Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pringsewu: Kabupaten di Lampung yang Isinya Jawa Banget

Desi Murniati oleh Desi Murniati
24 April 2020
A A
pringsewu
Share on FacebookShare on Twitter

Beberapa hari setelah saya pulang dari Yogyakarta untuk mengikuti pelatihan menulis, salah satu alumni dari komunitas menulis yang menyelenggarakan pelatihan tersebut mengirim inbox di Facebook dan menanyakan, “Desi, kamu Ambarawanya dimana?” Beliau mengirimkan pesan tersebut setelah membaca profil saya di Facebook dan kebetulan beliau juga dari Ambarawa, Kabupaten Semarang. Saya dengan senyum-senyum membalasnya, “Mbak, aku di Ambarawa Pringsewu Lampung. Bukan di Semarang.”

Tidak hanya satu orang saja yang salah mengira saya sebagai orang yang tinggal di Pulau Jawa, bahkan mayoritas orang yang saya temui dan mengobrol dengan saya ketika saya berada di Yogyakarta bertanya, “Lho kamu kan orang Lampung, kok bisa bahasa Jawa?” Tulisan saya yang berjudul Di Lampung Dianggap Orang Jawa, di Jawa Dianggap Orang Lampung pernah ditayangkan di Esai Mojok (padahal lainnya di tolak). Dulu saya kira orang-orang di Pulau Jawa banyak yang mengetahui tentang keberadaan kami–-orang Jawa yang ada di Lampung. Tapi ternyata saya terlalu kedepedan. Makanya setelah tulisan saya tersebut, saat ini saya ingin menulis lagi dan memperkenalkan tempat tinggal saya, Kabupaten Pringsewu.

Pringsewu merupakan salah satu dari 15 kabupaten yang ada di Provinsi Lampung dan dari namanya sudah bisa dilihat kalau kabupaten satu ini Jawa banget. Di antara 15 kabupaten lainnya, Kabupaten Pringsewu menjadi satu-satunya kabupaten yang namanya berasal dari bahasa Jawa. Pring yang berarti bambu, dan sewu yang berarti seribu. Ya, pada awal kedatangan transmigran di Pringsewu, daerah ini memang berupa hutan bambu sehingga orang-orang transmigran menamainya dengan bambu seribu.

Kabupaten Pringsewu saat ini dibagi menjadi 9 kecamatan dan beberapa di antaranya memiliki nama yang sama dengan daerah-daerah yang ada di Pulau Jawa, seperti Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Sukoharjo dan Kecamatan Banyumas. Makanya jangan heran jika banyak dari orang yang ada di Pulau Jawa mengira kami juga tinggal di Jawa karena memang namanya persis seperti daerah yang ada di Pulau Jawa.

Saya yang kuliah di program studi Pendidikan Sejarah, pernah mendapatkan mata kuliah Sejarah Transmigrasi dan dosen saya mengatakan Lampung pernah menjadi tujuan transmigrasi (dulu kolonisasi) yang diadakan Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1905. Pada saat itu ada sekitar 155 kepala keluarga yang ada di Desa Bagelan Kabupaten Purworejo dipindahkan ke Lampung dan warga yang dipindahkan ini menamai kampung barunya dengan nama yang sama yaitu Bagelan. Hal ini terus berlanjut sampai Indonesia merdeka, sehingga bermunculan nama-nama daerah lainnya yang persis seperti yang ada di Pulau Jawa.

Tidak hanya di Kabupaten Pringsewu, jika kamu menjelajah Lampung kamu bisa menemukan lebih banyak daerah-daerah yang namanya persis seperti yang ada di Pulau Jawa, seperti Purbolinggo, Pekalongan, Seputih Surabaya, Wonosobo, Way Jepara, Jatimulyo dan Sidomulyo. Di Kabupaten Pringsewu sendiri, selain kecamatan-kecamatan yang saya sebutkan, masih ada desa-desa yang namanya juga persis seperti daerah yang ada di Jawa, mulai dari Jogjakarta, Wates, Brebes, Kediri, sampai nama-nama yang berakhiran dadi seperti Sumberdadi, Sidodadi, Margodadi dan Pujodadi.

Bahasa yang kami gunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa. Mungkin jika di tengah ibukota Kabupaten, banyak yang menggunakan bahasa Indonesia namun untuk di desa-desa seperti tempat tinggal saya, sehari-hari kami menggunakan bahasa Jawa. Mulai dari kegiatan di pasar, di tempat ibadah sampai di sekolah juga menggunakan bahasa Jawa. Malah jika tiba-tiba kamu bicara dengan bahasa Indonesia, orang-orang di sekelilingmu akan bilang, “Halah wong Jowo sok-sokan ngomong nggo bahasa Indonesia, isin opo? (Halah orang Jawa sok-sokan ngomong pakai bahasa Indonesia, malu apa?)”

Dulu, saat saya SD saya pernah dibohongin saudara saya, dia bilang, “Sekolah di SMPN 1 Ambarawa itu ngomongnya pakai bahasa Inggris.” Eh ternyata, bukannya dengan bahasa Inggris, teman-teman saya saat SMP malah ngapak semua. Dulu, kami–-saya dan teman-teman SMP–- sampai pernah mengklasifikasikan diri dengan dua jenis bahasa Jawa yaitu Jawa ngapak (yang kami sebut Jawa A) dengan Jawa Bandek (yang kami sebut dengan Jawa O). Dulu saya masuk bagian Jawa Bandek karena menggunakan kata-kata seperti opo, sopo, iyo.

Baca Juga:

Saya Kaget Beli Pecel Lele di Bandar Lampung: Sambalnya Mentah, Lelenya Dua Ekor

Dear Pemerintah Bandar Lampung, Banyak Hal yang Lebih Urgent Dibanding Membangun Kereta Gantung

Jika di Pringsewu, kami hanya membagi bahasa Jawa menjadi 2 bagian yaitu ngapak dan bandek, ketika saya kuliah di Bandar Lampung saya menemukan bahasa Jawa yang lebih beragam. Teman satu kosan saya pernah bilang, “Mejane reget,” dan saya hanya bisa memandanginya dengan bingung sampai teman saya menjelaskan reget itu artinya kotor. Tidak hanya reget, teman saya tersebut juga mengatakan kata-kata yang asing di telinga saya seperti jebor (gayung), budal (berangkat), gojeki (pegangi) dan mereka selalu mengatakan saya ini ngapak padahal di Pringsewu saya itu nggak ngapak, tapi saya bandek.

Dengan tempat tinggal yang Jawa banget ini, makanya saya selalu merasa tidak asing ketika berada di Yogyakarta atau Semarang. Bahasa yang digunakan di kota-kota tersebut sangat familiar di telinga saya dan orang-orangnya juga orang-orang Jawa seperti di kampung saya. Justru saya sering merasa asing ketika berada di Bandar Lampung, apalagi jika orang yang saya temui sudah bilang, “Api kidah?” yang saya nggak ngerti artinya dan saya bertanya pada diri sendiri, “Saya ini sebenarnya orang apa sih?”

Sumber Gambar: Website Kabupaten Pringsewu

BACA JUGA Nggak Semua Orang Jawa Timur Ngomong Kasar dan Suka Misuhan atau tulisan Desi Murniati lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 24 April 2020 oleh

Tags: lampungpringsewutransmigrasi
Desi Murniati

Desi Murniati

Manusia biasa yang mencintai drama korea.

ArtikelTerkait

Pulau Seram yang Tak Ada Seram-seramnya

Pulau Seram yang Tak Ada Seram-seramnya

29 Desember 2021
Berkenalan dengan Slang Word-nya Orang Lampung terminal mojok.co

Berkenalan dengan Slang Word-nya Orang Lampung

3 Desember 2020
Dear Pemerintah Bandar Lampung, Banyak Hal yang Lebih Urgent Dibanding Membangun Kereta Gantung Mojok.co

Dear Pemerintah Bandar Lampung, Banyak Hal yang Lebih Urgent Dibanding Membangun Kereta Gantung

2 Maret 2025
Dari Bima Yudho Saya Belajar dan Paham Kenapa Orang Memilih Diam dan Bungkam

Dari Bima Yudho Saya Belajar dan Paham Kenapa Orang Memilih Diam dan Bungkam

15 April 2023
Jalan Tol Lampung: Penggerak Mobilitas, Pembunuh UMKM bus akap

Jalan Tol Lampung: Penggerak Mobilitas, Pembunuh UMKM

17 Oktober 2023
Begal Lampung, Satu-satunya Hal yang Terkenal dari Lampung dan Itu Memalukan Mojok.co

Begal Lampung, Satu-satunya Hal yang Terkenal dari Lampung dan Itu Memalukan

16 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok Mojok.co

4 Varian Rasa Nutrisari yang Gagal dan Bikin Pembeli Kapok

12 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur
  • Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.