Kamu pernah punya pengalaman kurang menyenangkan saat nonton film di bioskop XXI nggak?
Beberapa hari ini, salah satu topik yang sedang menjadi pembicaraan di media sosial adalah bioskop. Bukan tentang politik bioskop terhadap film-film yang diputar atau yang lain, melainkan tentang perbandingan bioskop di Indonesia dengan di Amerika. Semuanya bermula ketika komika Pandji Pragiwaksono menceritakan bagaimana bioskop di Amerika yang berbeda dengan bioskop di Indonesia.
Menurut Pandji, bioskop di Indonesia itu lebih bagus dan lebih bersih dibanding bioskop di Amerika. Di bioskop Amerika, pengunjung kerap menjumpai beberapa tunawisma yang tidur di sana, lantai yang kotor, hingga kursi yang terlalu dempet. Dari cerita Pandji, kita bisa menyimpulkan bahwa ternyata bioskop di Amerika ini nggak sebagus yang kita bayangkan. Bahkan bioskop di Indonesia bisa dibilang lebh bagus.
Memang harus kita akui bahwa bioskop di Indonesia, misalnya bioskop XXI, memang sudah bagus dalam segala hal. Ruangannya bisa dibilang bersih, pelayanannya cukup oke, dan suasananya lebih nyaman. Selain itu, jangkauannya juga luas. Setidaknya di kota-kota besar, kita bisa menjumpai bioskop XXI. Ini jelas memudahkan siapa pun yang ingin menonton film.
Akan tetapi, meskipun bioskop XXI sudah bagus bukan berarti nggak ada hal minor yang terjadi. Sebagaimana manusia, nggak ada bioskop yang sempurna. Akan selalu ada kekurangan dan hal-hal kurang menyenangkan yang terjadi di dalam bioskop. Dan saya yakin itu pasti pernah kita alami. Oleh karena itulah, melalui tulisan ini saya mencoba merangkum beberapa pengalaman kurang menyenangkan di bioskop XXI yang pernah saya alami dan juga orang-orang sekitar saya.
Daftar Isi
Anak kecil berisik, padahal filmnya untuk usia 13 tahun ke atas
Ini pengalaman saya sendiri dan baru terjadi sekitar sebulan lalu. Ceritanya, saya sedang menonton film Star Syndrome garapan Soleh Solihun di salah satu bioskop XXI yang terletak di salah satu mal di Malang. Sejak awal masuk ruangan bioskop, perasaan saya sudah nggak enak karena saya melihat ada anak kecil berusia kira-kira 4 atau 5 tahun yang juga ikut masuk bersama orang tuanya. Padahal, film ini untuk usia 13 tahun ke atas lho yang mana logikanya adalah penonton yang berusia di bawah itu nggak boleh masuk.
Benar saja, anak kecil yang duduknya hanya berjarak dua baris di depan saya itu berisik. Sialnya, dia berisik saat paruh kedua film. Separuh pertama sih masih oke, tapi memasuki paruh kedua, saya sudah nggak fokus nonton. Saya juga nggak melihat ada usaha yang maksimal dari orang tua si anak untuk menegurnya. Sialnya lagi, saya bukan orang yang bisa menegur langsung.
Ini mungkin bisa jadi catatan bagi pihak XXI, mbok ya yang tegas sama aturan. Kalau sudah tahu filmnya untuk penonton berusia 13 tahun ke atas, anak kecil harusnya jangan dikasih masuk. Pihak bioskop harus tegas untuk itu.
Kursi bau apek di dalam studio bioskop XXI
Ini adalah cerita teman saya, namanya Rizky. Dia orang Malang, berusia 27 tahun, dan pengangguran. Peristiwa ini terjadi sebuah bioskop XXI di sebuah mal di Malang (mal yang sama dengan cerita saya sebelumnya).
Saat itu film KKN di Desa Penari sedang tayang. Rizky menonton di pekan kedua film tersebut tayang. Hari itu kondisi bioskop masih ramai, dan Rizky yang sudah pengin nonton memutuskan untuk menonton hari itu. Karena ramai, Rizky hanya mendapat kursi di G2 dan G3, menyisakan kursi G1 yang kosong.
Sialnya, Rizky yang duduk di G2 (sementara temannya di G3) harus mendapati bahwa kursi G1 ternyata bau apek. Menurut Rizky, bau apeknya itu seperti bau keringat yang tercampur dengan bau kaki.
Rizky nggak punya pilihan lain selain bertahan. Nggak ada lagi kursi kosong di dalam studio itu. Dia juga nggak enak kalau meminta bertukar tempat dengan temannya di G3. Alhasil, selama film diputar, Rizky harus menerima sensasi horor dari film, sekaligus bau apek dari kursi kosong sebelahnya.
“Kursinya nggak dibersihkan, ya? Minimal disemprot pengharum ruangan, kek!” keluh Rizky kepada saya. Saya jelas nggak tahu, lha wong saya bukan pegawai XXI.
Penonton lain main HP ketika film diputar, petugas bioskop XXI tidak tegas menegur
Teman saya yang lain, Sheila, 24 tahun, barista, seorang film enthusiast asal Malang, juga punya pengalaman yang kurang enak di bioskop XXI. Ini terkait dengan penonton lain yang mainan HP saat film sedang diputar. Ini terjadi ketika Sheila sedang menonton film Ngeri-Ngeri Sedap garapan Bene Dion di bioskop XXI di sebuah mal di Malang (mal yang berbeda dengan saya dan Rizky).
Sebagai film enthusiast, Sheila selalu fokus dalam menonton film. Dia nggak ingin ada gangguan apa pun saat menonton. Nah, kebetulan ada ibu-ibu yang duduk di baris depan Sheila mainan HP saat film sedang diputar. Sheila ingat betul bahwa kejadian itu terjadi di sepertiga akhir film. Sheila merasa nggak enak jika langsung menegur (sama seperti saya). Maka, dia memutuskan untuk melaporkannya ke petugas yang ada di pintu. Mendapat laporan, petugas tersebut hanya bilang bahwa sebentar lagi akan mereka tangani.
Sayangnya, nggak ada petugas yang datang menegur si ibu-ibu itu. Sheila gelisah dan bimbang. Kalau dia melapor lagi, dia akan kelewatan cerita film. Tapi kalau dia diam saja, dia jelas nggak nyaman. Akhirnya Sheila memilih diam dan nggak melapor lagi sambil mencoba menahan amarah karena “ibadah” menonton filmnya terganggu. Setelah film selesai, Sheila langsung pergi, keluar, dan pulang.
“Aku emoh ngamuk-ngamuk terus. Kesel! Dan gak bakal aku nonton ndek bioskop iku maneh!” kata Sheila saat menceritakannya ke saya.
Tiba-tiba ada bau nasi padang yang menyerbak
Aturan di bioskop itu jelas: pengunjung dilarang membawa makanan dari luar. Kalaupun ingin makan, pihak bioskop sudah menyediakan makanan dan minuman yang bisa kita beli. Tapi kenyataannya kadang nggak seperti itu. Masih ada saja orang-orang yang berhasil membawa makanan dari luar ke dalam bioskop. Entah gimana caranya, yang jelas ini membuktikan pengecekan sebelum masuk ruangan bioskop jelas nggak ketat.
Inilah yang dirasakan oleh teman saya Adib, 25 tahun, pedagang, di salah satu bioskop XXI di Kediri. Kejadian ini terjadi ketika Adib sedang nonton film Imperfect tahun 2019 lalu. Adib dengan pacarnya nonton di barisan C.
Film baru mulai sekitar 10 menit, tiba-tiba Adib mencium bau nasi padang yang semerbak. Adib paham betul bau nasi padang itu seperti apa, soalnya dia juga diehard fan nasi padang.
Adib sempat menoleh ke kanan, kiri, dan depan. Nggak ada yang sedang makan. Ternyata, setelah menoleh ke belakang, ke barisan B, ada mas-mas yang sedang makan nasi padang! Adib jelas jadi nggak fokus. Dia ingin nonton film Imperfect dengan khidmat, tapi aroma semerbak nasi padang di belakangnya itu terlalu mengganggu. Akhirnya, Adib terpaksa menahan gejolak batinnya dengan tetap mencoba fokus menonton film.
“Masalahnya, kok bisa orang itu bawa masuk nasi padang? Gimana caranya? Emangnya nggak diperiksa ya sama petugas? Aku tadi sebelum masuk diperiksa, lho!” keluh Adib kepada saya.
Adib memang suka nasi padang. Tapi menyelundupkan nasi padang ke bioskop itu bukan hal yang bisa ia wajarkan.
Itulah sedikit pengalaman yang kurang menyenangkan yang terjadi di bioskop XXI yang saya alami sendiri dan juga teman-teman saya. Semoga pengalaman-pengalaman kami di atas bisa menjadi masukan agar ke depannya bioskop XXI bisa lebih tegas dan memberikan pelayanan lebih baik lagi.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Membandingkan XXI dan CGV, Penguasa Bioskop di Indonesia, Mana yang Lebih Unggul?