Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pengalaman Saya yang Pernah Pacaran dengan Seorang Jamaah atau Syarifah

Nasrulloh Alif Suherman oleh Nasrulloh Alif Suherman
3 Desember 2020
A A
Pengalaman Saya yang Pernah Pacaran dengan Seorang Jamaah atau Syarifah terminal mojok.co

Pengalaman Saya yang Pernah Pacaran dengan Seorang Jamaah atau Syarifah terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Namanya cinta itu benar-benar tidak bisa direncanakan. Kita nggak tahu kapan dan kepada siapa kelak hati akan jatuh. Anjay, sudah seperti Sujiwo Tejo saja. Akan tetapi, ini beneran, karena selama saya mengarungi samudra kasmaran, tidak pernah ada rencana ingin sama siapa dan kenapa. Keinginan dan ekspektasi mungkin ada, tapi memang sudah dasarnya cinta itu nggak rasional, maka tidak diduga-duga. 

Pengalaman asmara saya tidak sampai sejauh orang-orang lain yang cintanya beda agama atau kewarganegaraan. Tidak sejauh itu. Namun, sejauh ini cinta saya pernah beda aliran dan nasab. Iya, nasab. Bukan nasabah, ya. Nasab itu adalah garis keturunan. Beberapa tahun silam, saya menjalin hubungan dengan seorang perempuan “jamaah” atau “syarifah.”

Untuk yang belum tahu, “jamaah” atau “syarifah” adalah sebutan untuk orang-orang Arab Hadrami yang memiliki nasab keturunan langsung ke Nabi Muhammad. Kalau kalian familiar dengan gelar “Habib,” mereka itu termasuk daripada jamaah.

Dalam tradisi Arab-Indonesia, khususnya yang berasal dari Hadramaut, ada penyebutan untuk orang Arab dan non-Arab. Seperti yang sudah saya sebutkan tadi, jamaah merujuk pada orang-orang Arab Hadrami yang memiliki nasab keturunan langsung ke Nabi Muhammad melalui garis keturunan cucunya, Husein bin Ali. Sedangkan untuk “orang biasa” seperti kita ini disebut dengan “ahwal.” 

Mengapa disebut ahwal? Yang saya ketahui dari teman saya yang jamaah, katanya karena ahwal berasal dari kosakata bahasa Arab “اهل” yang artinya keluarga. Jadi, mereka menggunakan kalimat itu karena konotasi dan arti secara etimologis tetap positif, begitu ceunah, mah. Tambahan informasi lain, para Arab-Indonesia jamaah keturunan Hadrami itu juga disebut dengan sebutan “sayyid/syarif ” bagi laki-laki, dan “sayyidah/syarifah” bagi perempuan.

Sebenarnya, pemahaman untuk para diaspora Hadramaut itu bukan hal baru, sebab dari kecil saya sudah sangat dekat. Di kampung ibu saya, kegiatan keagamaan dan pendidikan dipegang oleh keluarga Hadrami bermarga Alatas yang memiliki yayasan pendidikan dan agama. Ibu saya bersekolah di yayasan tersebut. Bahkan, saudara saya saja ada yang menikahi keluarga tersebut.

Berlanjut di pesantren, saya mulai mengenal tradisi keislaman yang lebih luas, menyentuh tradisi Islam yang dibawa oleh kelompok Arab-Indonesia asal Hadrami. Saya mulai mengenal maulid, ratib, dan tentu saja mengenal majelis pengajian yang dipimpin oleh seorang Habib. Begitulah, jadi bukan suatu hal yang sangat baru jika bicara soal pemahaman tentang kelompok Arab-Indonesia asal Hadrami tersebut.

Akan tetapi, seumur-umur saya belum pernah terpikirkan untuk dekat atau jatuh hati dengan seorang syarifah dari jamaah. Tidak sama sekali. Sedikit pun. Seperti kalimat pembuka pada tulisan ini, saya akhirnya percaya bahwa cinta tidak bisa direncanakan. 

Baca Juga:

3 Ide Pacaran Unik yang Hanya Ada di Bantul, Dijamin Nggak akan Terlupa

Jangan Jatuh Cinta dengan Orang Kabupaten Semarang, Kamu Nggak Akan Kuat!

Mungkin orang-orang yang lain berpikir, ada apa jika berhubungan dengan seorang jamaah, dan maksudnya beda nasab itu apa? Apakah sebuah masalah yang sangat besar dan patut diperhatikan dengan saksama? Bagi orang awam, mungkin jawabannya tidak ada masalah dan santai-santai saja. Namun, bagi yang sedikit memahami tradisi Arab-Indonesia jelas masalah.

Nasab bagi jamaah adalah sesuatu yang sangat penting, karena termasuk dalam menjaga dan memelihara tradisi. Sebenarnya tidak hanya bagi jamaah, tapi juga orang-orang Arab pada umumnya. Yang saya ketahui begitu. Akan tetapi, bagi jamaah nasab keturunan langsung ke Nabi Muhammad adalah sesuatu yang sangat sakral dan mesti dipertahankan. Oleh karena itu, seorang syarifah atau jamaah perempuan “dilarang” untuk menikahi selain jamaah.

Orang-orang mah mikirnya, “Gokil, Alif bisa dapat pacar orang Arab euyyy.” Mohon maaf, kalian cuma lihat enaknya, sebetulnya sangat banyak rintangannya. Kalau kamu tetap keukeuh, saya kasih tahu saja risikonya. 

Pertama, hubungannya tidak akan pernah lama. Pasalnya, tradisi tersebut cukup kencang dan dalam, Sob. Bisa saya katakan, dalam tradisi Arab-Indonesia asal Hadrami, menjaga nasab adalah harga yang sangat besar. Nggak percaya? Monggo silahkan tanya ke temanmu yang seorang jamaah. 

Kedua, meskipun bertahan pasti tidak akan pernah tenang. Sekali pun berhasil sampai tahap menikah, kemungkinan besar akan dijauhi dalam keluarga besarnya. Sebab kita dianggap telah memutuskan tali nasab dan keturunan dari Nabi Muhammad. Pasalnya, dalam Islam, nasab itu kan dari laki-laki, gitu. Cerita ini saya dapatkan dari teman saya. Keluarga teman saya ini ada yang sampai menikah dengan seorang jamaah. 

Ketiga, kamu juga harus berurusan dengan orang-orang yang sangat mencintai komunitas Arab-Indonesia asal Hadrami. Saya sebenarnya juga termasuk cinta, sebab saya mengamalkan ilmu dari pondok bahwa kita harus menghormati anak-cucu keturunan guru. Dan bagi saya Nabi Muhammad adalah seorang guru. Masalahnya, saya dulu malah kebablasan jatuh cinta. Haduhhh~

Iya, orang-orang yang mencintai para sayyid dan sayyidah itu kadang-kadang malah lebih kencang melarang. Yang lebih ekstrem saya temui bahkan sampai menghina-hina. Ya Allah, sampai segitunya, ya. Kenapa saya bisa tahu? Lantaran saya sendiri mengalami hal tersebut ketika saya pacaran dengan seorang jamaah.

Asli, kalau kita lihat dalam perspektif yang fundamental dalam Islam, sebenarnya Islam adalah agama yang egaliter dan tidak melihat seseorang melainkan dari kadar keimanan. Kalau kita lihat sekilas, tradisi demikian kok agak bertentangan. Dalam masalah ini juga, banyak fatwa dan dalil-dalil yang ternyata mengurusi hal ini. Serius ada, loh. 

Seperti masalah kufu, atau dalam bahasa Arab “kafaah” yang membahas masalah kesepadanan dan lain sebagainya. Lalu, ada lagi dalil hukum yang menyertakan syarat-syarat jika hendak menikahi jamaah, yang dalam salah satu poinnya (saya banyak lupanya, maaf) harus meminta rida wali dari perempuan jamaah. Ada pendapat ulama yang bilang, kalau walinya cukup keluarga. Ada yang bilang, walinya adalah seluruh jamaah keturunan Nabi Muhammad. Hadehhh, coba itu kalau minta rida satu-satu. Saya kutip dari Tirto.id, jumlahnya saja sekitar 500 ribu sampai 1,5 juta. Gempor, dah.

Sampai sekarang, masalah boleh atau tidaknya seorang ahwal menikah dengan jamaah memang melahirkan perbedaan pendapat. Walaupun memang hari ini banyak jamaah yang tidak memegang secara ketat tradisi menjaga nasab keturunan tersebut. Akan tetapi, ya, tetap lebih banyak yang memegang tradisi.

Tidak ada yang salah, dan bagi saya tradisi demikian bukanlah hal yang salah. Setidaknya, biarlah dulu itu jadi kisah dari hidup saya. Saya sudah jauh lebih bahagia dengan pasangan saya yang menggemaskan. Sementara mantan kekasih saya sudah bahagia dengan jalannya sendiri. Tidak hanya saya, kakak tingkat saya saja ada juga yang cintanya terhalang nasab, Sob.

Kalau kamu gimana? Pernah merasakannya juga, nggak?

BACA JUGA Meskipun Nggak Pernah Pacaran Saya Ogah Ikut Gerakan Indonesia Tanpa Pacaran dan artikel Nasrulloh Alif Suherman lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform Use Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 4 Desember 2020 oleh

Tags: jamaahnasabPacaranSyarifah
Nasrulloh Alif Suherman

Nasrulloh Alif Suherman

Penulis partikelir. Menulis di selang waktu saja.

ArtikelTerkait

wanita ingin dimengerti

Dear Wanita: Jika Ingin, Katakanlah

21 Juni 2019
bahaya berbagi password media sosial dengan pacar Macam-Macam Password Akun Media Sosial Orang Indonesia

4 Bahaya Bertukar Akun Media Sosial dengan Pasangan

26 Juli 2020
patah hati

Terlatih Patah Hati Bikin Hoki

19 Juli 2019
Rasanya Pesan Ojol yang Drivernya Mantan Pacar

Rasanya Pesan Ojol yang Drivernya Mantan Pacar

29 Oktober 2019
tanda gebetan tertarik dinilai dari ucapan saat kencan pertama mojok.co Boleh Ngomong Sesuatu, Nggak?

Tanda Gebetan Tertarik pada Kita, Dilihat dari Ucapan Mereka saat Kencan Pertama

8 Agustus 2020
Kumpulan Alasan Cowok Cuma Jemput Cewek di Depan Gang Terminal Mojok

Kumpulan Alasan Cowok Cuma Jemput Cewek di Depan Gang

22 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

17 Desember 2025
Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang, Tempat Terbaik bagi Saya Menghilangkan Kesedihan

4 Aturan Tak Tertulis agar Liburan di Lumajang Menjadi Bahagia

17 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

Bukan Mojokerto, tapi Lumajang yang Layak Menjadi Tempat Slow Living Terbaik di Jawa Timur

18 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan
  • Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan
  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.