ADVERTISEMENT
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Pejabat Kita (Pernah) Anti Korupsi, Anti Kepentingan dan Punya Standar Moral Tinggi

Dandhy Dwi Laksono oleh Dandhy Dwi Laksono
19 September 2019
A A
pejabat
Share on FacebookShare on Twitter

Hari-hari ini adalah saat yang tepat untuk mengingat kembali, bahwa kita sebagai bangsa pernah punya standar moral yang tinggi dalam menghindari konflik kepentingan dan korupsi di kalangan pejabat publik.

Rahmi Hatta pernah bercerita, tahun 1970-an, Gubernur Ali Sadikin ingin membantu biaya listrik rumah Bung Hatta di Jalan Diponegoro, Jakarta. Tapi Ali Sadikin khawatir Bung Hatta menolak. Lalu ia membuat narasi Bung Hatta sebagai “Warga Teladan” sehingga bebas biaya listrik.

Kisah lain yang kerap kita dengar adalah bagaimana Bung Hatta melarang keras trio Meutia, Gemala, dan Halida menggunakan mobil dinas, untuk keperluan keluarga seperti antar jemput dari rumah Jalan Proklamasi ke tempat peristirahatan keluarga di Mega Mendung.

Meutia Hatta juga bercerita tentang tabungan ibunya yang jeblok gara-gara sanering. Uang dipotong dua, yang satu berlaku nilai separuhnya, yang satu disimpan dan dicairkan 30 tahun kemudian.

“Kalau aku kasih tahu kamu, nanti kamu kasih tahu ibumu, dan seterusnya,” kata Bung Hatta

Putri mantan Gubernur Bank Indonesia, Syafruddin Prawiranegara bercerita, saat pemotongan uang kertas (sanering alias “Gunting Syafruddin”) tahun 1950, keluarganya juga tidak diberi tahu. Nilai harta mereka tinggal separuh.

“Masa hanya rakyat yang kena,” ujar Syaf ke keluarganya

Sebagai Menteri Keuangan dan dua kali menjabat Gubernur Bank Indonesia, Syafruddin Prawiranegara tak pernah menerima tamu urusan partai (Masyumi) di kantor. Ia pernah menolak bonus hasil nasionalisasi perusahaan Belanda dengan alasan “Kita kan sudah menerima gaji dari negara.”

Hasnah Faizah, putri mantan Perdana Menteri Muhammad Natsir bercerita tentang pakaian-pakaian ayahnya yang lusuh dan sobek, namun dijahit sendiri, menolak menempat rumah di Pondok Indah, atau langsung menanggalkan mobil dinas di hari ia meletakkan jabatannya.

Image

Ini bukan Jokowi. Ini Jenderal Hoegeng, Kapolri (1968-1971). Gus Dur menyebutnya sebagai salah satu dari tiga polisi yang tidak bisa disuap setelah polisi tidur dan patung polisi. Sebagai Kapolda Sumut, ia pernah mengeluarkan piano dari rumah dinasnya karena dianggap gratifikasi.

Image

“Saya, mbak Rini, dan adik itu tidak pernah boleh menyelenggarakan pesta ulang tahun. Kata, Bapak, ‘orang tidak bisa mendekati saya, tapi akan mendekati dari keluarga dan orang-orang terdekat,’ karena itu kami tidak boleh bikin acara apapun,” kata Aditya Hoegeng, anak keduanya.

Ketika diberhentikan Soeharto sebagai Kapolri karena dianggap tak cocok lagi, keluarga Jenderal Hoegeng bisa menerima, tapi mereka bingung akan tinggal di mana, karena tidak punya rumah, tidak punya mobil. Semua fasilitas milik negara. Ini Ibu Merry Hoegeng, istri beliau.

Image

Aditya ingin masuk tentara, dan Hoegeng tak pernah mau memberikan surat saksi atau memo. Akhirnya ia gagal. Begitu juga saat Rini, kakaknya, mau masuk ITB. “Kalian tes saja yang baik. Kalau diterima berarti kalian memang layak,” kata Aditya menirukan bapaknya.

Demikian, semoga menjadi refleksi kita semua di masa-masa yang murung dan suram ini.

sumber @watchdoc_ID 1. Memoar “Hoegeng” | 2. Memoar “Rahmi Hatta” | 3. Bab Yang Hilang “Negara Kesatuan Rasuah Indonesia” | (*)

BACA JUGA Berkat KPK Saya (Pernah) Merasa Bangga Pada Negara Ini atau tulisan Dandh Laksono lainnya. Follow Twittter Dandhy Laksono

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Oktober 2021 oleh

Tags: anti korupsibung hattapejabat publik
Dandhy Dwi Laksono

Dandhy Dwi Laksono

ArtikelTerkait

Betapa Pentingnya Ilmu Komunikasi buat Pejabat Negara Kita

Betapa Pentingnya Ilmu Komunikasi buat Pejabat Negara Kita

23 Maret 2020
hal yang boleh dilakukan pejabat, hal yang boleh dilakukan pejabatAjang Penghargaan untuk Apresiasi Pejabat Publik yang Hobi Bikin Statement dan Aksi Aneh

Ajang Penghargaan untuk Apresiasi Pejabat Publik yang Hobi Bikin Statement dan Aksi Aneh

25 Februari 2020
Baharuddin Lopa, Jaksa Agung yang Kelewat Jujur dan Sederhana

Baharuddin Lopa, Jaksa Agung yang Kelewat Jujur dan Sederhana

4 November 2019
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
perempuan

Perempuan Cuman Jadi Kanca Wingking itu Gara-Gara Bangsa Eropa!

Kucumbu Tubuh Indahku

Kucumbu Tubuh Indahku: Sempat Ditolak Tetapi Laku di Pasar Internasional

tiga setia gara

Tiga Setia Gara: Bucin dan Toxic Love Relationship

Terpopuler Sepekan

Banyak Tugu di Bangkalan Madura Jadi Tak Bermakna karena Pemerintahnya Tak Bisa Kerja Mojok.co

Bangkalan Madura, Gambaran Nyata Kawasan Metropolitan Paling Gagal, Bukannya Berkembang Malah Makin Timpang

18 Mei 2025
Nganjuk Kota Angin Adalah Julukan Paling Sia-sia, Mending Dihapus Aja Mojok.co

Nganjuk Kota Angin Adalah Julukan Paling Sia-sia, Mending Dihapus Aja

13 Mei 2025
5 Alasan Daun Kemangi Wajib Ada di Setiap Hidangan Pecel Lele

5 Alasan Daun Kemangi Wajib Ada di Setiap Hidangan Pecel Lele

15 Mei 2025
Final Destination Bloodlines Sukses Membangkitkan Kembali Trauma Menahun yang Saya Kubur Dalam-dalam

Final Destination Bloodlines Sukses Membangkitkan Kembali Trauma Menahun yang Saya Kubur Dalam-dalam

16 Mei 2025
3 Rekomendasi Kopi Nescafe Outlet yang Rasanya Juara dan Nggak Bikin Kantong Sengsara Mojok.co

3 Rekomendasi Kopi Nescafe Outlet yang Rasanya Juara dan Nggak Bikin Kantong Sengsara

17 Mei 2025
Alfamart Beli Lawson dari Alfamidi: Lha, Bukannya Mereka Saudaraan? Sebuah Panduan Memahami Hubungan Alfamart, Alfamidi, dan Lawson

Alfamart Beli Lawson dari Alfamidi: Lha, Bukannya Mereka Saudaraan? Sebuah Panduan Memahami Hubungan Alfamart, Alfamidi, dan Lawson

16 Mei 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=Zbmdu5T4vVo

DARI MOJOK

  • Pengunjung Candi Borobudur Capai 100 Ribu Orang Selama Libur Waisak, Ekonomi Daerah Meningkat
  • Sisi Suram Kos Pasutri Jogja, Tetangga Tak Tahu Batasan hingga Jadi Kedok “Hubungan Terlarang”
  • Puluhan Tahun Tinggal di Jagakarsa, Berdamai dengan Hal-hal Menyebalkan di Balik Label “Daerah Ternyaman” Se-Jakarta Selatan
  • Ribuan Warga Kecamatan Kandangan Dibiarkan Menderita Selama 10 Tahun Lebih oleh Temanggung
  • Sulitnya Jadi Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi, Disuruh Servis Laptop hingga Dituduh Hacker
  • Sulitnya Pegawai Pinjol Menjelaskan ke Orang Tua soal Pekerjaannya: Ngaku Kerja di Bank hingga Jadi Sasaran Pinjam Uang Tetangga

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.