Di Madura, preman adalah hal yang dinantikan banyak orang, khususnya para pedagang. Di daerah lain, istilah preman mungkin memiliki konotasi negatif yang berkaitan dengan pemalakan atau kejahatan. Namun di Madura, istilah preman punya makna yang positif.
Preman di Madura identik dengan tumpah ruahnya pembeli dan pedagang di pasar menjelang dan setelah hari-hari besar keagamaan. Seperti menjelang Idulfitri, Iduladha, Maulid, juga di hari-hari tertentu seperti malam ke-21 dan ke-27 bulan Ramadan. Orang-orang kompak berbelanja kebutuhan untuk merayakan hari-hari keagamaan tersebut.
Pada praktiknya, terdapat dua perbedaan besar antara preman menjelang dan sesudah hari besar keagamaan.
Preman menjelang hari besar keagamaan di Madura: premannya para pedagang menjual kebutuhan pokok
Di Madura, khususnya daerah saya sekitar Bangkalan, terdapat tradisi membuat berbagai makanan khas di hari-hari besar tertentu. Makanya kebutuhan pokok menjelang hari H tersebut biasanya melonjak naik. Salah satunya adalah kelapa dan ayam kampung.
Makanan khas Madura yang sering kali muncul di hari-hari besar keagamaan adalah kuah adhun. Makanan ini hampir mirip dengan opor ayam, bedanya sih rasanya lebih kuat dengan warna yang lebih menantang dan berani. Yaitu merah sesuai karakter orang Madura yang terkenal tegas.
Bahan utama dari kuah adhun adalah ayam kampung, santan dan cabai merah. Orang-orang Madura masih bisa mengakali warna merah di kuah adhun dengan menggunakan cabai kering, namun untuk ayam kampung dan santan, tentunya lebih mantap jika beli mentahnya. Ayamnya disembelih sendiri dan santannya juga harus diparut sendiri dari kelapa. Hal ini ini tentunya bikin harga ayam kampung dan kelapa selalu melonjak naik menjelang hari-hari tersebut.
Banyak para pedagang musiman yang tumpah ruah di pasar hanya untuk menjual ayam-ayamnya yang memang sudah dipelihara sejak lama. Inilah yang disebut preman Madura. Harga ayam kampung di hari-hari biasa yang biasanya berkisar antara Rp70 ribu-Rp100 ribu bisa naik hingga Rp150 ribu-Rp200 ribu. Para pedagang musiman tersebut memanfaatkan dengan baik kebiasaan orang-orang Madura yang suka sekali belanja kebutuhan pokok mepet-mepet hari-H.
Preman sesudah Idulfitri dan Iduladha: premannya makanan dan buah tangan juga tempat wisata
Salah satu masa preman yang paling besar di Madura adalah preman sesudah Idulfitri dan Iduladha, ketika banyak orang-orang Madura melakukan tradisi toron atau mudik. Banyak perantau yang tumpah ruah dan menghabiskan waktunya dengan berkunjung ke pasar-pasar tradisional. Entah untuk bernostalgia dengan jajanan jadul atau membeli kebutuhan dan buah tangan yang akan dibawa ke kota. Orang Madura menyebutnya dengan “Premannah Kakanan” atau premannya makanan.
Di daerah saya, Bangkalan, beberapa hal yang laku keras sesudah Idulfitri dan Iduladha adalah petis Madura, kerupuk ketela pohon, dan sarung/sampir Madura. Banyak perantau yang membeli barang-barang tadi sebagai buah tangan dan juga makanan untuk dikonsumsi sendiri selama di perantauan. Ada juga yang berbelanja cobek, pisau hingga celurit khas Madura.
Selain itu, tempat lain yang juga preman dan mengalami lonjakan pengunjung adalah tempat wisata. Pilihan tempat wisata di Madura mungkin memang nggak begitu banyak, namun tempat-tempat tersebut biasanya tetap menjadi tujuan untuk menghabiskan waktu berkumpul bersama keluarga besar sebelum berpisah dan kembali ke perantauan masing-masing.
Tips berbelanja di pasar tradisional saat preman
Sebagai orang Madura, saya mau berbagi tips agar orang-orang luar Madura bisa menikmati euforia masa preman dengan tenang dan damai.
Pertama, jangan bawa kendaraan pribadi saat ke pasar tradisional di waktu preman. Hal ini karena parkiran benar-benar penuh dan bikin kesulitan menemukan tempat parkir.
Kedua, jangan belanja sendiri. Mending minta ditemani oleh orang lokal yang bisa menawar dan sudah kenal seluk-beluk pasar. Hal ini untuk menghindari niat pedagang menaikkan harga kepada para perantau.
Ketiga, jangan membawa barang berharga ke pasar. Preman di Madura itu identik dengan tumpah ruahnya pembeli dan pedagang, juga maling. Demi menghindari aksi kena copet, bawalah barang seperlunya saja.
Selain itu, ada beberapa pasar tradisonal yang letaknya di dekat jalan raya yang kalau waktunya preman bakalan macet hingga berjam-jam. Jadi, kalau ada kepentingan dan harus melewati jalan tersebut, mending cari alternatif jalan lain saja atau berangkatlah lebih pagi. Semakin siang, pasar akan semakin tumpah ruah ke jalan.
Nah, kalau mau mencoba merasakan sensasi preman di Madura, ayo berkunjung di waktu-waktu yang sudah saya sebutkan di atas. Dijamin bakalan seru banget!
Penulis: Siti Halwah
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Potret Terbaru Bukit Jaddih Bangkalan Madura: Tak Seindah Foto di Instagram.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















