Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Saya Tidak Pernah Memilih Lahir di Madura, tapi Kenapa Saya Terus-terusan Dihina? Apakah Salah Jadi Orang Madura?

Aliful Muhlis oleh Aliful Muhlis
11 Agustus 2025
A A
Saya Tidak Pernah Menyesal Terlahir di Madura yang Punya Citra BurukĀ Mojok.co

Saya Tidak Pernah Menyesal Terlahir di Madura yang Punya Citra BurukĀ (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Perkenalkan, saya orang asli Madura yang kini merantau dan bekerja di Surabaya. Hidup di kota besar memberi banyak kesempatan, tapi juga menghadirkan luka yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Luka itu datang bukan dari persaingan kerja atau tekanan hidup, melainkan dari candaan—yang katanya sekadar bercanda—tapi nyatanya seperti pisau yang terus menggores hati.

Sejak pertama bekerja di Surabaya, saya sudah sering menerima ā€œleluconā€ soal Madura. Katanya, orang Madura itu maling besi, begal, curanmor, tukang rusuh alias carok, motor bodong, rokok ilegal, dan berbicara kasar. Awalnya saya mencoba menanggapi dengan senyum atau tawa palsu demi menjaga suasana. Tapi lama-lama, tawa itu terasa seperti memelihara racun yang perlahan menggerogoti harga diri saya.

Pernah, saat perjalanan dinas keluar kota, kami satu mobil melewati sebuah taman yang penuh kursi besi dan pagar besi kecil. Tiba-tiba, seseorang di mobil nyeletuk, ā€œKalau ketemu orang Madura, pasti langsung diambil semua besi itu dan ditimbang.ā€ Saya hanya diam, menatap keluar jendela, mencoba menelan perih yang menyesakkan. Apakah sulit sekali untuk menghargai perasaan orang?

Madurasis

Tidak hanya di dunia nyata, di media sosial pun saya sering menemui hal serupa. Saat ada konten pencurian, pelanggaran lalu lintas, atau keributan, komentar yang muncul sering berbunyi, ā€œBiasa blok M,ā€ atau ā€œPasti wong Mexico,ā€ plesetan untuk orang Madura. Bahkan sebelum fakta terungkap, kesimpulan sudah dijatuhkan: kalau kriminal, pasti Madura. Seakan-akan orang Jawa atau suku lain itu suci dan tak pernah membuat masalah.

Yang lebih mengecewakan, ada juga konten kreator asli Madura yang justru ikut-ikutan membuat lelucon merendahkan sukunya sendiri. Misalnya konten dengan tagar #madurasis, yang menampilkan kekurangan orang Madura sebagai bahan tertawaan. Ketika dikritik, mereka beralasan ingin ā€œmembuat Madura lebih dikenalā€. Padahal, mengenalkan Madura bisa lewat cara lain seperti prestasi, budaya, atau capaian positif, bukan menjual harga diri daerah dan saudara sendiri demi mengejar followers dan jumlah likes.

Ironisnya, diskriminasi ini bahkan terasa di dunia kerja dan pendidikan. Banyak cerita dari saudara atau teman bahwa ketika melamar pekerjaan, begitu HR tahu mereka berasal dari Madura, nada bicara langsung berubah, atau alasan penolakan mendadak muncul. Seolah prestasi, keterampilan, dan pengalaman tidak ada artinya dibanding prasangka yang sudah mengakar. Para mahasiswa dari Madura pun tidak luput dari perlakuan ini. Tak jarang mereka menjadi bahan bully di kampus, baik lewat ucapan langsung maupun candaan yang dibungkus rapi.

Media yang menghancurkan Madura

Media pun ikut berperan memperkuat stigma. Saat pelaku kejahatan adalah orang Madura, berita nyaris selalu menonjolkan suku dan daerah asal yang menyebut ā€œorang maduraā€ā€”di judul, di lead, di caption foto—seolah itu bagian penting yang harus diketahui publik. Tapi ketika para pejabat yang korupsi miliaran bahkan triliunan, yang merampas uang rakyat dalam jumlah tak terbayangkan, labelnya tiba-tiba berubah jadi ā€œoknum pejabatā€ atau ā€œoknum instansi.ā€

Tidak ada penyebutan suku, tidak ada identitas kedaerahan. Seolah kejahatan besar itu netral, tanpa akar budaya, tanpa tempat asal. Mengapa untuk koruptor kita bisa netral, tapi untuk Madura kita selalu frontal?

Baca Juga:

Alasan Belanja di Matahari Mall Tak Cocok bagi Warga Bangkalan Madura

Sederet Keanehan di Balik Bus Trans Bangkalan yang Telah Berhenti Beroperasi

Pola ini membuat saya berpikir: sampai kapan orang Madura yang lurus-lurus saja harus menanggung beban dari citra yang dibentuk sebagian kecil pelaku? Apakah salah saya lahir di Madura? Apakah saya tidak punya hak untuk dianggap sama dengan orang lain?

Diskriminasi yang dibungkus dengan ā€œhumorā€ ini adalah racun yang menular. Ia merembes ke cara orang memandang, menilai, dan memperlakukan. Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya canda. Tapi bagi kami yang menjadi objeknya, ini adalah pengingat bahwa di mata sebagian orang, kami bukan individu yang sama dengan lainnya, tapi kami adalah label keburukan.

Lihat kami sebagai manusia

Saya yakin setiap suku punya cerita baik dan buruk. Setiap daerah melahirkan orang jujur dan penjahat. Tapi menggeneralisasi satu suku hanya dari kasus-kasus negatif adalah ketidakadilan yang nyata. Tidak semua orang Madura maling besi. Tidak semua orang Jawa malaikat. Dunia ini tidak sesederhana itu.

Saya menulis ini bukan untuk mencari simpati, tapi untuk mengajak melihat lebih dalam sebelum melontarkan kata. Bercanda boleh, tapi jangan sampai bercanda jadi alat untuk menanamkan stigma. Media harus berhenti memperlakukan identitas suku sebagai bumbu berita jika itu hanya memperkuat diskriminasi. Kreator konten dari Madura pun perlu berpikir ulang, apakah jumlah likes yang mereka dapat sepadan dengan harga diri daerah dan saudara yang mereka jual.

Kami, orang-orang Madura yang memilih jalan lurus, hanya ingin satu hal: dipandang sebagai manusia seutuhnya, bukan sekadar representasi dari prasangka. Tidak lebih, tidak kurang.

Penulis: Aliful Muhlis
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA 4 Hal yang Dibenci dan Melukai Hati Orang Madura, tapi Sering Dianggap Biasa Saja oleh Banyak Orang

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat caraĀ iniĀ ya.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2025 oleh

Tags: curanmormaduramadura maling besistereotipe orang madurastigma madura
Aliful Muhlis

Aliful Muhlis

Ketua Umum Madura Millenial Institute (MMI).

ArtikelTerkait

7 Hal Biasa tapi Pemkab Bangkalan Madura Nggak Bisa Kasih buat Warga, Bukti kalau Kabupaten Ini Nggak Punya Apa-apa

7 Hal Biasa tapi Pemkab Bangkalan Madura Nggak Bisa Kasih buat Warga, Bukti kalau Kabupaten Ini Nggak Punya Apa-apa

9 Juni 2025
Pengalaman Berkunjung ke Sumenep Madura: Suasananya Mirip Mojokerto di Masa Lalu bangkalan, madura

Pengalaman Berkunjung ke Sumenep Madura: Suasananya Mirip Mojokerto di Masa Lalu

14 Oktober 2024
Mensyukuri Tinggal di Sumenep, Kabupaten Termiskin Ketiga di Jawa Timur

Mensyukuri Tinggal di Sumenep, Kabupaten Termiskin Ketiga di Jawa Timur

26 Juni 2023
Jembatan Suramadu Pusat Segala Pelanggaran Lalu Lintas, Pantas Banyak yang Kapok Melewatinya Mojok.co

Jembatan Suramadu Pusat Segala Pelanggaran Lalu Lintas, Pantas Banyak yang Kapok Melewatinya

1 Februari 2024
Bangkalan Plaza Madura, Mal Kebanggaan Orang Bangkalan yang Hidup Segan, Mati Tak Mau

Bangkalan Plaza Madura, Mal Kebanggaan Orang Bangkalan yang Hidup Segan, Mati Tak Mau

27 Januari 2024
Bukan Lagi Salah Urus, Bangkalan Madura Memang Kabupaten yang Tidak Diurus surabaya

Bukan Lagi Salah Urus, Bangkalan Madura Memang Kabupaten yang Tidak Diurus

3 April 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung Ā 

19 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Lumajang Bikin Sinting. Slow Living? Malah Tambah Pusing (Unsplash)

Lumajang Sangat Tidak Cocok Jadi Tempat Slow Living: Niat Ngilangin Pusing dapatnya Malah Sinting

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat ā€œSuamiā€ bahkan ā€œNyawaā€
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News MojokĀ  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

Ā© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

Ā© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.