sosial jadi informasi yang baik karena jarang sekali orang bikin status yang isinya data-data penting. Padahal kan, untuk bisa berargumen, harusnya ada data yang ditunjukan. Tapi yaudah lah, pusing saya mikirinnya.

Daripada ngomongin orang-orang yang tidak suka baca—atau asumsi orang lain tentang minat baca, mending kita bahas tokoh-tokoh Indonesia yang sangat menggilai membaca.

Biar apa?

Ya biar bukan yang surem-suremnya aja yang kita tahu wqwq. Seenggaknya kita jadi tahu kalau pemikir-pemikir hebat bangsa kita bisa seperti itu karena dia gila membaca. Jadi, kalau kamu mau gila eh mau hebat kayak mereka, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Membaca!

Sejarah sebenarnya banyak menuliskan orang-orang Indonesia yang sangat gila membaca. Buya Hamka misalnya, beliau dikenal menghabiskan waktu kanak-kanaknya dengan membaca di perpustakaan ketika anak-anak lain seumurnya lebih suka bermain. Aduh isin saya, saya aja yang sudah jadi mahasiswa lebih banyak main-mainnya daripada membacanya.

Dari buku yang ditulis oleh Irfan Hamka–anaknya Buya Hamka–yang berjudul “Ayahku”, kegilaannya dalam membaca membuat Buya Hamka juga (((menelurkan))) banyak karya tulis yang jumlahnya sekitar 118 buku! Edyan, kok bisa banyak gitu??? Mana buku-buku tulisan beliau itu berat-berat dan referensinya banyak lagi.

Baca Juga:

Kediri yang Lupa Ingatan: Tingkat Kegemaran Membaca Rendah, padahal Sejarah Kediri Erat dengan Literasi

Pengalaman Kawan Saya Mengajar Siswa SMP yang Belum Bisa Baca: Bukannya Dapat Hadiah, Malah Mengundang Masalah

Kalau mau hitung-hitungan, sebut saja satu buku bisa ditulis dengan minimal membaca setidaknya 50 referensi (tentu saja bisa lebih banyak lagi) artinya, Buya Hamka membaca sebanyak 118 x 50 = 5.900 buku untuk bisa menghasilkan karya-karyanya tersebut.

Apakah cuma Buya Hamka yang gila membaca? Tidak, masih banyak, sangat banyak tokoh-tokoh bangsa Indonesia yang “gila” baca. Masih ada Bung Karno, Bung Hatta, Pram, Tan Malaka dan tokoh lain-lainnya. Mereka bahkan dalam gelap gulitanya penjara dan sunyi senyapnya pengasingan masih tetap bisa meluangkan waktu membaca dan menulis. Ada juga tokoh-tokoh generasi setelahnya seperti Gus Dur, Quraish Shihab, dan aktivis-aktivis muda Indonesia seperti Soe Hok Gie.

Orang Indonesia di masa lalu saya pikir punya minat baca yang sangat tinggi, bahkan jauh di luar akal sehat manusia biasa lainnya. Dari kegilaan mereka membaca inilah lahir gagasan-gagasan penting tentang berkehidupan yang baik dan bernegara. Pemimpin dan pejabat publik di masa lalu terkenal juga sebagai seorang pemikir ulung—bahkan bukan juga pemikir tapi jadi seorang penyair.

Jauh berbeda dengan orang Indonesia di masa sekarang. Coba siapa coba sekarang pemimpin dan pejabat publik yang suka membaca, menulis, dan menjadi seorang pemikir? Nggak kepikiran siapa-siapa kan?

BACA JUGA Pejabat Kita (Pernah) Anti Korupsi, Anti Kepentingan dan Punya Standar Moral Tinggi atau tulisan Moh Rivaldi Abdul lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Maret 2020 oleh

Tags: Literasiminat baca orang indonesiaminat baca rendah
Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo.

ArtikelTerkait

Pengalaman Kawan Saya Mengajar Siswa SMP yang Belum Bisa Baca: Bukannya Dapat Hadiah, Malah Mengundang Masalah

Pengalaman Kawan Saya Mengajar Siswa SMP yang Belum Bisa Baca: Bukannya Dapat Hadiah, Malah Mengundang Masalah

9 Agustus 2024
Rendahnya Minat Baca Masyarakat Indonesia Itu Bukan Hoax, Saya Jadi Korbannya!

Rendahnya Minat Baca Masyarakat Indonesia Itu Bukan Hoax, Saya Jadi Korbannya!

20 Desember 2019
membaca

Katanya Minim Membaca, Tapi Merasa Mengetahui Segalanya

20 September 2019
Cara Mengikhlaskan Buku yang Telah Dimaling Orang-orang Laknat mojok.co/terminal

Cara Mengikhlaskan Buku yang Telah Dimaling Orang-orang Laknat

9 Maret 2021
hukum memfotokopi buku

Halo, Pak Dosen, Apa Hukum Memfotokopi Buku Untuk Kegiatan Akademik Ya?

21 September 2019
gerakan literasi

Gerakan Literasi Jangan Sebatas Gaya-Gayaan

21 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

3 Alasan Soto Tegal Susah Disukai Pendatang

30 November 2025
8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah (Unsplash)

8 Alasan Kebumen Pantas Jadi Kiblat Slow Living di Jawa Tengah

3 Desember 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025
Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.