Perseteruan beberapa kubu pencinta makanan di negara +62 ini memang sedang hangat-hangatnya dan seperti tidak akan ada habisnya. Yang ada justru semakin melebar dan meleber ke mana-mana. Setelah kontroversi antara kubu bubur diaduk dan tidak diaduk, kubu soto kuah bening, kuah buthek, kubu soto dan nasi dipisah, soto dan nasi dicampur, muncul pula kubu rawon kuah hitam dan kuah kuning. Dan yang lagi hype ya yang disebut kubu penistaan makanan. Mie goreng diberi biskuit, soto dicampur es krim, gorengan dicocol cokelat, mie instan berkuah ditambahi selai kacang. Ketambahan pula sekte baru dengan cara makan mendoan atau burger yang ternyata punya beberapa gaya.
Namanya selera memang tidak bisa dicampuri oleh orang lain, asalkan memang suka dan doyan ya silakan dilanjut. Yang nggak doyan ya nggak usah ikut-ikut.
Namun, semua perbedaan selera itu terasa ambyar jaya di hadapan sesosok chef cantik bernama Renatta Moeloek. Bagi yang kurang akrab dengan dunia kuliner mungkin baru mengenalnya sejak dia ditunjuk sebagai salah satu juri di ajang pencarian bakat memasak Master Chef Indonesia season tahun lalu dan berlanjut hingga season baru tahun ini. Yang sudah cukup lama mengenal dunia kuliner tentu tahu bahwa chef Renatta adalah salah satu chef fine dining di Indonesia.
Apa sih yang membuat ia terlihat sangat menarik di mata warganet sehingga akhirnya muncul jargon ‘Harta, tahta, dan chef Renatta’?
Pertama, jelas karena ia cantik. Bahkan dengan make up minimalis pun kecantikannya sangat paripurna. Chef Renatta juga secara tidak langsung meruntuhkan mitos bahwa wanita cantik haruslah wanita yang putih dan full make up. Ia punya cara berpakaian yang unik, simpel tapi tetap kece. Bahkan saat memakai chef jacket pun, style-nya semakin keren terlihat.
Apalagi sejak beredarnya video chef Renatta memotong rambutnya dengan pisau daging, semakin banyaklah warganet yang memujanya. Ia jadi penggambaran utuh tentang cewek tomboi yang ternyata hobi main di dapur dan nggak semua yang hobi masak itu adalah cewek feminin.
Kedua, jago masak. Ya siapalah yang tidak tahu, chef Renatta lulusan Le Cordon Bleu Culinary Art di Paris, Perancis. Terpilih untuk jadi juri Master Chef pun pasti karena kredibilitasnya yang oke. Tidak kalah bila dibandingkan dengan chef Arnold Poernomo dan chef Juna yang sudah lebih dulu dikenal.
Ketiga, chef Renatta juga dipuji karena simpelnya cara dia menunjukkan step by step saat demo masak juga kebersihan bench-nya. Beberapa peserta kompetisi masak Masterchef Indonesia merasa cara masaknya cukup gampang dipahami dan diikuti. Itu cukup menunjukkan pribadi seperti apa yang dia punya.
Maka apa pun yang dilakukan oleh chef Renatta seakan menjadi panutan bagi warganet, beberapa perkataan dan tingkahnya saat jadi juri Masterchef beredar menjadi meme lucu, unggahan-unggahan foto dan video di akun Instagram pribadinya juga selalu dinanti oleh warganet.
Dan tak aneh rasanya kalau dibilang bahwa perpecahan kubu pecinta makanan tertentu di Indonesia ini akan bisa disatukan oleh chef Renatta. Kalau bisa berandai-andai, mungkin bila ia menegaskan bahwa bubur itu harusnya diaduk, maka warganet akan menurutinya. Walau sebenarnya jauh-jauh hari tentang bubur diaduk ini sudah pernah ditegaskan oleh Almarhum Pak Bondan Winarno tapi warganet masih kurang yakin sepertinya. Nah, siapa tahu saja kalau ia yang berbicara yang lain bakalan nurut.
Juga semisal ia bilang bahwa penistaan makanan itu harus diakhiri eksistensinya di media sosial karena selain bikin eneg yang lihat, juga sepertinya bakal bikin huru-hara di lambung. Siapa tahu para pelaku penistaan makanan itu mau nurut, iya kan? Sabda chef Renatta ada di posisi puncak dibandingkan chef lainnya. Bukan begitu?
Cobalah sekali waktu kita sarankan pada salah satu stasiun televisi untuk wawancara khusus chef Renatta tentang sekte-sekte baru di dunia kuliner negara ber-flower ini. Supaya tak lagi terpecah belah hanya karena beda cara makan sesuatu. Supaya penistaan makanan yang aneh-aneh itu segera berakhir. Kekecean dan ke-uwu-an chef Renatta ini harus kita manfaatkan semaksimal mungkin. Barulah bisa tercipta jargon baru, ‘Harta yang paling berharga adalah chef Renatta’.
BACA JUGA Jangan Tertipu Video Tutorial Masak yang (Katanya) Mudah dan Murah! atau tulisan Dini N. Rizeki lainnya.