Hubungan asmara Rahmawati Kekeyi Putri Cantikka dan Rio Ramadhan belakangan jadi viral. Kekeyi adalah sesosok beauty vlogger yang tenar karena kreativitasnya membuat tutorial make-up. Di antara dua kreasinya yang populer adalah make-up 25K dan menjadikan balon sebagai alat rias. Sementara Rio Ramadhan… Hmm, siapa ya? Awalnya saya nggak tahu siapa dia. Rupa-rupanya dia seorang artis yang pernah main di beberapa sinetron.
Waktu kali pertama membaca berita soal percintaan mereka, narasi yang saya dapat adalah romantisasi mengenai kisah asmara antara Rio Ramadhan yang konon tampan banget itu dengan Kekeyi yang bertampang biasa-biasa saja. Wow, saya terkejut. Narasi itu tampak menyepelekan sekali kualitas seorang Kekeyi.
Para pengomentar pada takjub dan menyanjung-nyanjung Rio. Kira-kira begini yang mereka tuturkan, “Ihhh, beruntung banget itu ceweknya dapet cowok kayak Rio!”, “Subhanalove sekali ya Rio Ramadhan. Artis, muda, ganteng, kaya, tapi mau jadi pacar Kekeyi. Salut deh.” Atau, “Ah, seperti kisah dalam dongeng saja! Pangeran tampan dengan putri buruk rupa.” Dan beragam komentar sejenis yang cukup menyebalkan lainnya.
Saat mengobrolkan soal ini dengan seseorang, saya mendapatkan perspektif yang berbeda. Ia—seseorang itu—bilang bahwa seharusnya netizen itu biasa saja. Nggak usah lebay gitu memuji Rio Ramadhan. Emangnya dia seganteng apa sih? Sebagai artis pun kurang terkenal. Kenapa jadi pada memuji-muji dia seolah Rio baru saja menarik Kekeyi dari jurang neraka atau kubangan kemiskinan.
Mendengar tuturan teman saya ini, saya jadi membatin, “Iya juga, ya.”
Masyarakat kita kerap terlalu heboh tiap melihat berita-berita semacam itu. Berita tentang cewek yang biasa-biasa saja berpacaran atau menikah dengan cowok ganteng atau sebaliknya. Pada titik ini, penilaian masyarakat terlihat sangat material belaka, memandang suatu hal hanya dari apa yang tampak. Padahal, sepenting apa sih fisik itu? Maksud saya, okelah fisik itu penting, tapi kenapa harus sisi itu saja yang mesti ditonjolkan dan diperbincangkan?
Dalam kasus Kekeyi dan Rio, saya cuma bisa tergelak-gelak sekaligus tersenyum miris mendapati orang-orang yang memosisikan Kekeyi sebagai karakter yang harus banyak bersyukur dan berterimakasih karena mendapat kekasih setampan Rio.
Hellloow? Apa nggak salah itu orang-orang yang berpendapat demikian? Apa mereka buta? Atau nggak pernah buka YouTube? Nggak pernah main medsos dan buka laman berita sampai ketinggalan info soal betapa tenarnya Kekeyi?
Perlu diketahui, sampai tulisan ini saya buat, jumlah subscribers YouTube Kekeyi sudah mencapai angka 462.000 dengan rata-rata penonton tiap video mencapai puluhan bahkan ratusan ribu. Dari sini saja kita dapat mengetahui bahwa Kekeyi bukan sembarang orang. Ia adalah “artis”, bahkan jauh lebih “artis” daripada Rio Ramadhan yang namanya beken justru sejak berhubungan dengan Kekeyi.
Pada zaman ketika “YouTube lebih dari TV” seperti sekarang, teranglah bahwa Kekeyi itu posisinya di atas Rio yang cuma tampil di sinetron.
Maka, ketika ada orang-orang yang menuding Rio hanya pansos alias panjat sosial saat memacari beaty vlogger ini, sesungguhnya itu bukanlah tudingan yang ngawur-ngawur amat, walaupun bukan berarti bisa begitu saja kita benarkan. Boleh jadi kan Rio emang jatuh cinta dan kesemsem sama pesona Kekeyi. Isi hati seseorang nggak ada yang tahu, kan. Saya juga tidak mau mempersoalkan soal ketulusan atau niat sesungguhnya Rio. Biar itu jadi urusan Rio saja.
Yang bikin saya jengah adalah komentar-komentar netizen yang seakan memosisikan hubungan Kekeyi dan Rio sebagai hubungan “seorang lelaki berhati mulia” dengan “seorang perempuan nestapa yang patut dikasihani”. Padahal kan mereka menjalin hubungan percintaan, bukan hubungan kasihan-mengasihani.
Jadi, ketika Rio Ramadhan yang konon ganteng banget itu “kok mau menerima” Kekeyi yang biasa-biasa saja, itu bukanlah sesuatu yang perlu dibangga-banggakan. Lah, apa istimewanya seorang kekasih mencintai kekasihnya sendiri? Memang sudah kewajibannya kok.
Rio Ramadhan baru berhak dipuja-puja kalau pada kemudian hari, misalnya, dia menyuarakan gerakan revolusi hijau atau revolusi sosial bersama Kekeyi. Nah, itu baru keren.
Adapun, kalau sekadar urusan cinta-mencintai itu ya biasa-biasa saja. Nggak perlu dibesar-besarkan amat lah.
BACA JUGA Menanggapi Lamanya Waktu yang Dibutuhkan Wanita Saat Berdandan atau tulisan Erwin Setia lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.