Kemarin, ada tulisan tentang dosa penjual gorengan. Sebagai penikmat gorengan, saya setuju sekali dengan tulisan tersebut. Rasanya pengen tak hih kalau nemu penjual gorengan seperti yang ada di tulisan. Meskipun demikian, tidak fair rasanya kalau hanya menguliti dosa-dosa penjualnya saja. Jangan sampai, kita jadi orang yang bisa melihat kuman di seberang lautan, tapi gajah di pelupuk mata tak kelihatan. Maksud saya, orang yang beli gorengan juga banyak kok dosanya.
Kalian tahu apa dosa pembeli gorengan yang paling besar?
Jawabannya adalah, pegang-pegang gorengan, diwolak-walik sak’emohe dengan tujuan milih yang anget dan paling gede. Sialnya, semua-mua gorengan itu dia pegang satu-satu. Alamak! Mending nggak jadi beli akutu daripada harus ambil gorengan yang bekas diemuk-emuk orang~
Daftar Isi
Kebersihan bukan hanya tanggung jawab penjual
Miris, memang. Kita, sering kali gembar-gembor soal betapa pentingnya menjaga kesehatan. Sering pula mengarahkan corong pada penjual, mengingatkan mereka agar jangan jorok. Pun ketika ada tontonan yang menampilkan video proses pembuatan makanan yang menurut radar kita jauh dari kata bersih. Secara otomatis, kita akan ramai-ramai mengadili. Dibilang jorok lah, nggak kasihan dengan pembeli lah, dsb. Padahal, kebersihan bukan hanya tanggung jawab penjual, tapi juga pembeli. Dikata kalau pegang-pegang gorengan dengan tangan kosong itu nggak jorok apa, ya?
Biasanya, yang jarang menggunakan capitan untuk mengambil gorengan adalah penjual sarapan, angkringan, termasuk warung bakso atau soto yang menyediakan gorengan di atas meja. Hayolo, coba cek bakul sarapan, angkringan dan warung bakso langgananmu. Pakai capitan nggak mereka?
Kalau penjual yang menggunakan gerobak sih sudah banyak yang memanfaatkan capitan. Meskipun demikian, ada saja pembeli nggak ada akhlak yang main selonong pilih-pilih sendiri dengan tangan kosong.
Tangan adalah sarang bakteri
Kalian tahu tidak? Berdasarkan data WHO, tangan mengandung bakteri sebanyak 39.000-460.000 CFU per sentimeter kubik. Bahkan, 98 persen penyebaran kuman di tubuh bersumber dari tangan. Wajar sih, sebab anggota tubuh yang satu ini memang selalu bersentuhan dengan banyak hal. Detik ini pegang itu, detik berikutnya sudah pegang yang lain.
Itu sebabnya, saya sungguh sangat mengutuk orang yang dengan tidak tahu malunya pegang-pegang gorengan dengan tangan kosong. Okelah, ketemu gorengan adem dan alot itu nyebelin. Saya setuju dengan hal itu. Tapi, masih jauh lebih nyebelin orang yang emak-emuk gorengan sak’emohe.
Kemudian, setelah saya pikir-pikir lagi, orang yang pegang-pegang dengan tangan kosong ini selain nyebelin juga termasuk orang yang egois. Bagaimana nggak egois? Orang tipe ini, hanya mau yang terbaik bagi dirinya sendiri, tapi abai dengan orang lain. Dalam hal ini, tentu saja kesehatan orang lain.
Hei, ancaman kesehatan di balik perpindahan kuman dari tangan ke gorengan ini nggak main-main, loh. Mulai dari diare, hepatitis, radang tenggorokan, hingga tifus.
Hukuman terbaik bagi tukang emuk-emuk gorengan
Dengan adanya bahaya penyakit yang mengintai dibalik kebiasaan pembeli yang suka emuk-emuk gorengan, sudah saatnya mereka-mereka itu kita beri pelajaran. Kapan waktunya kalian ketemu dengan pembeli tipe ini, tegur saja. Jangan diem-diem bae. Tuman. Peribahasa diam itu emas nggak berlaku dalam persoalan ini.
Kalau masih saja ngeyel dengan bilang tangannya bersih dan sebagainya, sepertinya yang bersangkutan perlu kita beri hukuman supaya jera. Kira-kira, apa ya hukuman terbaik bagi tukang emuk-emuk makanan? Bagaimana kalau kita gentian emuk-emuk mukanya?
Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Resep Membuat Gorengan Kriuk dan Renyah