Karena masa pandemi yang ngeharusin semua kegiatan kalo bisa dikerjainnya di rumah, saya jadi lebih tekun menjalani hobi ngedengerin orang ngobrol. Iya, kalian nggak salah baca kok, hobi saya dengerin podcast, media dengerin orang orang ngobrol macem Deddy Corbuzier itu.
Podcast yang dalam bahasa Indonesianya adalah siniar, merupakan singkatan dari playable on demand broadcast kalo diartiin secara sederhananya yaitu sebuah siaran audio yang bisa didenger sesuai kemauan pendengarnya. Karena bisa didengerin semaunya, mungkin ini lah alasan kenapa podcast lagi digandrungi banget.
Saya ingin merekomendasikan podcast yang saya sukai, yaitu podcast BKR Brothers. BKR Brothers dipandu sama 3 sekawan yaitu Ryo Wicaksono, Bobby Mandela, dan Maulana “Molen” Kasetra. FYI, podcast ini tadinya bernama Podcast Boker yang kalo saya inget mah singkatan dari “Bobby Ketemu Ryo” tapi setelah saya tahu ternyata nama boker itu mereka pasang ngasal aja karena tadinya ini cuma proyek iseng-iseng doang.
Karena kegiatan iseng-iseng yang jadi keterusan ini ternyata bisa menghasilkan cuan, maka Podcast Boker yang bikin mereka harus melakukan penyesuaian nama. I mean, Boker, nggak enak banget didengernya. Akhirnya, mereka mengganti nama menjadi BKR Brothers.
BKR Brothers disajikan dalam bentuk obrolan ringan-ringan berat antara Ryo, Bobby, Molen, dan terkadang dengan bintang tamu. Topik tiap episode yang mereka pilih sengaja diusahakan tidak mengikuti apa yang sedang ramai diperbincangkan banyak orang, contohnya pada episode 40. Alih-alih ngebahas Sunda Empire yang lagi rame diobrolin banyak orang pada saat itu, mereka malah milih ngebahas tokoh bernama Toni Blank.
BKR Brothers lebih memilih topik yang sifatnya timeless sebagai alternatif konten dibanding media mainstream lainnya yang sudah pasti membahas topik yang sedang ramai diperbincangkan. Tidak sekedar timeless, topik yang ditawarkan juga lekat dengan keseharian mereka yang secara kebetulan juga dekat dengan pendengarnya.
Mereka tidak mendefinisikan diri sebagai podcast komedi dan saya sebagai pendengar juga mengaminkan itu. Tapi karena topik yang mereka bawakan memiliki kedekatan pada keseharian dan pembawaannya kayak lagi ngobrol biasa, secara nggak sengaja kelucuan muncul di tengah obrolan dan ini yang bikin saya suka banget sama mereka.
Latar belakang ketiganya yang pernah menjadi penyiar radio tidak bisa dimungkiri menjadi alasan kenapa BKR Brothers ini bisa disukai oleh puluhan ribu orang selain saya, dan ini serius. Ketika saya menulis artikel ini, BKR Brothers lagi ngejogrog di peringkat 4 podcast yang paling banyak didengarkan di Spotify.
Latar belakang mereka membantu mereka merumuskan topik apa yang mau dibahas, bagaimana membawakannya, dan kapan bisa melontarkan punchline ditengah pembicaraannya. Keahlian mereka menyampaikan topik membuat podcast ini enak banget buat temen nongkrong walaupun kitanya nggak diajak ngobrol.
Nah, biar bisa buktiin serunya BKR Brothers saya mau rekomendasiin beberapa episode yang bisa kalian dengerin,. Tentunya ini menurut selera saya ya bukan menurut Selera Gomez hehe, hehe. Maaf.
Episode #7 Pertemuan Kiki Ucup dengan Haji Rhoma Irama
Ryo, Bobby, Molen mendatangkan Kiki Aulia Ucup. Kiki Aulia Ucup adalah manajer dari Barasuara, Danilla, dan direktur program Synchronize Fest. Mereka mengulik bagaimana kisah di balik kehadiran Rhoma Irama sebagai pengisi acara di Synchronize Fest 2018.
Episode #8 Hypebeast Gelap Terbitlah Terang
Pada episode ini Ryo, Bobby, dan Molen ngobrolin mengenai fenomena hype sebuah brand dan penjelasan mengenai fase-fase hype tersebut. Jangan deh mengharapkan kelucuan pada episode ini karena episode ini insightful.
Episode #38 White Lies
Di episode ini mereka bertiga membahas apa itu white lies secara komprehensif. Dalam episode ini juga ada cerita seorang anak SD yang mau dijebloskan ke dalam jeruji besi oleh ayahnya secara sadar bahkan dianterin ke kantor polisinya.
Udahlah segitu aja rekomendasi yang bisa saya kasihin ke kalian sisanya mah bisa kalian dengerin sendiri. Oh iya, BKR Brothers bisa didengerin buat kalian yang udah 21+ ya. Walaupun saya juga belum genap 21 tahun sih sebenernya hehe. Hehe. Maaf.
BACA JUGA Review Septictank, Cerita Pandji Pragiwaksono Menyelami Dunia Politik dan tulisan Haykal Ardhana lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini