Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Perjanjian Giyanti, Penyebab Utama Kandasnya Asmara Orang Jogja dengan Orang Solo

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
24 Februari 2024
A A
Perjanjian Giyanti, Penyebab Utama Kandasnya Asmara Orang Jogja dengan Orang Solo

Perjanjian Giyanti, Penyebab Utama Kandasnya Asmara Orang Jogja dengan Orang Solo (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Orang Jogja dan Solo susah menikah gara-gara Perjanjian Giyanti. SUMPAH RA MASHOK!

Relasi antara masyarakat Jogja dan Solo memang kompleks. Dua kerajaan pecahan Mataram ini masih menghantui opini masyarakatnya. Solo dipandang sebagai kacung Belanda, dan Jogja dipandang sebagai pemberontak. Gesekan yang sebenarnya biasa aja ini malah dilanggengkan oleh masyarakat umum. Padahal mereka adalah kelompok yang paling tidak terdampak perpecahan dua kerajaan ini.

Saya pernah bertemu orang yang jadi korban gesekan ini. Sebut saja namanya Budi. Pria yang akrab dengan urusan klenik ini menjadi korban asmara karena politik kerajaan. Oleh karena sang gadis adalah keturunan Kasunanan Solo, eyang Mas Budi tidak berkenan. Kebetulan keluarga Mas Budi ini asli Jogja, meskipun bukan trah. Cinta mereka harus kandas karena penolakan ini.

Memang Mas Budi hari ini sudah menikah. Namun patah hatinya waktu itu masih saja membekas. Mas Budi tidak menerima alasan penolakan hanya karena sang gadis keturunan Kasunanan Solo. “Padahal kita berangkat dari satu akar yang sama. Sama-sama penerus Mataram. Lha kok urusan cinta masih saja dikisruh,” ujar Mas Budi saat saya temui.

Saya berpendapat, semua masalah ini akibat Perjanjian Giyanti.

Yang bermasalah para penguasa, tapi rakyat kecil yang sengsara

Perjanjian yang disebut memecah Kerajaan Mataram ini menjadi sumber masalah di kemudian hari. Sentimen tentang perpecahan Jogja–Solo masih dipelihara oleh masyarakatnya. Mas Budi sepakat dengan akar masalah itu. Bahkan sampai hari ini, Perjanjian Giyanti masih disinggung ketika ada polemik Jogja-Solo. Akhirnya ada batasan ketika orang Jogja berinteraksi dengan orang Solo.

“Sebenarnya yang bermasalah kan para ndoro, tapi malah masyarakat yang antusias untuk bermusuhan,” ujar Mas Budi. Terbukti sebelum ada semangat #SepakatDamai, gesekan antarsuporter Jogja dan Solo sering terjadi. Dan sekali lagi, Perjanjian Giyanti diungkit-ungkit sebagai akar masalah perpecahan ini.

Penolakan eyang Mas Budi ini juga kental dengan urusan Perjanjian Giyanti. Meski waktu itu tidak eksplisit, Mas Budi melihat kecenderungan ini. Eyang blio menyebut nikah dengan orang Solo nanti tidak akan tenteram dan harmonis. Banyak gesekan karena budayanya juga beda. Bahkan sempat menyinggung orang Solo yang mata duitan. Urusan darah juga dianggap akan membuahkan kesusahan bagi anak Mas Budi kelak.

Baca Juga:

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

“Gesekan macam apa yang bisa terjadi? Lha wong kultur budayanya hampir sama. Tapi kabeh kuwi gara-gara dibilang pecah. Sing pecah rajane, kok sing loro ati aku,” ujar Mas Budi penuh rasa gemas. Baginya, larangan ini sama ndlogoknya dengan larangan menikah Sunda-Jawa. Sama-sama diawali dari perpecahan dua kerajaan.

Bumbu tidak tenteram dan mata duitan tadi juga tidak lebih dari dongeng. Menurut Mas Budi, dua poin tadi adalah gambaran Perjanjian Giyanti di mata masyarakat. Perpecahan dua kerajaan adalah simbol hidup yang tidak harmonis. Sedangkan urusan mata duitan tidak lebih dari sentimen negatif ke Kraton Solo. Karena mau bekerja sama dengan Belanda, Kraton Solo dipandang sebagai mata duitan.

“Padahal yang mau kunikahi kuwi bukan orang yang menandatangani Perjanjian Giyanti. Gadis itu saja nggak pernah minta jajan atau skincare,” ujar Mas Budi.

Larangan gara-gara Perjanjian Giyanti ini tidak masuk akal

Bagi Mas Budi, segala larangan ini tidak masuk akal. Bahkan dari kacamata metafisika. Dengan akar budaya yang sama, tidak ada masalah berarti ketika orang Jogja dan Solo menikah. Perhitungan weton masih dianggap masuk akal daripada bicara Perjanjian Giyanti. Sekali lagi, dalam kacamata metafisika.

Saya pernah merasakan sendiri sentimen tentang Jogja-Solo ini. Bahkan ditanamkan dalam benak saya sejak kecil. Dulu sih saya percaya saja. Apalagi balutan heroisme Kraton Jogja yang membangkang dari “penindasan” kolaborator Belanda-Solo. Sebagai orang Jogja, saya diajarkan untuk memandang orang Solo dengan sebelah mata. Apalagi semenjak perceraian orang tua kandung saya. Kebetulan ibu saya trah Jogja, dan ayah saya orang Solo.

Tapi, Perjanjian Giyanti sampai memecah belah masyarakat itu ra mashok. Masyarakat Jogja dan Solo tidak pernah terdampak langsung oleh perpecahan ini. Perang antarkerajaan ini saja hanya Perang Kendang yang merupakan tipuan. Kehidupan masyarakat tetap berjalan sama saja. Bahkan pasca-perpecahan ini, kedua kerajaan keturunan Mataram ini juga tidak bersitegang. Tidak ada perang ataupun konflik antar keduanya.

Tapi, masyarakat selalu terlibat dalam perang proksi. Perang yang sebenarnya tidak lebih dari dongeng konflik yang menjaga legitimasi kedua belah pihak. Ide yang akhirnya dipelihara sebagai identitas sosial masyarakat. Padahal, semua itu hanyalah apus-apus alias tipuan omong kosong!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Solo di Mata Orang Jogja: Solo Dipandang Rendah, tapi Lebih Menjanjikan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 November 2025 oleh

Tags: asmaraJogjaperjanjian giyantisolo
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Benarkah Pertalite Harga Baru Lebih Boros? Mari Kita Buktikan

Benarkah Pertalite Harga Baru Lebih Boros? Mari Kita Buktikan

26 September 2022
Embung Tambakboyo Jogja: Tempat Resolusi Tahun Baru Hancur dan Pasangan Birahi Tak Tahu Diri Memadu Kasih

Embung Tambakboyo Jogja Sudah Tidak Cocok Lagi Buat Jogging, Terlalu Banyak Gangguan yang Bikin Olahraga Nggak Maksimal

24 Februari 2025
3 Rekomendasi Tempat Belanja Alat Praktikum Andalan Mahasiswa Teknik Elektro di Jogja

3 Rekomendasi Tempat Belanja Alat Praktikum Andalan Mahasiswa Teknik Elektro di Jogja

2 September 2024
Pom Bensin Pertamina Adisucipto Jogja Bikin Saya Nggak Malas Isi Bensin karena Fasilitasnya Komplet

Pom Bensin Pertamina Adisucipto Jogja Bikin Saya Nggak Malas Isi Bensin karena Fasilitasnya Komplet

10 Februari 2024
Nasib Warga Prambanan Sleman, Terasing dari Kabupatennya Sendiri Mojok.co

Nasib Warga Prambanan Sleman, Terasing dari Kabupatennya Sendiri

10 September 2024
The Park Solo, Mall Terbaik yang Pernah Saya Kunjungi (Unsplash)

4 Daya Tarik The Park Solo yang Membuat Orang Betah dan Ingin Kembali Berkunjung

5 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

3 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Sate Klatak Pak Jupaini Jogja: Rasanya Nggak Kalah dengan Pak Bari dan Pak Pong, dan Amat Cocok untuk Pekerja Kantoran

Sate Klatak Pak Jupaini Jogja: Rasanya Nggak Kalah dengan Pak Bari dan Pak Pong, dan Amat Cocok untuk Pekerja Kantoran

6 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert
  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.