Beberapa waktu lalu, saya melihat vlog Podcast milik Deddy Corbuzier yang berbincang dengan Reza “Arap” Oktovian. Obrolan mereka dibagi menjadi tiga bagian dan di salah satu sesinya mereka membahas tentang perkembangan channel dan penonton YouTube di Indonesia. Sebelum menutup satu sesi, Deddy bertanya kepada Arap, “YouTube sekarang gimana, Bro?” kemudian dengan yakin Arap menjawab, “Sampah!”
Bagi saya, pertanyaan sekaligus jawaban tersebut menjadi penutup vlog Podcast yang epic. Pertanyaan to the point Deddy Corbuzier dan jawaban lugas Reza Oktovian betul-betul mewakili keresahan saya sebagai salah satu orang yang sering kali menghamburkan kuota dengan cara menonton banyak channel YouTube.
Rasanya tidak berlebihan juga jika Reza Arap menganggap demikian. Menurutnya, saat ini banyak para konten kreator yang mengejar angka (views), sehingga banyak youtuber baru justru lebih ingin berlomba-lomba trending dan viral dibanding menciptakan konten yang menarik. Padahal, bagi Reza Arap, viral itu tidak di-create (diciptakan). Menarik melihat dan mengetahui pembahasan tersebut, sebab selain memulai karir dari YouTube khususnya konten game, Arap masih tetap bicara dengan ciri khasnya yang blak-blakan.
Respons Arap terbilang wajar, mengingat para konten kreator seakan latah dalam membuat menghasilkan konten: yang satu membuat prank lalu trending, yang lain pun ikut berburu trending dan ingin viral. Padahal, seperti kata Arap, viral itu tidak diciptakan. Belum lagi klarifikasi ketika video yang ditampilkan dianggap kebablasan atau sampai mendapat tuntutan. Apakah hal itu menjadi kebiasaan dan dianggap lumrah?
Kasus yang Menimpa Channel Calon Sarjana
Seperti yang baru saja menimpa channel YouTube kesayangan bersama dan kita semua (hah? Kita??), Calon Sarjana. Saat ini, channel yang sudah memiliki 12 jutaan subscribers tersebut sedang menjadi sorotan bersama, di level domestik juga internasyenel. Bagaimana tidak, Calon Sarjana menjadi trending topic di Twitter setelah akhirnya ketahuan mencuri konten milik orang lain dan di-upload ulang di channel YouTube-nya dengan hanya mengubah pengisi suara. Tanpa seizin pemilik konten juga tanpa kredit.
Info tersebut juga semakin menguap setelah salah satu youtuber luar, JT merasa kesal karena kontennya di-upload ulang dengan thumbnail yang sama persis, hanya ditambahkan emoticon dan pelengkap lain plus pengisi suara dalam bahasa Indonesia. Betul-betul tipikal “calon sarjana”, hanya copy-paste dan memberi tambahan sedikit agar mendapat kesan beda di mata orang lain.
Setelah info ini meluas dan menjadi trending, banyak orang yang meluapkan kekesalannya terhadap channel Calon Sarjana. Pasalnya, hal seperti ini bukan kali pertama dilakukan, sudah beberapa kali channel tersebut meng-upload ulang dan mencomot konten milik orang lain tanpa izin. Seakan tidak kapok dengan kasus yang menimpa sebelumnya pada akun Instagram Dagelan. Diketahui, Dagelan dan Calon Sarjana adalah dua diantara sekian banyak media sosial yang dikelola oleh Infia.
Tidak heran jika hal tersebut semakin membuat netizen kesal sekaligus geram. Beruntung, seseorang yang merasa kontennya telah dicuri berani berkomentar di media sosial, parahnya dia adalah youtuber luar (channel YouTube: JT, akun Twitter: @JTonYouTube). Wajar jika JT merasa kesal, selain ide juga kontennya sudah dicuri, pada videonya pun tidak disertakan kredit. Konten kreator lain yang bersusah payah memikirkan ide, Calon Sarjana yang meraup keuntungan.
Plagiarisme juga pencomotan ide tanpa pemberian kredit atau penghargaan terhadap pencipta pertama seakan sudah biasa dan lumrah terjadi—parahnya, bahkan disepelekan. Yang terjadi setelahnya hanyalah situasi template di mana yang mengambil kreativitas orang lain memberi klarifikasi atau meminta maaf.
Hal demikian juga dilakukan oleh pihak Calon Sarjana kepada @JTonYouTube. Pada cuitannya, JT memposting DM dari Calon Sarjana tentang permohonan maaf. Pilihannya dikembalikan kepada pihak Infia juga pengelola channel Calon Sarjana. Apakah serius dalam menyampaikan maaf juga rasa penyesalan dan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama? Atau hanya sebagai formalitas agar masalah tidak semakin menguap?
Harus disadari juga bahwa kini, ide kreatif dan karya cipta seseorang adalah sesuatu yang mahal harganya. Wajar jika ada seseorang yang merasa hasil karyanya dicuri kemudian marah dan gusar. Sudahlah tidak mendapat penghargaan sedikit pun. Eh, viewers dan subscribers juga lebih banyak si penjiplak dibanding si pembuat karya. Oleh karena itu, menjadi sah-sah saja saat JT misuh dan sambat di akun Twitter miliknya.
BACA JUGA Menanyakan Motif Plagiasi Status Agus Mulyadi atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.