Buat apa, sih, sejahtera? Memangnya warga Jogja sudah siap hidup berkecukupan? Nanti malah kaget. Jatuhnya nggak mau prihatin dan menabung recehan setiap bulan seperti biasanya. Malah foya-foya kayak orang sejahtera baru. Sudah betul kata Sandiaga Uno, kalau Jogja itu butuh sushi salmon mentai, bukan kesejahteraan.
Di Yogyakarta misalnya, kami melihat tingginya angka permintaan untuk menghadirkan destinasi wisata taman air dan wisata kuliner sushi salmon mentai, karena hal ini adalah permintaan wisatawan yang belum terpenuhi.
— Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) January 14, 2023
Sushi salmon mentai. Jujur saja, saya baru tadi malam mendengar ada menu namanya sushi salmon mentai. Ya mohon maaf, sebelum membaca komentar Sandiaga Uno soal wisatawan yang meminta ada taman air dan kuliner sushi salmon mentai, saya baru saja makan malam bersama istri dengan menu bakso. Minumnya air mineral dan es teh. Tambah kerupuk dua biji. Habisnya? 28 ribu rupiah saja.
Jogja selalu butuh sushi salmon mentai
Sushi salmon mentai? Kalau sushi, saya sih kenal. Salmon? Ikan yang enak diolah menjadi beragam menu. Mentai? Nggak, saya nggak tahu itu apa kalau nggak ada bantuan Google.
Iya, maafkan saya yang asli Jogja ini. Saya nggak tahu menu khas Jepang. Jadi, jangan-jangan Sandiaga Uno benar adanya, kami warga Jogja butuh sushi salmon mentai. Biar nggak malu-maluin gitu kalau suatu saat nanti warga Jogja udah sejahtera dan ikut arisan orang-orang kaya dari luar daerah yang menguasai banyak lahan dan bangunan di daerah istimewa aman sentosa ini.
Tunggu dulu, deh. Kira-kira siapa yang dimaksud “wisatawan” oleh Sandiaga Uno? Survei yang sudah dilakukan itu seperti apa? Saya jadi penasaran ada wisatawan, entah asing atau lokal, ditanya kalau ke Jogja pengin nemu apa. Jawabannya: “Gudeg dan ayam Olive itu udah overrated. Saatnya sushi salmon mentai menguasai.” Indah sekali jawabannya.
Kita saja yang nggak (mau) sadar
Ah, tapi itu semua tidak penting. Kalau Sandiaga Uno sudah bawa-bawa investor, semuanya pasti benar. Kamu jangan ngawur dengan melawan argumen si menteri yang sangat memikirkan kesejahteraan investor di sebuah daerah. Kalau Jogja butuh sushi salmon mentai ya sudah itu yang dibutuhkan.
Pariwisata membunuh Jogja kamu bilang? Ah, kamu saja yang aneh. Jogja ora didol? Ah, kamu mengada-ada. Mbok ya sadar, sudah dari dulu sekali Jogja itu mati karena wisata dan daerah istimewa ini sudah terjual tunai secara lancar dan jaya.
Lho, kamu nggak sadar?
Itu banyak hotel tiba-tiba berdiri padahal sudah banyak keluhan soal ketersediaan air tanah. Tapi, nyatanya, ya berdiri saja. Kalau Pak Sultan nggak prihatin dengan masalah yang akan meledak di masa depan, ya sudah berarti nggak ada masalah. Siapa kamu mau protes? Kartu Keluargamu mana!
Jogja itu sudah laku
Wis ket biyen didol. Lihat saja limbah yang mencemari Kali Opak. Sudah begitu saja masih akan didaftarkan menjadi daerah apa gitu ke UNESCO. Jadi, bisa kebayang, kan. Mau hancur kayak apa, ya tetap daerah isti-mewah yang kamu bela ini nyatanya masih terus dijual. Demi apa? Ya demi wisata, to ya.
Kalau dapat status daerah warisan budaya, mau buat apa lagi kalau nggak demi wisata? Kamu pikir kalau diakui UNESCO, semua warga otomatis pakai batik, beskap, jarikan, pakai blangkon, dan tiap harinya naik andong? Ya nggak, lah. Dan tenang, wong cilik warga Jogja nggak bakal kebagian kayak biasanya.
Kita, warga Jogja kan spesialis prihatin. Gaji kecil, prihatin. Ada ancaman klitih tiap malam, solusinya mengubah nama menjadi kejahatan jalanan. Kesenjangan makin besar, kita akan menerimanya dengan lapang dada dan plonga-plongo. Sushi salmon mentai, makan itu ikan mentah yang harganya nggak bisa kamu jangkau.
Oya, untuk taman air, saya mengusulkan Pantai Parangtritis saja kepada Sandiaga Uno, Sang Duta Investor Indonesia. Air jelas sudah ada. Lahan parkir tersedia dan sudah dikelola masyarakat setempat dengan baik. Keamanan? Insyaallah aman, Pak. Siapa yang mau macam-macam di Pantai Parangtritis.
Asyiknya wahana air di Parangtritis
Terus, untuk wahana yang akan disediakan untuk wisatawan, saya sarankan di area setelah bibir Pantai Parangtritis. Nanti wisatawan diwajibkan pakai baju warna hijau. Aktivitasnya loncat dari bataun karang ke tengah Pantai Parangtritis.
Nanti, wisatawan akan dipandu oleh Nyi Blorong dan Buaya Putih untuk menelusuri indahnya kerajaan Ratu Laut Kidul. Bonusnya adalah tawaran untuk tinggal di sana selamanya. Apa sih yang nggak untuk wisatawan? Semua kasih sekalian. Bukankah tuan rumah di Jogja adalah wisatawan? Ahh, kita yang asli Jogja ini jadi batur saja dan ingah-ingin seperti biasanya.
Alangkah indahnya Jogja nanti berkat ide Sandiaga Uno. Kekayaan kuliner akan bertambah berkat sushi salmon mentai. Sementara itu, daerah istimewa untuk turis ini akan punya wahana air. Duh, sudah tidak sabar apa lagi, bagian dari Jogja, yang akan dibuat enak untuk wisatawan sebagai empunya rumah.
Jogja memang sangat istimewa. Saya jadi terharu.
Penulis: Yamadipati Seno
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Jogja Istimewa: Ketika Trotoar Lebih Penting dari Rumah Rakyat