Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Rakat, Perekat Solidaritas Mahasiswa Perantau dari Indonesia Timur

Alexandros Ngala Solo Wea oleh Alexandros Ngala Solo Wea
14 Januari 2021
A A
rakat NTT indonesia timur terminal mojok

rakat NTT indonesia timur terminal mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Tahun 2012 adalah tahun di mana saya pertama kali menginjakan kaki di tanah Jawa, lebih tepat di Surabaya, yaaa karena memang pesawatnya landing di Juanda airport hehehe. Saya pun meneruskan perjalanan menuju kota Kediri dan menetap di sana kurang lebih dua bulan. Di Kediri, saya tinggal bersama abang saya dan juga beberapa mahasiswa dari NTT di satu kontrakan sederhana daerah Bandar Lor.

Singkat cerita, ketika dalam perjalanan lebih tepatnya di stasiun kereta kota Blitar, salah satu abang-abangan yang dalam perjalanan bersama saya berceletuk seperti ini, “ di Blitar sini, biasanya banyak rakat.” Tentu saja dengan gaya bicara orang Timur pada umumnya. Lantas saya pun bertanya “ apa itu rakat ka’e (kakak)?” Sepupu saya pun menjelaskan kalau rakat merupakan sebutan untuk masyarakat sesama kita dari Indonesia Timur yang identik dengan mahasiswa perantau yang berasal dari NTT, Maluku, dan Papua. Orang Timur di daerah perantauan biasanya mengartikannya sebagai masyarakat kita atau rakyat kita atau orang kita atau apa pun itulah istilahnya ,terserah orang Timur mengartikannya.

Selama dua bulan di Kediri , akhirnya saya memutuskan untuk berkuliah di Surabaya. Selama masa perkuliahan saya di Surabaya kurang lebih enam tahun, saya berdomisili alias ngekos di daerah Nginden yang kata sesama “rakat” merupakan salah satu daerah di Surabaya yang banyak orang Indonesia Timurnya yang datang dari berbagai daerah seperti Flores, Sumba, Timor, Maluku, dan Papua. Selama kurang lebih enam tahun pula, saya hidup berdampingan dengan sesama saudara dan saudari saya dari Indonesia Timur di seputaran Nginden dan sekitarnya. Mau ke warkop eh ada rakat, mau ke minimarket atau warung makan eh ada rakat, mau beli galon lagi-lagi ada rakat. Lantas, apa yang salah? Tidak ada yang salah, yaa kali orang Timur nggak boleh ngopi di warkop atau sekedar beli makan di warung.

Menjadi rakat di daerah perantauan di tanah Jawa, kita harus kuat mental, kenapa saya mengatakan seperti ini? Menjadi rakat di daerah perantauan kita harus tahan banting mendengar stigma bahwa orang Indonesia Timur sukanya bikin rusuh, mabuk-mabukan, telat bayar kosan, atau stigma buruk lainnya. Padahal tidak semua orang Indonesia Timur seperti itu, ada juga orang Indonesia Timur yang rajin kuliah berangkat pagi pulang malam, ada juga yang dipercaya menjadi asisten dosen, ada juga yang rajin ibadah ke masjid bagi yang muslim dan ke gereja bagi yang Kristen, bahkan ada juga yang menjadi dosen di kampus saya.

Bagi saya pribadi, saya bangga menjadi rakat. Terlepas dari berbagai macam stigma negatif tentang orang Indonesia Timur , menjadi rakat itu spesial. Kenapa saya bilang spesial karena secara fisik mungkin kita berbeda tetapi kita orang Indonesia Timur harus bangga karena ras kita sebagai Melanesian merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia. Jadi saya tidak punya alasan untuk merasa insecure dengan warna kulit atau jenis rambut.

Selain fisik yang mempertegas identitas, saya juga bangga menjadi rakat karena logat atau gaya bicara kita yang unik. Buktinya kata-kata dalam sebuah iklan “sekarang sumber air su dekat” sangat lekat di telingan orang Indonesia pada saat iklan itu pertama kali ditayangkan di televisi. Selain itu, liat saja grup hip-hop Mukarakat, mereka bangga dengan identitas mereka sebagai rakat dan menuangkannya dalam lirik lagu-lagu mereka yang old school  dan dinyanyikan dengan logat dan rima sebagai orang Timur yang memanjakan telinga para pendengarnya termasuk saya.

Di sisi lain, ada juga yang malu atau minder menjadi rakat. Saya punya pengalaman pribadi saat hendak pulang kampung ke Flores, biasaya perlu transit di Kupang. Para penumpang pesawat dengan tujuan Kupang diarahkan saat check-in untuk menuju ke gate nomor lima. Saat dalam antrian, ada seorang cewek yang berceletuk “Hih..malas antri di sini soalnya banyak rakat”.  Padahal kalau dilihat-lihat mungkin dia anak kuliahan dan seratus persen rakat juga. Saya pun langsung bertanya, “Maaf, Nona mau kemana memangnya?” Dia pun melihat saya dengan raut wajah yang terheran-heran dan menjawab “Mau ke Kupang kaka”. What the hell!!! Dengan santainya saya menjawab “Ohhh, saya pikir nona mau ke Singapura, kalau mau ke Kupang memang antriannya di sini jadi wajar saja kalau banyak rakat”.

Sambil tertawa saya pun masuk kedalam ruang tunggu tidak mempedulikan dia lagi lalu mencolok earphone dan memainkan lagu John Mayer. Aneh juga si nona tadi, tujuannya sama-sama ke Kupang tetapi mengeluh karena ruang tunggu banyak rakat. Padahal menurut saya wajar saja kok, pesawatnya tujuan Kupang pasti sebagian besar penumpangnya yaaa orang Kupang atau orang Timur lainnya. Bodohh amatlah… sa rakat dan sa bangga!!!

Baca Juga:

Unhas Makassar Si Jago Kandang: di Indonesia Timur, Ia Juara, di Luar Itu, Bukan Siapa-siapa

Bioskop di Indonesia Timur Jarang, Wajar kalau Film Kaka Boss Sepi Penonton

BACA JUGA Burjo di Solo Adalah Culture Shock Pertama Saya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2021 oleh

Tags: Indonesia TimurNTTrakat
Alexandros Ngala Solo Wea

Alexandros Ngala Solo Wea

Tidak suka basa-basi tetapi suka sambat.

ArtikelTerkait

gunung gamalama ternate lagu indonesia timur anak rantau kuliah mojok

6 Lagu untuk Anak Rantau Indonesia Timur yang Tak Bisa Mudik, Auto Kangen Rumah

26 April 2020
pamali

Tentang Pamali dan Nilai Filosofisnya

27 Juni 2019
peminum

Menjadi Peminum Demi Warga NTT

30 Juni 2019
bahasa di wakatobi pelestarian lingkungan sepak bola bajo club wakatobi poasa-asa pohamba-hamba mojok

4 Pertanyaan Konyol tentang Wakatobi yang Sering Bikin Saya Geleng-geleng

26 Agustus 2021
Bemo NTT: Diskotek Berjalan yang Siap Memberi Penumpang Kegembiraan

Bemo NTT: Diskotek Berjalan yang Siap Memberi Penumpang Kegembiraan

7 Maret 2023
Djoko Tjandra Jokowi MOJOK.CO

Jokowi Cuma Peduli Sama Gimmick Pakaian Adat, Bukan Masyarakat Adatnya

21 Agustus 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.