Saya yakin kawasan Pogung Sleman sudah tidak asing di telinga warga Yogyakarta. Apalagi para mahasiswa yang kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM), kawasan ini sudah seperti “sarang”. Saya katakan sarang karena saking banyaknya mahasiswa UGM yang ngekos di kawasan tersebut.
Sebelum membahasnya lebih lanjut, saya beri sedikit gambaran daerah ini. Pogung adalah sebuah kawasan di utara UGM. Dilihat secara administratif, daerah ini masuk ke Kapanewon/Kecamatan Mlati, Kelurahan Sinduadi, Kabupaten Sleman. Akses ke kawasan ini sangat mudah karena berdekatan dengan Jalan Kaliurang. Jalan super sibuk yang sering dilewati oleh kendaraan pribadi maupun transportasi umum seperti Trans Jogja.
Daftar Isi
Daya tarik Pogung Sleman
Lokasi yang strategis jadi salah satu daya tarik Pogung Sleman. Sebab selain akses yang mudah, warganya lawasan ini dimanjakan oleh pilihan kuliner dengan berbagai harga. Kalau kalian sedang hemat, bisa jajan di angkringan atau burjo yang bertebaran. Kalau sedang tanggal muda, kalian bisa jajan ke resto cepat saji atau nongkrong di kafe-kafe hits di sekitar sana.
Tentu tidak ada daerah yang sempurna, begitu pula Pogung. Salah satu hal yang saya keluhkan dari kawasan ini adalah harga kos-kosan yang selangit. Memang sih, masih bisa dapat kosan yang ramah di kantong, tapi harus benar-benar berjuang. Kalaupun dapat, kemungkinan lokasinya kurang strategis. Namun, saya rasa itu nggak jadi masalah besar kalau kalian memang punya budget dan rela eksplore kawasan Pogung lebih jauh.
Baca halaman selanjutnya: Tinggal di Pogung …
Tinggal di Pogung harus bisa berdamai dengan jalan yang membingungkan
Memang lokasi Pogung Sleman begitu strategis, hanya saja jalanan di kawasan itu begitu membingungkan. Bahkan, jalanan di kawasan ini sering disebut labirin saking sering membuat penghuninya tersesat. Kondisinya akan semakin buruk di malam hari, sudah membingungkan, gelap pula. Padahal mayoritas penghuni kawasan itu adalah mahasiswa ngekos yang aktivitasnya sering gingga malam hari.
Bukan hanya mimpi buruk bagi mahasiswa, kawasan ini bisa jadi tantangan besar bagi pengendara ojek online. Seorang driver ojol pernah cerita, dia memerlukan waktu hingga 2 jam untuk mencari jalan keluar dari Pogung. Dia berusaha mulai dari jam 11 malam hingga 1 pagi.
Fenomena tersesat di Pogung ini nggak ada kaitannya dengan hal-hal mistis ya. Banyak orang tersesat murni karena jalannya yang saling terhubung. Lalu kalau malam hari banyak portal jalan yang ditutup. Kondisi itu diperburuk oleh penerangan minim dan polisi tidur, bikin tambah panik.
Jalan Kaliurang yang macet parah
Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, Pogung Sleman dekat dengan Jalan Kaliurang. Itu mengapa kawasan ini mudah diakses (terlepas dari jalannya yang seperti labirin itu) dan banyak pilihan kuliner. Maklum, jalan ini selalu ramai sehingga banyak pedagang memanfaatkannya dengan mendulang cuan.
Jalan Kaliurang memang menjadi salah satu jalan penting. Ia menghubungkan warga dari daerah utara yang ingin ke selatan, begitu juga sebaliknya. Namun, di jam-jam padat, jalan ini berubah begitu mengesalkan. Macetnya minta ampun. Selain itu banyak pengendara nggak sabaran yang berkendara secara ugal-ugalan. Saya yakin kalau warga Pogung Sleman punya pilihan rute selain Jalan Kaliurang, mereka akan memilih rute itu.
Di atas beberapa catatan saya selama tinggal di Pogung Sleman. Semoga catatan itu bisa menjadi pertimbangan untuk kalian yang hendak tinggal atau ngekos di kawasan tersebut. Selama kalian merasa sanggup berdamai dengan kekurangan-kekurangan itu, saya rasa ngekos di Pogung bakal nyaman-nyaman saja.
Penulis: Helena Yovita Junijanto
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.