Sungguh pertanyaan semacam “emang ilangnya di mana?” adalah pertanyaan yang sebenarnya nggak penting-penting amat buat dijawab. Hal itu sudah saya rasakan sejak saya (yang agak pelupa) ini beberapa kali kehilangan barang. Saat itu saya pernah kehilangan dompet. Saya yang panik setengah mati (karena benar-benar tidak tahu di mana dompet saya) akhirnya meminta bantuan pada teman saya untuk mencarinya. Pokoknya minimal saya tidak cari sendiri.
Teman saya ini tiba-tiba saja bertanya, “emang ilangnya di mana?” Saya yang saat itu sedang berpikir keras dan sempat suuzan dompet saya dicopet atau dicuri maling, langsung menoleh ke arah teman saya dan menjawab, “nek aku eroh, aku gak ngarah kilangan dompetku, Jum!” Yang artinya kalau saya tahu, saya tidak akan kehilangan dompet saya. Lagi pula apa pentingnya menanyakan pertanyaan itu pada orang yang sudah panik. Tidak akan banyak membantu rasanya.
Maksud saya begini, seseorang yang benar-benar lupa atau mengalami gangguan memori (menurut Ilmu Psikologi) yang disebut dengan interferensi retroaktif. Sederhananya, ketika seseorang fokus dengan objek lain dari pada objek sebelumnya (contoh: dompet), maka ia akan cenderung melupakan objek fokusnya yang lama alias dompet jika kejadiannya seperti yang saya alami.
Atau jika kita pernah mendengar istilah doorway effect yang menyatakan jika seseorang bisa tiba-tiba lupa dengan sesuatu karena membuka sebuah pintu. Hal itu juga disebabkan adanya peralihan fokus manusia dari satu hal sebelumnya ke hal lain selanjutnya. Tapi dalam kasus kehilangan dompet seperti saya, sepertinya saya tidak mengalami doorway effect. Pasalnya ketika saya keluar dari kontrakan teman saya, saya merasa tidak meninggalkan dompet saya di sana.
Oke, kita lanjut lagi dengan pembahasan mengapa pertanyaan “emang ilangnya di mana?” itu nggak penting-penting amat buat dijawab. Saya rasa, kita yang pernah kehilangan sesuatu pasti benar-benar berusaha mengingat di mana terakhir kali kita meletakkan benda yang hilang itu. Lalu dengan adanya pertanyaan semacam itu, sedikit banyak pasti ikut sumbangsih dalam kebingungan kita buat mengingat-ingat.
Mengapa demikian? Seseorang dengan pertanyaan “emang ilangnya di mana?” pasti mereka akan meluncurkan pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak kalah membuat pikiran kita semakin ribet saat momen kehilangan barang itu terjadi. Seseorang yang memilki daya ingatan pendek (misalnya saya) justru dapat mengingat dimana terakhir kali ia meletakkan barangnya yang hilang.
Namun jika kita tetap berusaha merespon pertanyaan “emang ilangnya di mana?” dalam situasi panik, kita dapat melakukan beberapa hal agar setidaknya dapat menyurutkan kepanikan kita.
1. Duduk, sandarkan punggung, luruskan kaki, dan take a deep breath
Hal paling krusial yang perlu kalian lakukan selanjutnya adalah tarik nafas dalam-dalam. Ketika pikiran kita sudah terasa runyam dan benar-benar nihil menemukan ingatan kita tentang barang itu, cobalah untuk mengambil posisi senyaman mungkin dengan duduk, menyandarkan punggung, luruskan kaki, dan ambil napas dalam-dalam. Lupakan sejenak kepanikan kita. Dalam keadaan rileks, pikiran akan lebih mudah untuk mengingat sesuatu.
2. Mengkronologikan kegiatan selama satu hari penuh sebelum kehilangan barang
Setelah rileks, coba kita mengkronologikan kegiatan kita selama satu hari sebelum kejadian apes itu terjadi. Kalau perlu, kita perlu merunut satu hari sebelumnya untuk benar-benar memastikan bahwa saat itu keapesan belum datang menghampiri. Mintalah bantuan teman yang bersama kita saat menjalankan aktivitas. Dengan begitu ia akan membantu kita untuk melengkapi kronologi kejadian yang mungkin beberapa akan terlewat dari ingatan kita.
3. Catat tempat dan orang-orang yang bersama kita pada detik-detik sebelum kehilangan barang itu terjadi
Setelah mengingatnya, kita bisa mencatat nama-nama orang yang sempat kita temui atau tempat-tempat yang kita singgahi sebelum kita menyadari telah kehilangan barang. Pencatatan ini berguna bagi kita. Kita bisa menghubungi mereka (orang-orang yang bersama kita) dan menanyakan barang kita yang hilang kepada mereka. Siapa tahu, mereka tahu.
Pencatatan tempat-tempat pun tidak kalah pentingnya. Dengan mencatat tempat-tempat yang kita singgahi selama seharian sebelum kehilangan terjadi, kita bisa mendatangi kembali tempat itu dan menanyakan pada petugas atau karyawan setempat ihwal barang kita yang bisa jadi tertinggal di sana. Jika beruntung, mereka akan menyerahkan barang kita kembali jika tidak? Husnuzan saja, semoga barang kita tertinggal di tempat lain atau diamankan oleh teman kita.
4. Ketika sudah memastikan barang hilang, buatlah siaran di media sosial
Ini persis seperti usaha saya menemukan jalan buntu. Saya pun nyaris putus asa. Akhirnya teman saya menyarankan saya agar membuat informasi kehilangan yang disiarkan lewat media sosial WhatsApp atau Instagram saya. Karena tidak tahu harus berbuat apa lagi, saya pun mencoba cara terakhir ini. Saya membuat berita kehilangan yang saya sebarkan lewat fitur status WhatsApp, dan saya siarkan ke dalam WAG.
Jangan lupa mencantumkan “bantu share” pada pesan siaran agar teman-teman kita yang lain bisa membantu menyiarkan berita kehilangan tersebut. Seperti kebanyakan teman saya yang akhirnya ikut menyiarkan berita kehilangan dompet saya waktu itu.
Berselang beberapa jam, seorang teman saya membalas status WhatsApp saya yang berisi berita kehilangan itu. Dia mengabarkan jika ternyata dompet saya tertinggal di kamar kosnya. Saya pun baru menyadari bahwa saya melewatkan kos teman saya sebagai objek pencarian. Wqwq namanya juga lupa yhaaa~
Beberapa cara di atas akan lebih baik untuk dilakukan ketika kita kehilangan barang. Acuhkan mereka yang banyak bertanya “emangnya ilang di mana?” karena pertanyaan itu sama sekali kurang penting untuk dijawab. Jawablah pertanyaan itu, jika dirimu sendiri yang bertanya. Namun demi kemaslahatan kita (orang-orang pelupa), kita bisa melakukan tips-tips di atas untuk menenangkan diri dari kepanikan.
Semangat mengingat dan mencari. Jangan lupa berdoa juga biar cepat ketemu. Tuhan bersama orang-orang yang santuy. heuheu (*)