Belakangan ini sikap saya terhadap makanan yang harganya kelewat murah mulai berubah. Kalau dulu saya suka banget makan di tempat-tempat yang harganya sangat terjangkau. Terlebih ketika masih jadi anak kuliahan, saya cenderung mengutamakan untuk makan di rumah makan murah. Lebih spesifik lagi, yang paling murah, sekali pun jaraknya jauh dari kost.
Sekarang, saya malah ragu-ragu dengan tempat makan yang harganya kelewat murah. Mungkin perubahan sikap ini karena kondisi ekonomi yang membaik. Ditambah tempat domisili saya saat ini di Sulawesi rata-rata harga makanannya lumayan mahal. Jauh berbeda dengan harga makanan di tempat saya kuliah dulu yaitu Semarang, yang masih agak banyak santapan dengan harga terjangkau.
Keraguan saya ini bukan bermaksud menuduh apalagi fitnah. Biar kamu juga nggak berprasangka macem-macem terhadap keraguan saya, izinkan saya menceritakan latar belakang keraguan pribadi terhadap tempat makan yang kelewat murah.
Rasa menu rumah makan murah yang mencurigakan
Dulu, sewaktu masih kuliah, saya sama sekali nggak peduli soal rasa makanan. Asal murah dan nggak kadaluwarsa, saya bakal sikat itu makanan. Mengingat dulu mulut dan perut saya kayak karung rombeng. Apa saja bisa masuk. Makanya, rumah makan murah selalu jadi pilihan saya.
Akan tetapi, sekarang saya sedikit lebih concern terhadap rasa makanan. Daripada saya mengkonsumsi makanan dengan rasa biasa aja apalagi nggak enak di luaran, mending saya masak sendiri di rumah. Sudah jelas sesuai selera serta lebih hemat.
Oke, ini masih debatable, lagian masak di rumah jelas lebih terkontrol, jadi argumennya agak nggak valid. Tapi, yang selanjutnya mungkin bisa lebih masuk akal.
Kualitas bahan baku
Di masa lampau, saya lebih mementingkan kuantitas dan harga makanan ketimbang bahan baku pembuatannya. Buat apa bahan baku makanannya berkualitas, kalau harganya mahal dan kuantitasnya sedikit. Nggak bikin kenyang perut saya. Lagi-lagi, rumah makan murah jadi tujuan utama dan satu-satunya.
Tetapi, kini saya mulai menyadari pentingnya tau bagaimana kualitas makanan yang kita telan. Pasalnya, segala makanan yang masuk ke mulut dapat memengaruhi kesehatan manusia. Ini kita udah kerja lho, badannya diremuk-remuk kerjaan, masak masih dikasih asupan yang bikin remuk juga? Yo ra wangun to.
Kebersihan
Kebersihan merupakan salah satu hal vital dalam dunia kuliner. Ini kebersihan dalam bentuk apa pun ya. Termasuk alat makan, meja makan, sampai tempat cuci tangan atau toiletnya. Basically, seluruh unsur rumah makan wajib bersih. Makanya Gordon Ramsay itu selalu ngamuk jika kebersihan dapur dan bahan makanannya nggak dijaga. Liat aja di Kitchen Nightmares, semua resto yang problematik pasti dapurnya kotor parah.
Sayangnya, tak sedikit oknum penjual makanan kurang memperhatikan kebersihan. Memang kurang resiknya nggak sampai bikin perut saya mules-mules. Cuma makanannya akan terasa lebih higienis dan menggugah selera bila sang pedagang memperhatikan pula kebersihan semua sarana dagangnya. Menu murah nggak bikin kalian malas bersih-bersih kan?
Kenyamanan tempat
Terus terang, kenyamanan tempat bukan prioritas utama yang saya perhatikan. Kendati demikian, banyak pembeli yang memperhatikan betul kenyamanan rumah makan. Kalau bisa malah bukan hanya nyaman saja. Harus instagrammable pula.
Hal seperti ini yang agak kurang dilihat penjual makanan yang harganya kelewat terjangkau. Kadang mereka terlalu selalu fokus pada harga makanan doang. Bukan pada pengalaman makan di sana. Padahal, pengalaman makan yang unik, menyenangkan, dan menarik dapat mendorong pembeli untuk repeat order.
Lagi-lagi, debatable. Bagaimanapun, pembeli nggak akan menuntut banyak pada rumah makan murah. Tapi kalau nyaman juga nggak ada salahnya to?
Baca halaman selanjutnya
Cari untung apa cari pahala sih?