Jumat pagi, kebetulan saya melewati daerah Ketintang dan berpapasan dengan beberapa mahasiswa UNESA. Melihat sekumpulan muda-mudi berjalan menuju gerbang kampus, membuat ingatan saya kembali ke masa lalu. Masa di mana saya untuk pertama kalinya resmi menyandang status sebagai maba UNESA. Nama Universitas Negeri Surabaya memang nggak setenar Universitas Airlangga (Unair) atau Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), tapi untuk bisa masuk kampus ini nggak bisa dibilang mudah karena harus bersaing dengan puluhan ribu calon maba lainnya.
Jadi, kalau kalian adalah golongan maba UNESA yang semalam habis menangis karena mungkin saja kampus ini adalah pilihan kedua setelah ITS atau Unair, hapus air mata kalian, Dik. Setelah resmi menjadi maba UNESA, hal yang harus kalian pikirkan adalah bagaimana bisa survive selama masa perkuliahan dan keluar dengan selamat, kalau bisa ya tepat waktu. Namun sebelum mulai mikirin perkuliahan, hal pertama yang perlu kalian hadapi adalah Perkenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru atau diangkat PKKMB.
Berbeda dengan pengalaman Mbak Firda di UGM dan Mas Iqbal di UM yang nggak mengalami perpeloncoan saat menjadi maba, saya memiliki pengalaman yang sebaliknya ketika menjadi maba UNESA.
Daftar Isi
PKKMB adalah nama lain dari senioritas
Di zaman sekarang, PKKMB lebih slow dan santai. Nggak ada teriakan dan bentakan karena tindakan seperti itu dianggap nggak mendidik dan unfaedah. Namun, kalian perlu tahu kalau ada masa di mana PKKMB UNESA adalah nama lain dari senioritas, setidaknya itulah yang saya rasakan delapan belas tahun lalu saat mejadi maba UNESA.
PKKMB dilakukan empat hari, hari pertama adalah PKKMB Universitas. Di hari pertama nggak ada masalah yang cukup berarti. Saya dan teman-teman mahasiswa baru lainnya hanya diminta menggunakan kemeja putih dan celana hitam dengan pita berwarna merah dan peci hitam. Meskipun saya perempuan, saya tetap wajib kopiahan karena jurusan saya Teknik Mesin.
Jika hal ini dilakukan pada tahun 2023, meminta maba perempuan menggunakan peci mungkin akan viral di Twitter karena dianggap bias gender. Tapi, waktu itu saya biasa saja karena menurut saya lebih mudah membeli peci ketimbang membawa topi jerami seperti maba di Fakultas MIPA.
Pada hari kedua hingga keempat, PKKMB dilakukan di prodi. Selama tiga hari, selain berada di dalam kelas untuk mendengarkan materi tentang pengenalan kampus, maba Teknik Mesin UNESA juga diajak berkeliling ke bengkel dan lab. Di sela-sela kegiatan tersebut, ada acara yang bersifat hiburan, lebih tepatnya hiburan untuk kakak kelas.
Kami dibagi dalam beberapa kelompok lalu diminta bernyanyi lagu anak-anak yang hurufnya diganti. Kami juga diminta untuk mengumpulkan tanda tangan kakak kelas minimal 10 orang. Katanya supaya akrab. Agak konyol sih, tapi tetap saya lakukan karena senioritas adalah nama lain dari PKKMB. Saya mengatakan demikian karena ada aturan nggak tertulis yang kira-kira kalimatnya seperti ini: pasal satu senior selalu benar, pasal dua kalau ada yang salah kembali ke pasal satu.
Meskipun ada teriakan, saya nggak mengalami kekerasan secara fisik dan sejujurnya PKKMB nggak menakutkan. Justru proses KBM lah yang membuat pengalaman maba saya menegangkan dan bagi sebagian orang mungkin traumatis.
KBM yang menegangkan bagi maba UNESA
KBM (Kemah Bakti Mahasiswa) dilakukan satu minggu setelah PKKMB. Dulu, saya berencana nggak ikut KBM, tapi ditakut-takuti kakak kelas. Katanya kalau nggak ikut KBM saya akan sulit yudisium. Namanya maba yang belum tahu apa-apa, informasi menyesatkan tersebut saya terima begitu saja. Akhirnya, saya memutuskan ikut KBM Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya yang diadakan di Coban Rondo selama tiga hari.
Acara KMB inilah yang saya sebut perpeloncoan yang sesungguhnya. Selama tiga hari, setiap pagi, para maba UNESA di kumpulKan di area terbuka. Kami diminta melakukan hal yang aneh-aneh dan norak.
Teman saya ada yang diminta berbicara dengan pohon hingga mencium tanah sebagai bentuk cinta tanah air. Yang menyebalkan, bisanya proses tersebut dilakukan secara bergerombol, satu maba dikerubungi empat atau lima kakak kelas.
Saya sempat ditanya oleh senior soal tokoh kartun favorit. Ketika saya jawab Sailormoon, saya langsung diminta menirukan gerakan Sailormoon sambil mengatakan, “Dengan kekuatan bulan akan menghukummu.” Kalau nggak saya turuti, akan lebih banyak kakak senior yang mengerubuti dan itu membuat saya risih.
Susur sungai dan jurit malam
Di siang hari, para maba UNESA akan diajak susur sungai dan harus melewati beberapa pos yang diisi oleh kakak kelas. Waktu itu, salah satu anggota kelompok saya ada yang menghilangkan name tag dan sebagai hukumannya kami diminta berendam di sungai.
Kami juga diberi permen yang harus dioper ke teman pakai mulut. Permen itu nggak boleh jatuh. Kalau permennya jatuh, kami direndam lebih lama. Karena saya perempuan, saya dikecualikan. Ya kali saya diminta berbagi permen dari mulut dengan teman laki-laki. Bisa-bisa tak adukan ke Komnas Perempuan kampus ini.
Ketika malam datang, kami juga diminta jurit malam. Sama dengan susur sungai, mahasiswa baru UNESA melewati beberapa pos panitia dan ada yang namanya pos bayangan (pos tidak resmi yang dibuat oleh kakak kelas entah Teknik Mesin angkatan berapa). Di setiap pos ini saya dan teman-teman maba diminta berhenti dan melakukan apa pun yang diminta senior. Misalnya bernyanyi, menghafal Pancasila, menebak kuis, kalau kakak kelasnya baik, kami diberi mi instan atau sekadar duduk untuk istirahat.
Jurit malam ini selain bikin capek karena berjalan menyusuri hutan malam-malam, kami juga harus menghibur kakak kelas di setiap pos. Kegiatan seperti ini sangat nggak cocok untuk saya yang bahkan sejak SD sampai SMA nggak pernah tertarik dengan Pramuka. Akhirnya, di malam berikutnya saya pura-pura pingsan agar terhindar dari acara jurit malam.
Maba UNESA disuruh potong rambut sebagai simbol penutupan PKKMB
Puncak acara KBM Universitas Negeri Surabaya yang menyebalkan adalah saat kami semua harus potong rambut atau digunduli sebagai simbol ditutupnya acara PKKMB secara keseluruhan. Waktu itu ada satu teman saya namanya Bjah yang nggak mau rambutnya dipotong.
Bjah beranggapan kalau ini hanya acara kemah, bukan ibadah haji. Ngapain juga harus potong rambut? Sikap teman saya langsung menuai kehebohan karena sejak dulu kala, KBM Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya dan potong rambut itu satu paket.
Akhirnya, kami semua diminta memilih, yang setuju dan nggak setuju potong rambut. Saya memilih nggak setuju, sama dengan Bjah. Sayangnya saya dan Bjah kalah. Teman-teman yang lain mungkin takut sama senior sehingga memilih potong rambut. Dulu, saya belum berhijab dan terpaksa merelakan sedikit rambut diujung untuk dipotong. Sementara teman saya yang lain ada yang beneran botak dan gundul.
Jadi solid dengan teman seangkatan setelah berkemah
Lantaran nggak sepakat dengan KBM Universitas Negeri Surabaya, saya nggak pernah ikut melakukan perpeloncoan ini kepada adik kelas sampai saya lulus kuliah. Namun, ada sedikit hikmah yang saya petik dari acara KBM ini, yaitu saya merasa sangat dekat dengan teman-teman maba UNESA yang seangkatan sepulangnya kami dari acara itu. Kami merasa seperti sekelompok manusia yang telah melewati perang dan tertawa bersama di truk dalam perjalanan pulang .
Akan tetapi, maba UNESA angkatan 2023 kini nggak perlu risau. Acara KBM Universitas Negeri Surabaya telah punah. Seingat saya, acara tersebut resmi dihapus sejak tahun 2013 silam. Kini kalian bisa bersyukur karena nggak harus berendam di sungai dan nggak perlu menghibur kakak kelas dengan bernyanyi lagu anak-anak seperti saya dulu.
Penulis: Tiara Uci
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 4 Hal Jadi Mahasiswa Unesa Itu Nggak Enak.