Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya penyelamat mahasiswa nggak modal, seperti saya.
Sebagai mahasiswa paket hemat, sering kali saya dihadapkan dengan pilihan sulit dalam hidup, terutama soal membeli buku. Kebimbangan antara membeli buku original dengan risiko uang makan berkurang atau membeli buku bajakan dengan mencederai idealisme yang saya pegang teguh beberapa kali sudah saya rasakan.
Meskipun pada akhirnya saya lebih sering memilih nggak beli dan meminjam dari teman. Tapi, akhir-akhir ini saya hentikan karena muncul rasa sungkan keseringan meminjam. Terkesan nggak modal, walaupun memang demikian. Gini-gini saya masih punya harga diri yang harus dijaga.
Sampai akhirnya saya kembali menemukan harapan saat seorang teman mengajak untuk mengunjungi perpustakaan Bank Indonesia Surabaya yang letaknya nggak jauh dari kampus UNESA Ketintang. Jujur saja, menerima ajakan ini adalah keputusan terbaik yang nggak akan pernah saya sesali dalam hidup.
Daftar Isi
Berkunjung pertama kali ke perpustakaan Bank Indonesia
Perpustakaan ini terletak di Jalan Mayangkara No.6, Darmo, Surabaya. Lebih mudahnya, kalau kamu datang dari Jalan Ahmad Yani lurus saja terus ke arah kebun binatang, letak perpustakaan ini nggak jauh dari lampu merah setelah kebun binatang. Kalau mau tahu letak lebih pastinya, bisa langsung cari di Google Maps.
Hal pertama yang menarik perhatian saya adalah bangunan perpustakaan yang kuno dan sangat estetis. Menurut sejarah, gedung ini dulunya merupakan bangunan termewah di masa kolonial yang disebut dengan Worning voor Agent van Javasche Bank. Selain itu, gedung ini merupakan bekas Museum Mpu Tantular yang kemudian dipindahkan di Sidoarjo pada 2004.
Selain unsur klasik yang sangat menonjol, lingkungan di sekitar Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya ini juga bersih dan asri. Di halaman depan yang sangat luas, terdapat satu prasasti dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, dua tiang bendera merah putih, dan taman yang terawat.
Petugas perpustakaan yang ramahnya sekelas karyawan Bank BCA
Kesan baik selanjutnya muncul ketika saya membuka pintu masuk untuk pertama kali. Kedua petugas yang duduk di meja resepsionis langsung berdiri sambil mengucapkan selamat datang dengan senyuman ramah. Nggak cuma itu, saya juga langsung diarahkan untuk mengisi buku tamu melalui komputer dan menyimpan barang bawaan di loker yang tersedia.
Saking takjubnya, saya sampai nggak bisa ngomong apa-apa di momen tersebut. Saat itu, saya hanya berkata dalam hati, pelayanan sekelas petugas Bank BCA ternyata bisa juga saya rasakan saat mengunjungi perpustakaan ini.
Buku variatif, nggak melulu ekonomi dan perbankan
Perpustakaan ini dikelola oleh Bank Indonesia, tapi jangan dikira isi bukunya semua tentang ekonomi dan keuangan ya. Memang fokus utama dari perpustakaan ini adalah menyediakan bacaan dengan fokus tersebut, tapi perpustakaan ini juga menyediakan jenis bacaan lain, kok.
Buktinya di ruang referensi saya masih menemukan buku-buku yang berkaitan dengan sosiologi, administrasi, hukum, dan lain-lain. Bahkan, novel populer seperti karangan Tere Liye dan Pidi Baiq pun masih bisa ditemui di rak buku perpustakaan.
Fasilitas yang patut diacungi empat jempol
Fasilitas perpustakaan ini nggak bisa diremehkan, terutama soal kenyamanan membaca. Saya kira, pengelola sangat mengerti kondisi ideal agar pengunjung bisa nyaman saat membaca buku. Hal ini terbukti dengan disediakannya banyak sofa, kursi, dan meja di setiap ruangan. Selain itu, ruangan juga dibuat terang dengan AC sentral dan WiFi publik.
Bukan hanya untuk orang dewasa, perpustakaan ini juga menyediakan ruangan khusus anak-anak dengan dekorasi warna-warni mulai dari lantai, rak buku, dan meja. Tidak lupa, mereka menyediakan banyak buku bacaan yang bisa dinikmati anak-anak.
Nggak hanya itu, perpustakaan ini juga menyediakan 18 smart PC yang bebas digunakan untuk umum. Hebatnya lagi, komputer ini bisa digunakan untuk mengakses e-library dan jurnal internasional di bidang ekonomi dan perbankan. Fasilitas perpustakaan ini layak diacungi jempol.
Menurut saya, mengunjungi Perpustakaan Bank Indonesia Surabaya merupakan salah satu pengalaman terbaik di penghujung tahun. Setidaknya, saya jadi punya basecamp baru untuk membaca gratisan atau sekadar menikmati fasilitas yang tersedia. Toh, perpustakaan ini juga terbuka untuk umum dan gratis. Bagaimana, kalian tertarik ke sini nggak, Gaes?
Penulis: Dito Yudhistira Iksandy
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Perpustakaan Tidak Akan Sekarat Hanya karena Google Mampu Menjawab Segalanya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.