Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Tidak Menyenangkan Selama ‘Lockdown’ di Wall Maria

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
1 April 2020
A A
pengalaman lockdown

Pengalaman Tidak Menyenangkan Selama ‘Lockdown’ di Wall Maria

Share on FacebookShare on Twitter

Saya begitu getir ketika membaca tulisan salah satu siswa akademi ninja yang berjudul “Pengalaman Menyenangkan Selama Lockdown di Desa Konoha” di Terminal Mojok. Sekaligus, saya ngampet ngguyu. Heh kembang tebu yang terbang kanginan, Anda itu baru lockdown selama beberapa hari saja, belum merasakan banyak dampak perubahan sosial yang akan dirasa. Malah ndakik–ndakik bilang bahwa lockdown itu menyenangkan.

Saya nggak memprotes kebijakan Pakdhe Naruto. Apa lagi ngece bahwa Konoha melakukan lockdown dalam menghadapi pandemi corona, nggak sama sekali. Saya justru turut berbela sungkawa dengan apa yang terjadi kepada Bumi kita belakangan ini. Tapi, posisi saya di sini, adalah mengungkapkan protes terhadap pola pemikiran yang melompat dari sang penulis tentang dampak-dampak dari lockdown padahal baru dialami selama beberapa hari. Dan dalam tulisan saya yang sederhana ini, saya hendak memberikan antitesis bahwa lockdown itu nggak menyenangkan, sungguh!

Saya adalah warga sipil Dinding Maria, atau nama resminya adalah Wall Maria. Jika Anda belum mengetahui kondisi saya dan warga desa di dalam Dinding Maria, saya akan menjelaskannya secara cepat. Begini;

Saya dan seluruh warga desa, yang membentuk sebuah koloni berupa lingkaran raksasa dengan tembok yang tinggi menjulang. Dalam lingkaran tersebut, terdapat beberapa lapisan dinding lagi. Ada 3 lapisan, dan Dinding Maria adalah lapisan paling luar. Dinding ini adalah tameng. Tameng untuk apa? Untuk me-lockdown seluruh warga desa.

Jika Konoha dan Bumi sedang melawan pandemi corona, kami sedang melawan Titan yang hendak masuk ke dalam dinding kami. Apa itu Titan? Titan adalah makluk besar hasil rekayasa genetika manusia. Masih diteliti oleh para ahli kenapa orang-orang ini bisa menjadi raksasa dan terus-terusan menyerang dinding kami sebagai lockdown aktivitas kami dengan dunia luar (anime belum sampai, manganya sudah jaooh, jangan spoiler plis!).

Sekali lagi, konteks di sini bukan mengenai vis a vis antara pandemi corona dan Titan. Tapi efek yang ditimbulkan dari pembangunan dinding ini sebagai sarana lockdown sangat berpengaruh terhadap kelanjutan hidup kami.

Satu: Terciptanya Kelas-Kelas Sosial

Sebagaimana prinsip dari lockdown itu sendiri, kami menggunakan satu jalan utama untuk akses keluar masuk tiap dinding. Semua alur keluar-masuk, tiap dinding diawasi dengan ketat. Penjaga dinding adalah Stationaris yang memiliki logo bunga mawar—jika di tempat kalian, namanya adalah polisi—hanya satu alur pintu masuk maupun keluar, dan itu pun dilakukan dengan penjagaan yang ketat.

Terdapat 3 dinding utama; Maria, Rose dan Sina. Pertama, Dinding Maria adalah dinding yang memiliki diameter paling luas. Terdapat berbagai distrik dan kebetulan saya tinggal di dalam distrik Shiganshina. Saking luasnya, saya sampai nggak hapal distrik yang lain. Tapi, bukankah Dinding Maria ini adalah ujung dunia, ya? entahlah, kami tidak pernah keluar dari dinding besar ini. Entah ada apa di luar sana, yang jelas para titan siap memangsa kami ketika teledor bepergian ke luar dinding paling luar ini.

Baca Juga:

Rumbling dalam Attack on Titan: Terlihat Benar karena Ceritanya Memang Bermasalah

Saya Setuju dengan Eren, Rumbling Adalah Solusi

Di sini diisikan oleh rakyat-rakyat biasa. Dalam arti lain, saya dan penduduk yang lain adalah warga sipil yang bekerja sebagai pekerja biasa, petani dan peternak. Atau bahasa umumnya, daerah yang meliputi Dinding Maria ini adalah pedesaan. Pengelolaan sumber daya, di sinilah pusatnya.

Kedua, Dinding Rose, lapis kedua atau yang biasa disebut perkotaan. Di sini tempat industri dan yang paling santer bekerja adalah inovasi senjata pembunuh titan. Mereka yang tinggal di sini adalah kelas pekerja. Ketiga, Dinding Sina, yang terdalam dan merupakan tempat tinggal raja. Bayangkan saja jika titan berhasil menembus dinding. Maka yang menjadi santapan utama adalah saya yang berada di dinding terluar, dan terakhir adalah raja yang terdapat di bagian paling dalam.

Dua: Ketahanan Pangan

Tujuan lockdown jelas, menangkal semua titan-titan yang hendak masuk dan memangsa kami. Selain lockdown, nggak ada konsep strategi lain yang bisa dicanangkan raja kami. Ia beranggapan bahwa strategi dinding ini adalah jalan terbaik guna menyelamatkan kami dan seisi negeri. Eh, ndilalah, tanpa dinyana sama sekali, beberapa tahun silam muncul titan yang berukuran sangat besar, ia berjuluk Colosal Titan. Tingginya…Masyaallah, melebihi Dinding Maria yang tingginya saja menyentuh 50 meter.

Colosal Titan ini menendang Dinding Maria, menyebabkan celah yang menganga. Dan sesuai konsep dari raja, maka warga yang tinggal di Distrik Shiganshina, Wall Maria, berbondong-bondong masuk ke dalam dinding yang lebih dalam lagi, yakni Wall Rose. Populasi dalam dinding harus diatur, sedangkan ledakan pengungsi dari Distrik Shiganshina mengakibatkan pertahanan mereka goyah. Salah satunya adalah pertahanan pangan yang selama ini bergantung dari Dinding Maria yang notabene adalah pemasok pangan dari kelas petani dan peternak.

Skopnya pertanian menjadi kecil, ladang banyak yang hilang selama lubang akibat Colosal Titan belum ditambal. Wilayah lockdown dipersempit. Dan ledakan populasi di dalam Dinding Rose merupakan mimpi buruk kami.

Tiga: Cita-Cita Jadi PNS? HAHAHA!

PNS alias Pegawai Ninja Sipil? HAHAHA! Saya yang datang dari kelas proletar bisa apa ketika mengungsi di kelas borjuis? Bisa makan aja sudah syukur. Tidak ditinggal di dalam dinding juga sudah bersyukur. Status saya setelah migrasi secara paksa dari Dinding Maria adalah pengungsi. Berusaha menjadi tenaga negara yang mengurusi tata kelola sipil? Mimpi bagi kami.

Lockdown di Konoha enak, pemerintah kasih tontonan, sembako dibagikan, internet digratiskan, lha di negara saya, haduh. Tinggal di dalam Dinding Rose tidaklah gratis. Kami diperbolehkan memilih pekerjaan. Lha mau jadi apa lagi? Buruh pabrik senjata? Ah, emoh. Kita cuma jadi sapi peras si pemilik alat. Dalam artian jika menjadi tenaga pabrik, saya seakan berperan menjadi sebuah alat yang tidak ada nilainya lagi. Karena di sini, kaum tingkat kedua, melihat kami kaum tingkat ketiga bak sebuah sampah. Dan menjadi anggota militer adalah pilihan yang setidaknya rasional bagi kaum buangan.

Kebanyakan akan memilih menjadi penjaga dinding. Ya, Stationaris. Tugasnya dianggap mudah; buka-tutup dinding, memeriksa siapapun yang memasuki wilayan dinding. Pilihan berikutnya adalah Military Police yang punya logo kuda. Tugasnya adalah mengatur warga, ya jika di tempatmu itu namanya Polisi dan di Konoha itu setara Anbu, lah (kalau ndak salah).

Pilihan saya adalah yang terakhir, yakni Legiun. Tugasnya maha berat, mengorbankan diri untuk pergi ke luar dinding dan memecahkan misteri sebenarnya datang dari mana titan-titan ini. Kami seperti tenaga medis yang berada di garda terdepan. Lockdown di tempatmu enak, keluar dikasih genjutsu digigit anjingnya Kakashi. Lha ditempatku, ngeyel sitik dicokot titan ndasmu tugel, Mas!

Empat: Melihat Pantai

Pantai itu seperti apa, sih? Apakah airnya sama seperti danau? Alirannya sama seperti sungai? Atau bagaimana? Selama ini—seumur hidup—berangkat dari bekal lockdown ini, kepala saya rasanya kelu memikirkan pantai. Mungkin anda anggap saya ini lebay, tapi jujur saja saya ini penasaran ombak itu bentuknya bagaimana. Kebanyakan lockdown menjadikan saya begitu rasional. Langit adalah dinding, bintang adalah dinding dan malam adalah dinding. Tapi, masalah pantai, apakah dinding bisa berdebur dan menggulung seperti apa yang buku ceritakan tentang ombak?

Dan untuk Mas Calon Ninja yang sekarang bersekolah di Akademi Ninja Konoha, atas dasar dari kata-katanya yang bilang begini, lockdown itu enak jika yang “nggak enaknya” itu nggak dipikirkan. Dan saya ingin bertanya satu hal. Lantas, bagaimana jika hal tersebut tidak lagi melibatkan pikiran, namun sudah masuk dalam teritori perasaan?

BACA JUGA Saya Anak Desa Konoha dan Beginilah Enaknya Masuk Sekolah Ninja atau tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 April 2020 oleh

Tags: attack on titanlockdownpengalaman lockdown
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

Rumbling dalam Attack on Titan: Terlihat Benar karena Ceritanya Memang Bermasalah

Rumbling dalam Attack on Titan: Terlihat Benar karena Ceritanya Memang Bermasalah

21 Februari 2022
isolasi wilayah karantina wilayah tegal local lockdown laporan pandangan mata proses situasi mojok.co, wali kota tegal

Bukti Wali Kota Tegal Adalah Superhero bagi Warganya

17 Mei 2020
Fans AoT yang Membenarkan Rumbling, Kalian tuh Kenapa?

Fans AoT yang Membenarkan Rumbling, Kalian tuh Kenapa?

14 Februari 2022
Bahagianya Warga Kota Tegal Punya Walikota sang Inspirator Pembangunan terminal mojok.co

Bahagianya Warga Kota Tegal Punya Walikota sang Inspirator Pembangunan

7 Desember 2021
Para Penyembah Tembok dan Konsep Agama dalam 'Attack on Titan' terminal mojok.co

Para Penyembah Tembok dan Konsep Agama dalam ‘Attack on Titan’

26 Februari 2021
Kematian Sasha Blouse di 'Attack On Titan' Itu Biasa Saja, Nggak Usah Lebay! terminal mojok.co

Kematian Sasha Blouse di ‘Attack on Titan’ Itu Biasa Saja, Nggak Usah Lebay!

2 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.