Baru-baru ini, TikTok meluncurkan fitur baru yang diperuntukkan bagi para pencari kerja, TikTok Resumes. Usut punya usut, fitur ini masih dalam tahap uji coba dan baru dilakukan di Amerika Serikat. Tahap uji coba berlangsung terhitung mulai 7 Juli 2021 hingga 31 Juli 2021 mendatang. Jika uji coba ini terbilang berhasil—efektif, efisien, dan menawarkan sesuatu yang baru dengan veriasi prosesnya—bukan tidak mungkin fitur ini akan semakin dikembangkan, juga digunakan di banyak negara untuk proses perekrutan.
Sebagai rekruter, saya cukup antusias mengetahui kabar baik ini. Lantaran artinya, proses seleksi karyawan akan mengalami perubahan dan ada variasi. Tidak melulu dilakukan secara konvensional dan hanya sebatas tanya-jawab. Dan tentu saja, konten TikTok juga bisa lebih variatif. Tidak hanya diisi oleh orang yang nge-dance tipis-tipis, tapi juga akan ada banyak para pencari kerja yang dipaksa—dan akhirnya terbiasa berpikir—kreatif demi mencapai FYP pada kolom khusus karier.
Namun pertanyaannya, apakah proses tersebut benar-benar bisa diaplikasikan di Indonesia di waktu mendatang? Apakah akan efektif dan efisien untuk beragam posisi yang tersedia di berbagai perusahaan?
Realitasnya, meski bukan melalui fitur TikTok, beberapa perusahaan di Indonesia sudah menggunakan cara serupa (sampai dengan saat ini, cara ini kebanyakan digunakan untuk mengisi posisi Management Trainee). Mengirim video berisikan profil personal dan tetap profesional, disampaikan dengan komunikasi yang kasual, sampai dengan kenapa harus diterima oleh perusahaan. Bisa dikirim melalui platform lain, via email, atau langsung submit ke web perusahaan.
Untuk beberapa posisi dengan level tertentu seperti supervisor atau manajerial, cara tersebut terbilang efektif dan efisien. Pasalnya, dalam video, para kandidat bisa menjelaskan tentang siapa diri mereka apa saja pengalaman kerja yang dimiliki sebelumnya, termasuk visi dan misi dalam bekerja. Bahkan, tak jarang langsung diberi syarat untuk melakukan presentasi tentang strategi dan/atau inovasi yang nantinya akan dilakukan bagi kemajuan perusahaan.
Selain itu, mengirim profil melalui video juga terbilang efektif untuk berbagai posisi di perusahaan yang bergerak di industri kreatif. Lantaran para user bisa langsung melihat proses kreatif dari pembuatan video tersebut.
Sampai dengan saat ini, kebanyakan perusahaan besar di Amerika yang ikut serta dalam program TikTok Resumes membuka lowongan yang masih ada kaitannya dengan media sosial dan broadcasting. Seperti dilansir via The Verge, perusahaan Alo Yoga, misalnya, membuka lowongan sebagai Manajer Media Sosial. Perusahaan Detroit Pistons membuka lowongan pekerjaan sebagai produser video, sedangkan Shopify untuk posisi Senior Data Scientist.
Kendati demikian, karena masih dalam masa uji coba, TikTok Resumes juga masih perlu ditinjau tingkat keberhasilannya dalam merekrut kandidat yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Lebih jauh lagi, apakah memang efisien dan efektif dalam menemukan talenta yang diinginkan—khususnya di Indonesia?
Pasalnya, nggak semua pencari kerja punya ide kreatif atau cukup pede untuk tampil di depan kamera dengan ekspresi yang sumringah, merekam diri sendiri untuk pembuatan suatu konten. Pada titik tertentu dan saat menemui kasus demikian, jika HRD hanya terfokus pada konten video yang dibuat oleh kandidat tanpa memperhatikan aspek lain seperti isi atau pesan yang ingin disampaikan, malah akan terjebak dalam gelembung bias. Kandidat terbaik pun berpotensi disia-siakan begitu saja. Ya, gimana ya. Malah sayang aja gitu. Proses perekrutan secara end to end malah sulit mendapatkan titik temu sebagaimana mestinya.
Kecuali, nantinya para HRD atau rekruter tidak hanya berpatokan pada konten yang sudah di-submit/upload dalam fitur TikTok Resumes. Namun, itu berarti, nantinya apa yang dilakukan oleh pihak perusahaan saat melakukan proses seleksi karyawan menjadi tidak efektif dan efisien, karena harus melakukan validasi berulang kali. Kalau ujung-ujungnya tetap harus melalui wawancara berlapis-lapis dengan para HRD, beberapa user atau klien, ya apa artinya konten video yang di-submit dalam fitur TikTok Resumes.
Meskipun begitu, jika selama masa uji coba fitur TikTok Resumes punya succession rate yang cukup tinggi dalam merekrut karyawan sesuai kebutuhan perusahaan di berbagai perusahaan besar yang sudah terdaftar, bukan tidak mungkin end to end prosesnya bisa diadaptasi oleh banyak perusahaan di waktu mendatang. Termasuk juga perusahaan dan para HRD di Indonesia.
BACA JUGA TikTok, SnackVideo, dan Reels Instagram: Mana yang Lebih Cocok dengan Circle Kalian? dan artikel Seto Wicaksono lainnya.