Fanatisme seseorang memang tidak akan pernah habis untuk dibahas, munculnya basis penggemar di bidang tertentu akan melambungkan nama sosok yang digemari. Seperti grup orkes Melayu dangdut koplo yang memang mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat, bukan hanya ditunjukkan dengan cara joget, tapi dangdut koplo juga muncul sebagai simbol seremonial tertentu, seperti pernikahan, pesta, dan bahkan kampanye politik.
Tak jarang penyanyi yang memulai karier dari orkes Melayu dangdut koplo berhasil menjadi artis kelas nasional sehingga penggemar mereka bertambah bukan hanya dari daerah asalnya, melainkan juga muncul dari seluruh Indonesia.
Di Jawa Timur, grup OM dangdut koplo punya pasarnya sendiri. Entah kenapa selera masyarakat Jawa Timur berbeda-beda dalam menikmati beat-beat tabuhan kendang yang memang memiliki ciri khasnya di setiap grup orkes Melayu.
Dari hasil pengamatan saya selama 22 tahun hidup di Jawa Timur, tidak semua masyarakat punya kesukaan terhadap grup orkes Melayu tertentu. Di Pasuruan, saya sering mendengar alunan musik New Monata, sedangkan di Nganjuk justru nyanyian Cak Rul diiringi musik ala OM Lagista menggema di setiap sudut kota angin ini.
Berikut ini saya jabarkan masing-masing grup orkes Melayu dangdut koplo beserta daerah pasarnya dengan alasan yang sesuai selera masyarakat setempat.
Basis penggemar New Monata: Wilayah tapal kuda
Panggung yang ramai dengan teriakan Cak Sodiq seakan menunjukkan bahwa New Monata piawai menyulut kemeriahan penontonnya. Lihat saja di setiap konser New Monata di beberapa daerah yang kerap diwarnai aksi joget brutal yang tak jarang memicu kerusuhan. Tapi, tenang selalu ada pakdhe-pakdhe ngemut rokok pihak keamanan yang sigap melerai dan lanjut joget mengikuti alunan kendang Abah Juri.
Nah, gaya dangdut koplo seperti ini sangat disukai masyarakat daerah tapal kuda. Gaya tabuhan kendang cepat tanpa henti sangat identik dengan kehidupan di daerah tersebut. Grup orkes Melayu asal Pasuruan ini berhasil membius orang-orang Jowo etanan yang meliputi Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi dengan alunan musik dangdut koplo yang rancak.
New Monata Familia (NEMOFA) sebagai basis penggemar New Monata selalu hadir dan menghiasi arena joget untuk bersama menyaksikan kepiawaian Cak Sodiq dan kawan-kawan dalam menguasai panggung.
Basis penggemar New Pallapa: Surabaya, Madura, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro
Grup orkes dangdut koplo pimpinan Ibu Juana Aurora ini lebih banyak mendapatkan atensi di daerah pesisir bagian barat Jawa Timur. Sebut saja daerah Tuban yang selalu mengundang New Pallapa untuk mengisi pesta petik laut setiap tahunnya, memang sepertinya kendangan Ki Ageng Slamet (Cak Met) sangat nikmat apabila ditabuhkan di tengah embusan angin pantai Tuban.
Grup orkes Melayu dangdut koplo asal Sidoarjo ini memang sedikit berbeda dari grup lain, dengan mengedepankan dangdut koplo yang lebih selow, mereka mendapatkan panggung tersendiri ketika tampil di daerah Madura, Lamongan, Tuban, dan Bojonegoro. Selain itu, musik ala New Pallapa juga menjadi favorit backsound setiap warkop giras di Surabaya.
New Pallapa juga memiliki grup penggemar yang dinamakan Saudara New Pallapa (SNP) yang dikenal tertib dan sopan ketika menonton idolanya manggung, mereka biasanya membentuk barisan di arena joget, kemudian bergoyang meniru gaya flashmob mengikuti iringan lagu yang dibawakan Devi Aldiva, Jihan Audy, dan kawan-kawan.
Basis penggemar Sera: Wilayah Gerbang Kertasusila
Masih dari daerah yang sama dengan New Pallapa, OM Sera lebih berhasil dalam mengorbitkan artis pendatang baru. Prestasi Sera yang paling menonjol adalah berhasil membawa nama Via Vallen menjadi penyanyi papan atas, gaya dangdut koplo yang pop banget membuat nama OM Sera sangat disukai anak muda di daerah Gerbang Kertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan).
Lagu-lagu pop yang kerap dibawakan oleh OM Sera, justru lebih mendapatkan pasar di luar Jawa Timur, bahkan kalian tentu masih ingat dengan perseteruan antara Via Vallen dan Jerinx mengenai lagu ‘Sunset di Tanah Anarki’ yang di cover Via Vallen menggunakan gaya musik ala Sera pada tahun 2018.
Namun, perseteruan itu tidak mengurangi antusiasme masyarakat Jawa Timur untuk hadir di konser yang dipimpin oleh MC Cak Mo tersebut.
Basis penggemar Sonata dan Lagista: Pacitan, Ponorogo, Ngawi, Madiun, Nganjuk, dan Jombang
Mengapa saya sebut 2 grup orkes Melayu, karena memang OM Sonata dan Lagista adalah grup dangdut koplo kesukaan masyarakat Jombang ke selatan sampai Pacitan yang mengalunkan musik gaya jaranan-dangdut, sehingga lebih mudah diterima oleh masyarakat daerah tersebut.
Lagista yang berhasil mengorbitkan nama Nella Kharisma juga menjadi nilai plus, kini masyarakat Jawa Timur punya sosok idola tandingan Via Vallen yang tak hanya lihai dalam bernyanyi namun juga piawai goyang di atas panggung.
Apabila kalian melakukan perjalanan melintasi daerah tersebut, maka kalian akan disuguhi dangdut koplo ciri khas kendangan Beni dan Cak Malik di setiap sudut daerah yang meliputi Pacitan, Ponorogo, Ngawi, Madiun, Nganjuk, dan Jombang.
Basis penggemar New Kendedes: Malang Raya
Area Malang Raya juga tak ketinggalan menjadi pasar dangdut koplo, namun Malang punya simbol dangdut koplo sendiri, yaitu OM New Kendedes yang seluruh personilnya adalah perempuan di saat grup orkes lain masih identik laki-lagi sebagai pengiring dan perempuan sebagai biduan.
Gaya tabuhan kendang yang dibawakan New Kendedes mirip-mirip dengan New Monata yang ramai rancak. New Kendedes juga membawa pesona sendiri tatkala membius penontonnya dengan bakat personilnya yang begitu memukau, menambahkan sedikit aroma jaipongan pada setiap bait lagu yang dibawakan.
Konsep New Kendedes sebagai grup musik dangdut perempuan juga ditunjukkan dengan gimmick yang sudah melekat di hati para penggemarnya. Penonton akan secara otomatis menyambut teriakan “New Kendedes!” oleh MC atau bintang tamu dengan jawaban”’Ora umum!” (tidak umum). Teriakan di awal setiap lagu itu menjadi salam kebesaran yang mendekatkan dengan penonton.
Sebenarnya masih banyak grup Orkes Melayu Dangdut Koplo selain yang saya sebutkan tadi, namun grup Orkes di atas adalah yang sudah malang melintang di arena perdangdut-koploan Jawa Timur. Basis penggemar yang ada turut melambungkan nama mereka menjadi komoditas musik Nusantara.
Dangdut koplo adalah genre musik yang dapat mengiringi segala genre lagu sehingga menjadi topik tersendiri di kalangan pencinta musik, terlepas dari konteks “dibenci” ataupun “disukai”, dangdut koplo punya pasar sendiri yang kebetulan pasarnya adalah masyarakat mayoritas baik dari segi kelas sosial maupun kondisi lingkungan yang ada.
BACA JUGA Analisis Pola, Fungsi, Kategori, dan Peran Pakdhe-pakdhe Ngemut Rokok dalam Konser Dangdut dan tulisan Aldhiyansyah Noerman lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.