• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Ridwan Kamil, Gubernur Populis yang Malu-Malu Mau Jadi Capres 2024

Ananda Bintang oleh Ananda Bintang
14 Oktober 2020
A A
Ridwan Kamil, Gubernur Populis yang Malu-Malu Mau Jadi Capres 2024 terminal mojok.co

Ridwan Kamil, Gubernur Populis yang Malu-Malu Mau Jadi Capres 2024 terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Perhelatan tahun politik 2024 sebenarnya sudah dimulai dari sekarang. Para politisi berlomba-lomba mencari simpati rakyat melalui apa pun yang dirasa bisa menarik simpati. Lihat saja bagaimana Giring dengan girang menyatakan bahwa dirinya mencalonkan diri sebagai presiden 2024, padahal penentuan capres nggak bisa secepat orang lari karena kebelet berak, eh ini langsung pasang banner aja. Seolah tidak belajar dari kesalahan Cak Imin yang juga pakai strategi politik seperti itu buat nyalon di tahun 2019, eh taunya gagal juga. Soal Ridwan Kamil, nanti bakal kita bahas lebih lanjut.

Suka tidak suka, pandemi ini memang saya pikir punya tendensi untuk dijadikan panggung politik. Manusiawi atau tidak, emang sejauh amatan saya sebagai rakyat jelata, itulah yang terjadi. Tentu hal ini bisa dibuktikan dengan beberapa hal, contohnya saja kok masih ada-adanya media yang berbondong-bondong untuk melakukan survei soal elektabilitas calon-calon yang digadang-gadang bakal nyapres, maksudnya ya nggak sekarang juga gitu, di mana nyawa lebih dipertaruhkan dibanding suara. 

Begitu banyaknya pejabat yang memasang muka atau nama mereka atas bantuan untuk menanggulangi penyebaran Covid-19, memang mereka pikir dengan memasang muka dan nama bisa menangkal penyebaran ya? Ra mashoook. Dan, yang paling menjijikan tentu saja para pejabat yang berlomba “menarik simpati rakyat” dengan dalih “menekan angka penyebaran” melalui embel-embel di sosial media.

Nah, tentu saja yang paling dianggap berhasil “menekan angka penyebaran” adalah Provinsi Jawa Barat. Sebagai seorang warga Bandung yang hampir selalu mengikuti gerak-gerik Ridwan Kamil sebagai gubernur populis Jawa Barat, tindakannya ini memang seolah-olah ada keinginan untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Meski nama beliau nggak masuk dalam survei sebagai orang yang punya potensi nyapres, justru dari sini kelihatan banget usahanya buat nyari simpati. Bahkan yang saya amati, beliau ini udah kelihatan mau banget jadi presiden sejak beliau jadi Wali Kota Bandung. Berikut tanda-tanda yang saya amati.  

Daftar Isi

  • Peci sebagai simbol politik
  • Menarik simpati kaum milenial dengan berbagai gimik
  • Menarik simpati fans K-Pop
  • Menarik simpati buruh dan mahasiswa

Peci sebagai simbol politik

Kita masih ingat ketika Path masih ngetrend di Indonesia, pernah ada suatu hal yang menggelitik dari salah satu penggunanya. Dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika Ke 60, saat Jokowi bertemu dengan Kang Emil di Bandung, muncullah seorang pengguna Path yang bilang bahwa ada turis yang mengira bahwa presiden Indonesia adalah dia yang pakai peci, ganteng, mengenakan kacamata, berwibawa, dan terlihat pintar. Tentu saja hal itu merujuk pada Ridwan Kamil, bukan Jokowi, sebab Jokowi sewaktu itu tidak menggunakan peci.

Hal ini bikin saya heran, kok ya ada turis asing yang beranggapan kayak gitu? Maksudnya sebelum beliau masuk ke Indonesia nih, bukannya selalu ada muka presiden ya? Minimal ya jangan asal bicara gitu loh.

Terlepas dari pemahaman turis yang mungkin emang beneran nggak tahu, ada semacam penggiringan opini publik bahwa yang cocok jadi presiden adalah dia yang selalu menggunakan peci, terlihat pintar, dan berwibawa seperti Kang Emil. Tentu saja ini dibuat-buat untuk meraih simpati rakyat, dan ya, komentarnya lebih banyak mengarah ke sana. Mana ada yang mengaitkan Kang Emil dengan Sukarno, halaaah.

Menarik simpati kaum milenial dengan berbagai gimik

Apa yang pernah dilakukan Jokowi ketika naik motor atau bersepatu sneakers buatan lokal, juga ditiru oleh Ridwan Kamil buat meraih simpati “milenial”. Saya agak benci menggunakan term “milenial”, soalnya kayak istilah yang sering dipakai boomer. Beliau seperti berusaha untuk membuat para warganet berkomentar, “Wah presiden idaman!” atau “Nah ini nih, Presiden aing gaul pisan.”

Di beberapa kesempatan postingan juga, beliau selalu menyempatkan diri membalas komentar-komentar warganet buat sekadar guyon atau membahas hal-hal yang cukup serius, meskipun akhirnya ya guyon juga.

Identitas yang coba dibangun Ridwan Kamil ini memang mengarah ke pencalonan presiden, yang mana beliau dianggap “mendengarkan dan menjawab aspirasi rakyat” dengan berbalas komentar di Instagram. Padahal mah kan bisa aja itu cuman gimik. Lihat aja nanti kalau beliau udah nyapres atau bahkan jadi presiden gimana tabiatnya, saya yakin sih sama saja dengan presiden yang sekarang.

Menarik simpati fans K-Pop

Nah, ini sebenarnya yang paling menarik. Aktivisme dan usaha fans K-Pop dalam menaikkan tagar emang nggak usah dipertanyakan. #ReformasiDikorupsi atau #MosiTidakPercaya adalah rentetan tagar yang jadi trending di Twitter berkat bala bantuan dari para fans K-Pop.

Kebudayaan populer Korea Selatan yang sedang diminati anak-anak “milenial” punya kekuatan besar sehingga bisa naikin tagar ngalahin buzzeRp. Mereka yang bisa dibilang bakal jadi potensi suara pemula di tahun 2024 nanti, dimanfaatkan berbagai politisi, termasuk Ridwan Kamil untuk menarik simpati.

Kita tentu pernah melihat bagaimana beliau pernah joget-joget lagu K-Pop di acara Mata Najwa dengan gubernur lainnya. Coba deh tengok postingan Instagram beliau yang banyak menyinggung soal K-Pop.

 

View this post on Instagram

 

Coba simak apa kata Kapten Ri terkait AKB30 (Adaptasi Kebiasaan Baru) di 30 kegiatan di Jawa Barat. Kesimpulan 1: Saat AKB jaga jarak, pake masker, cuci tangan dan tong lulumpatan. Kesimpulan 2: AKB adalah adaptasi Kebiasaan Baru bukan Adaptasi Kabogoh Baru.

A post shared by Ridwan Kamil (@ridwankamil) on Jun 4, 2020 at 9:00pm PDT

Jadi saran saya sih Kang, supaya lebih bisa mendulang suara, jangan ngadain konser dangdut, datengin bintang K-Pop aja, wah dijamin menang Kang. 

Menarik simpati buruh dan mahasiswa

Ini yang baru saja terjadi kemarin saat demo 8 Oktober 2020. Ridwan Kamill dianggap sebagai satu-satunya gubernur yang berdialog dengan massa aksi saat mereka berdemo menuntut penolakan UU CIiptaker.

Kalau kita cermati lebih dalam, bahasa yang digunakan Ridwan Kamil sangatlah birokratis. Dia tidak secara terang benderang menyatakan bahwa dia dan Pemprov Jabar menolak Omnibus Law, tapi dia “menerima perwakilan buruh yang menyampaikan keberatan” atas pasal di UU Cipta Kerja yang “dianggap” merugikan buruh. Ridwan Kamil juga “mengirimkan surat penyampaian aspirasi buruh”. Jadi seolah-olah dia hanya sebagai pengirim surat bukan orang yang juga turut andil dalam memutuskan kebijakan. Tukang pos juga bisa itu mah.  

Kang Emil menekankan bahwa dia meminta Bapak Presiden buat menandatangani Perpu Pengganti UU tersebut. Hal ini mengingatkan saya dengan apa yang dilakukan Jokowi dan narasi yang dibangun saat beliau jadi gubernur dan mau maju nyapres. “Dengan terpilihnya Jokowi, Jakarta akan lebih mudah untuk ditata.” Dan lihat sendiri apa hasilnya? Hehehe. Nah, skema ini coba dibuat oleh Ridwan Kamil, jadi kalo pait-paitnya presiden nggak ngeluarin Perpu, otomatis dia bilang, “Itu bukan keputusan saya. Keputusan ada di tangan presiden.” Kelihatan banget kan supaya orang-orang komentar, “Wah kalau gitu Bapak aja nanti presidennya.”

Tentu saja itu menjengkelkan, apalagi melihat komentar di postingan itu yang banyaknya malah muji-muji Kang Emil dan memberi tanggapan bahwa beliau adalah pemimpin yang amanah dan cocok jadi presiden. Halaaah.

 

View this post on Instagram

 

Barusan saya berdialog dan menemui para pengunjuk rasa di depan Gedung Sate dan menyampaikan beberapa hal: 1. Pemprov Jabar sudah menerima perwakilan buruh yang menyampaikan keberatan atas pasal-pasal di kluster ketenagakerjaan di UU Cipta Kerja atau Omnibus Law yang dianggap merugikan buruh. 2. Pemprov Jabar hari ini mengirimkan surat penyampaian aspirasi buruh, dengan lampiran aspirasi dari Buruh Jawa Barat yang isinya menolak UU Omnibus Law dan meminta Bapak Presiden menandatangani Perpu Pengganti UU tersebut. Pihak Buruh Jabar menyatakan bahwa mereka selalu menyampaikan aspirasi dengan damai dan tidak anarkis. Dan tidak bertanggungjawab jika ada pihak-pihak lain yang menunggangi melalui cara-cara kekerasan. Saya menghimbau agar semua pihak menahan diri untuk tetap tertib dan jauhi sikap yang mengabaikan protokol covid selama unjuk rasa. Semoga Jabar selalu kondusif dan juara lahir bathin. Hatur Nuhun.

A post shared by Ridwan Kamil (@ridwankamil) on Oct 8, 2020 at 12:54am PDT

Dari tanda-tanda yang saya amati, ada kecenderungan blio nyapres sih. Meski harapan untuk memegang janji dan omongan orang yang bakal nyapres itu sukar sekali, tapi ya seandainya dia jadi presiden, setidaknya Indonesia bakal dijadiin taman yang asri.

Saya saranin sih, buat yang udah kelewat simpati sama Ridwan Kamil dengan dalih, “Setidaknya beliau berdialog dengan aksi massa.” jangan terlalu percaya-percaya amat kalau nggak mau kecewa. Jangankan politisi, manusia itu sendiri aja udah punya tabiat buat saling memanfaatkan dan membuat kecewa satu sama lain. Jadi, pilihan ada di tangan anda.

Sumber gambar: Wikimmedia Common

BACA JUGA Film ‘The Devil All the Time’, Agama dan Pergumulan Setan di Tubuh Manusia dan tulisan Ananda Bintang lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 14 Oktober 2020 oleh

Tags: capresPemilu

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Ananda Bintang

Ananda Bintang

Penulis leyeh-leyeh yang menulis ala kadarnya, syukur-syukur dibaca.

ArtikelTerkait

PSSI, Erick Thohir, AFC, Bali United (M. Wigya Permana Putra via Shutterstock.com)

Pak Erick Thohir, NU Itu Bukan Voters KLB PSSI, Salah Sasaran, Bung!

6 Februari 2023
Sudah Waktunya Susi Pudjiastuti Diperhitungkan sebagai Capres

Sebagai Orang yang Nggak Paham Politik, Saya Bingung Mau Pilih Capres yang Mana

16 Januari 2023
Kenapa Kita Selalu Lupa Caleg yang Kita Pilih?

Kenapa Kita Selalu Lupa Caleg yang Kita Pilih?

21 Desember 2022
Lord Takin, Pemancing Penuh Kharisma dan Capres yang Patut Diperhitungkan

Lord Takin, Pemancing Penuh Karisma dan Capres yang Patut Diperhitungkan

19 Desember 2022
Mempertanyakan Alasan Presiden Selalu Berasal dari Suku Jawa

Mempertanyakan Alasan Presiden Selalu Berasal dari Suku Jawa

23 September 2022
Fakir Miskin dan Anak Terlantar Dipelihara oleh Baim Wong

Fakir Miskin dan Anak Terlantar Dipelihara oleh Baim Wong

13 September 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
portugal wolverhampton wanderers selecao das quinas mojok

Romantisme Wolverhampton Wanderers dan Portugal

sopir jasa angkut Seumur hidup, saya belum pernah merasakan ngompreng truk di lampu merah. Dan kali ini, momen itu datang dan saya tidak mau melewatkannya.

3 Tahap Belajar Ngompreng Truk di Lampu Merah

Curhat Seorang Fakboi yang Diputusin karena Ikut Demo terminal mojok.co RUU Ciptaker

Curhat Seorang Fakboi yang Diputusin karena Ikut Demo



Terpopuler Sepekan

4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock
Gadget

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

oleh Muhammad Arif Prayoga
4 Februari 2023

Kok bisa harga-harganya beda?

Baca selengkapnya
5 Dosa Tukang Tambal Ban yang Perlu Banget Kalian Ketahui

5 Dosa Tukang Tambal Ban yang Perlu Banget Kalian Ketahui

5 Februari 2023
Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema (Unsplash)

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema

3 Februari 2023
Sebagai Warga Surabaya, Saya Setuju Ibu Kota Jawa Timur Pindah ke Malang Terminal Mojok

Sebagai Warga Surabaya, Saya Setuju Ibu Kota Jawa Timur Pindah ke Malang

5 Februari 2023
4 YouTuber Berkualitas yang Bakal Bikin Pinter Kaum Micin

4 YouTuber Berkualitas yang Bakal Bikin Pinter Kaum Micin

5 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!