Sebagai pelanggan yang menyaksikan jatuh-bangunnya era promo dan “bakar duit” di aplikasi populer seperti GrabFood, GoFood, dan ShopeeFood, entah kenapa saya tetap merasa bahwa pesan makan online adalah opsi paling murah dan sat-set.
Memang promo sekarang tak segila tahun 2019–2021. Itu adalah masa keemasan. Pandemi membuat permintaan jasa pesan makanan melonjak, sementara tiga aplikasi besar masih adu kuat membakar modal investor. Dulu bahkan sampai muncul komunitas di Facebook yang menjual ulang makanan hasil “berburu promo” karena selisih harga pesan online dan beli langsung bisa dua kali lipat.
Sekarang pun promo masih ada, hanya saja tak seaneh dulu. Tapi meskipun masa itu sudah lewat, saya masih sering lebih memilih pesan makan online ketimbang beli langsung. Setidaknya ada lima alasan masuk akal untuk itu.
#1 Total harga sering tetap lebih hemat
Tanpa langganan premium macam ShopeeFood Plus atau Gojek Plus, harga akhir sering kali masih menang. Harga di aplikasi memang di-setting lebih tinggi dari harga beli langsung, tapi sistemnya sudah mengasumsikan pelanggan akan pakai voucher potongan 30–50%.
Misalnya, sate ayam campur lemak 20 tusuk di aplikasi seharga Rp50 ribu. Setelah pakai promo bisa turun jadi Rp25 ribu, dan setelah ongkir masih sekitar Rp35 ribu. Tetap lebih murah dari beli langsung Rp40 ribu, apalagi kalau harus keluar bensin.
#2 Tidak ada distraksi belanja impulsif jika pesan makan online
Kalau kita keluar rumah, niat beli bakso bisa bubar gara-gara lewat gerobak cimol, kentang spiral, dan cilor yang seolah memanggil nama kita. Akibatnya, pulang-pulang bukan cuma kenyang tapi juga menyesal.
Dengan pesan makan online via aplikasi, fokus kita hanya pada menu utama. Tak ada aroma jajanan yang menggoda di pinggir jalan, tak ada godaan es teh jumbo dadakan. Dompet pun aman dari serangan karbohidrat tambahan.
#3 Pesan makan online lebih hemat tenaga dan bensin
Beli makan langsung itu berarti siap menghadapi panas, macet, dan parkir berbayar. Belum lagi antre di warung yang ramai atau viral karena habis di-review Nex Carlos.
Sementara itu ongkir Rp8–10 ribu terasa jauh lebih murah dibanding bensin bolak-balik plus tenaga dan waktu yang terbuang.
#4 Bisa bandingkan harga dan rating dengan mudah
Di dunia nyata, kamu cuma tahu satu warung dan satu harga. Sementara jika pesan makan online via aplikasi, kamu bisa survei lima tempat sekaligus, lengkap dengan foto, ulasan, dan estimasi jarak. Ibarat riset pasar, tapi tanpa perlu menggeser pantat 1 jengkal pun.
Kita bisa tahu mana warung yang makanannya enak tapi pelit sambal, mana yang murah tapi sering salah kirim. Dunia kuliner kini bisa disaring dengan logika bintang lima dan komentar pelanggan.
#5 Aplikasi yang terlalu memanjakan pelanggan
Saya beberapa kali mengalami ini sendiri. Pesan makanan, lalu ternyata ada sedikit salah, misalnya kurang satu tusuk sate atau saya minta tidak pedas tapi tetap dikasih sambal setengah botol. Saat komplain lewat aplikasi, sistemnya malah langsung menawarkan refund penuh untuk menu itu, tanpa repot debat alias sat-set.
Padahal makanannya masih sangat layak dimakan. Setelah beberapa kali begitu, saya justru merasa nggak enak sendiri. Akhirnya saya berhenti komplain kalau kesalahannya sepele. Rasanya kayak dimanjakan terlalu jauh.
Jadi, bukan berarti pesan makan online itu gaya-gayaan atau malas keluar rumah. Tapi buat banyak orang, termasuk saya, ini cara paling efisien untuk tetap waras di tengah rutinitas. Murah belum tentu hemat, cepat belum tentu nyaman, tapi kalau bisa dapat keduanya tanpa harus keluar rumah, kenapa tidak?
Penulis: Muhammad Asgar Muzakki
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Membandingkan ShopeeFood, GoFood, dan GrabFood: Mana yang Lebih Baik?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















