Kuliah kerja nyata atau KKN, adalah salah satu kegiatan yang wajib diikuti oleh mahasiswa jurusan pendidikan seperti saya. KKN sering dianggap sebagai awal kandasnya hubungan cinta, awal cinta lokasi, cerita angker, awal persahabatan, cerita hoax (KKN di Desa Penari, uhuuukkk) dan lain sebagainya.
KKN biasanya dilaksanakan di desa yang letaknya cukup jauh dari universitas tapi tergantung juga kebijakan universitas. Dulu waktu menjalani kegiatan ini, teman saya pernah bertugas di sebuah desa di Boyolali yang jaraknya hanya 15 kilometer dari universitas saya yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dan untuk saya, awalnya saya ditugaskan di suatu desa di Nguter Sukoharjo lalu entah kenapa dipindah lagi oleh prodi ke sebuah desa di Wonogiri bagian Selatan, yaitu desa Gambirmanis, kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Jarak desa ini ke UMS kira-kira 80 kilometer, kalau ditempuh dengan kendaraan, dibutuhkan waktu sekitar dua jam 30 menit dan 15 menit untuk menuju ke kota kecamatan.
Ya, desa ini cukup jauh dari kampus, sangat ideal sekali untuk KKN. Tapi, desa ini hanya berjarak sekitar 30 menit naik motor dari rumah saya di Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, alias cuma beda kecamatan.
Pasti kalian berpikir “wah bejo men, enak banget deket rumah”. Percayalah, KKN dekat rumah itu lebih banyak tidak enaknya daripada enaknya. “Loh kenapa nggak enak? Padahal deket, bisa tidur di rumah”. Begini, saya ceritakan pengalaman saya.
Di hari pertama, semua barang bawaan kelompok saya dikumpulkan di rumah saya, dan dibawa ke desa dengan mobil. Oh ya, kebetulan rumah saya itu di pinggir jalan raya Wonogiri-Pracimantoro. Padahal kelompok lain semua barangnya dikumpulkan di kantor kecamatan dan dibawa dengan kendaraan mereka masing-masing.
Lalu banyak barang kebutuhan yang dipinjam dari rumah saya seperti bantal, jerry can untuk air, beberapa peralatan dapur, dan tikar. Padahal kami sudah buat pembagian tugas siapa saja yang bawa barang tersebut.
Sebenarnya pas KKN saya diperbolehkan pulang ke rumah di sore hari, dan paginya saya balik ke lokasi, tapi saya memilih tetap tidur di basecamp bareng teman-teman saya. Ya namanya budaya Jawa ewuh pekewuh masih kuat karena warga sudah menyiapkan rumah untuk basecamp. Kalau malam hari ada kegiatan seperti yasinan, saya memilih untuk tidur di basecamp KKN bersama teman-teman. Biar pun begitu, jujur saya pernah melakukannya beberapa kali pas sedang gabut.
Lalu ada teman saya ada yang sering beli barang lewat online shop, dan untuk alamat pengirimannya diarahkan ke rumah saya. Nah barang yang dipesan tersebut diambil oleh teman saya pas dia pulang ke rumah atau berangkat ke lokasi KKN. Entah kenapa tidak langsung dikirim ke alamat basecamp KKN atau ke rumah dia saja.
Pada saat hari-hari awal, saya dan teman-teman awalnya agak bandel, kami kadang-kadang tidak ikut sholat subuh berjamaah di masjid, pengampu saya di KKN pun laporan ke orang tua saya pas beliau kebetulan ada tugas ke Wonogiri. Akhirnya cuma saya yang kena semprot sama orang tua saya dan teman-teman saya hanya saya nasehatin saja.
Disaat waktu luang di malam hari saya sering video call dengan teman-teman saya yang KKN di daerah lain, saya sering diejek “wah enak kalo malem bisa tidur di rumah, la KKN cuma deket rumah” lalu saya jawab “nggak lah, mau pulang malu sama orang-orang.”
Seperti yang jelaskan di atas, selain banyak tidak enaknya, ada juga enaknya. Oleh karena jarak rumah saya dengan desa tempat KKN tidak jauh, karakteristik masyarakatnya juga tidak terlalu berbeda. Jadi bagi saya pribadi cukup mudah beradaptasi dengan karakter orang-orang di desa, ya maklum sama-sama dari desa.
Di desa Gambirmanis, air hanya dapat diperoleh dengan dua cara: beli satu tangki air bersih dan menadah air hujan. Oleh karena di dekat rumah saya saat musim kemarau sering susah air bersih, ya saya tidak kaget. Malah teman-teman saya bingung kok ada tempat menadah air hujan.
Jadi menurut saya lebih enak KKN di desa yang daerah yang lain daripada KKN di dekat rumah, sebab dipastikan mendapat pengalaman baru di daerah yang tidak familiar.
BACA JUGA Pelajaran Hidup di Kemacetan ala Driver Ojol dan tulisan Rakhmat Darmawan lainnya.