Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Sapa Mantan

Sapa Mantan: Ada Bayangmu di Tiap Jengkal Aspal di Jogja

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
15 Februari 2023
A A
4 Hal yang Bikin Saya Betah Tinggal di Jogja mantan

Jogja malam hari (Shutterstock.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Mantan selalu jadi topik yang indah dan getir di saat bersamaan. Terlebih jika kamu punya mantan di Jogja, kota yang katanya menyinarimu dengan kebahagiaan. Sinar-sinar itu, menghujanimu dengan pedih-pedih tak bertepi. Tapi tak bisa dimungkiri juga, bahwa pedih-pedih tersebut, pernah dibarengi dengan kebahagiaan tak terperi.

Saya pun punya cerita tentang mantan yang bikin setiap jengkal aspal di Jogja terasa begitu melankolis.

Setelah kami berpisah, nyaris setiap jengkal jalanan di Jogja membuat saya teringat padanya. Wanita bertubuh mungil dengan dagu lancip dan hidung bangir yang terus terngiang di kepala. Wanita yang dingin dan sempat membuat hidup ketar-ketir.

Kisah kami adalah kisah cinta jalanan. Berawal dan berakhir di jalan. Seperti banyak jalan di Indonesia, ini kisah yang penuh geronjal.

Semua bermula pada 31 Desember 2018. Jelang pergantian tahun kami keluar malam. Honda Revo tempur yang berwarna hitam dop menjadi saksi, di atas aspal, perasaan ini saya utarakan dengan suara bergetar.

Malam itu, sekiranya pukul sepuluh malam, kami keluar. Saya menjemput di kontrakan tempatnya tinggal. Lalu kami berkeliling jalanan Jogja yang sedang ramai-ramainya. Dari selatan ke utara, timur ke barat, melihat suasana bahagia. Berharap pergantian tahun ini juga membawa kebahagiaan buat kami berdua. Saya sudah merencanakan bahwa pergantian tahun ini akan jadi momen saya mengutarakan cinta.

Tepat tahun berganti, kami melihat nyala kembang api di langit saat sedang berjalan pelan di Ring Road Utara. Cahaya merekah, hati ini semakin deg-degan.

Januari yang menentukan

Sekitar pukul setengah satu pagi, motor saya arahkan ke selatan melalui Jalan Monjali. Inilah jalan yang menjadi saksi bisu momen indah itu. Ikrar cinta saya sedikit tersamarkan suara kendaraan dan angin malam, sehingga perlu diulangi dua kali.

Baca Juga:

Dulu Malu Bilang Orang Kebumen, Sekarang Malah Bangga: Transformasi Kota yang Bikin Kaget

Pengalaman Mengunjungi Tamansari Jogja, Istana Air di Mana Sejarah Kerajaan Berpadu dengan Kehidupan Sosial Masyarakat

“Mungkin kamu tahu, beberapa bulan terakhir aku lagi deketin kamu. Aku suka kamu, mungkin sayang. Mau nggak kalau kita pacaran?”

Dia terdiam. Saya mencoba menengok spion yang sudah saya atur agar bisa melihat ekspresinya. Sial, dia sadar kalau saya perhatikan, lalu memalingkan wajahnya.

“Kamu nggak harus jawab dengan segera,” ujar saya menenangkan.

Ia lalu meminta waktu untuk berpikir sejenak. Sampai kami tiba di halaman kontrakannya, jawaban belum diberikan. Saya pamit beranjak pulang, tapi ia menahan tangan saya. Meminta agar saya menunggu sedikit lebih lama di teras yang remang cahaya.

Kami banyak terdiam. Barangkali sekitar setengah jam, sampai akhirnya jawaban itu terlontar dari mulutnya. Jawaban yang rasanya seperti melongsorkan beban di kepala. Ia menerima pinangan cinta ini dengan malu. Maklum, di usianya yang jelang dua puluh kala itu, ini pertama kalinya ia pacaran.

Cerita cinta yang (luar) biasa

Kami pun jadian. Setelahnya jalanan tetap jadi banyak cerita kami. Aneh memang, tapi wanita ini benar-benar suka minta diajak berkeliling di jalan tanpa arah tujuan yang pasti. Suatu waktu ia ingin diajak naik motor sampai ke Pakem yang dingin itu. Padahal saat itu sudah pukul sepuluh malam. Saya agak malas, tapi demi cinta, dinginnya Jalan Kaliurang bukan penghalang. Naik, lalu turun lagi, tanpa mampir ke mana-mana. Berulang kali.

Naik-turun Jalan Kaliurang malam-malam sudah jadi hal lumrah. Memutari ring road juga kami lakoni bersama. Pernah juga, untuk sekadar mencari pecel lele malam-malam, kami berkendara sampai Kota Magelang. Pulang-pergi lebih dari 80 kilometer untuk sekadar makan hidangan yang nyaris setiap seratus meter ada di Jogja.

Tapi tentu, bukan tujuan yang kami nikmati. Melainkan perjalanan. Melihat keramaian jalan dibalut sensasi percakapan yang tersamarkan suara bising kendaraan, tak pernah membosankan.

Sesekali rutinitas ini membuat saya masuk angin. Tapi masuk angin rasanya tidak seberapa berat, demi melihat senyumnya merekah. Pelukan dari belakang jok Revo, rasanya membuat motor butut 110cc ini tidak kalah dari kendaraan mewah.

Kebiasaan itu terus berlanjut. Sampai motor Revo itu pensiun, saya kembalikan ke kampung halaman untuk dialihkan menjadi motor tempur mengangkut hasil panen salak, sehingga saya berganti kendaraan, kami masih muter-muter tanpa arah.

Ketika mulai sibuk bekerja, kami pun masih sesekali meluangkan waktu melakukan agenda rutin ini. Jarak tempuh kami sesuaikan agar lebih dekat. Saya lebih hati-hati agar terhindar dari masuk angin, karena badan ini sudah memikul lebih banyak tanggungan.

Tiga tahun, delapan bulan

Hubungan ini bertahan tiga tahun delapan bulan. Akhir yang menyedihkan. Berat, tapi berakhirnya hubungan ini tampaknya jalan terbaik baginya dan diri saya.

Kami tidak sadar bahwa mengambah geronjal jalan terlalu banyak menimbulkan banyak dampak. Kami merasa tahan, layaknya Revo saya yang tak pernah limbung menerjang jalan berlubang di Godean. Tapi, ternyata banyak luka yang tertimbun tanpa sadar. Ketika itu meletup, meletuplah dengan letupan yang besar.

Usai kami putus dan jadi mantan, saya sempat memohon dengan sangat agar ia mau diajak berkendara malam sekali lagi. Ada banyak penolakan. Tapi akhirnya ia mau, sekali, untuk terakhir kali. Kami pun berkendara ke utara menelusuri Jalan Kaliurang.

Sepanjang jalan saya menangis. Di belakang ia berwajah dingin. Mungkin tak ingin terlihat lembek di hadapan saya seperti yang selalu ia lakukan. Sesampainya di depan RSJ Grhasia, ia minta berhenti dan putar balik.

“Sudah cukup, sampai sini saja. Aku pengin pulang,” ujarnya, dingin, seperti cuaca malam itu.

Perjalanan ribuan kilometer di jalan raya, hampir empat tahun, berakhir di rute turun dari Kaliurang. Selepas itu, semua tinggal kenangan. Setiap jengkal jalanan, terutama jalan-jalan besar di Jogja, sudah kami lewati berdua. Dari awal jadian, hingga jadi mantan.

Perpisahan ini sempat memunculkan perasaan yang janggal. Saat harus melintasi rute-rute itu seorang sendiri, selalu sendiri. Tapi hidup harus terus berjalan, meninggalkan yang seharusnya. Mantan adalah cerita yang patutnya tetap di awal paragraf kehidupan yang terus bertambah, bukan di akhir. Meski, doa-doa ia jadi orang terakhir tetap mantap dikumandangkan.

Pesanku, semoga senantiasa bahagia, manis. Di mana pun berada dan dengan siapa pun berkendara, jaga keselamatan. Apa pun itu, semoga selalu bahagia.

Penulis: Hammam Izzuddin

Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Pilunya Batal Nikah Gara-gara Perabotan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 15 Februari 2023 oleh

Tags: Jogjakaliurangsapa mantan
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Buruh tulis di Jogja.

ArtikelTerkait

Bangunjiwo Bantul Pusat Klitih Jogja dan Isinya Gondes Berbahaya (Unsplash)

Bangunjiwo Bantul Daerah Memprihatinkan: Pusatnya Klitih Jogja, Isinya Gondes, dan Rawan Kecelakaan tapi Saya Masih Setia untuk Menetap

11 Mei 2024
Orang Demak Culture Shock ketika Merantau ke Jogja, Ternyata Jogja Nggak Sempurna Mojok.co

Orang Demak Culture Shock ketika Merantau ke Jogja, Ternyata Jogja Nggak Sesempurna Itu

2 Mei 2024
Culture Shock Orang Surabaya Meski Sudah Menetap di Jogja (Unsplash.com)

Culture Shock Orang Surabaya Meski Sudah 4 Tahun di Jogja

11 Agustus 2022
Dosa Penjual Gudeg Emperan di Jogja yang Menjebak Pembeli (Shutterstock)

Dosa Penjual Gudeg Emperan di Jogja yang Menjebak Pembeli

25 Juni 2024
Lamongan (Unsplash.com)

Lamongan Tak Butuh Diromantisasi, Apalagi Dibandingin Sama Jogja

23 Juni 2022
Alasan Saya Tetap Ngaku Asli Magelang meski Bisa Ngaku Asli Jogja

Alasan Saya Tetap Ngaku Asli Magelang meski Bisa Ngaku Asli Jogja

4 Februari 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025
Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

17 Desember 2025
Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper
  • Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang
  • Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal
  • Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah
  • Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.