Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Pengalaman Jadi Komdis Ospek, Panitia (Sok) Sangar yang Suka Bikin Drama

Adhitiya Prasta Pratama oleh Adhitiya Prasta Pratama
9 Agustus 2024
A A
Pengalaman Jadi Komdis Ospek, Panitia (Sok) Sangar yang Suka Bikin Drama

Pengalaman Jadi Komdis Ospek, Panitia (Sok) Sangar yang Suka Bikin Drama (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Ospek adalah kegiatan yang paling seru sekaligus paling memuakkan. Apalagi jika posisi kita adalah maba. Sebab, ospek nyatanya sampai detik ini masih jauh dari kata aman. Maksud saya, kadang-kadang, penerapan ospek masih jauh dari apa yang semestinya. Seperti intimidasi, kekerasan, perploncoan, dan pemerasan masih marak di dalamnya. Alih-alih mahasiswa baru merasa nyaman saat mengikuti masa pengenalan, mereka malah merasa semakin tertekan gara-gara komdis ospek.

Pengalaman saya jadi komisi disiplin atau komdis ospek menjadi bukti nyata. Mahasiswa baru malah kadang nggak bisa mengenal lingkungan kampus dengan baik karena tuntutan tugas ospek yang sangat berat itu. Apalagi jika setiap tugas dan tata tertibnya harus diawasi oleh seseorang yang didapuk menjadi komdis. Dari situ, saya merasa kalau menjadi komdis nyatanya nggak sekeren yang dibayangkan.

Komdis ospek bukan menertibkan maba, tapi membuat drama

Tentu kita sudah mengenal apa itu komdis. Komdis bisa dibilang sebagai polisi kedisiplinan bagi maba. Sebab tugasnya adalah mengatur dan menegakkan aturan dan norma yang berlaku di kalangan mahasiswa baru. Tugas ini kalau kita baca mungkin akan memberikan kesan tersendiri. Seperti jadi komdis itu sangar, istimewa, dan keren.

Namun, kenyataan pahit justru ada bagi mahasiswa yang sudah terpilih jadi komdis. Awalnya saya juga merasa begitu, kalau komdis adalah sosok yang pasti akan terlihat cool di kalangan mahasiswa baru, lantaran peran dan tugasnya yang kelewat sangar dan keren itu. Akan tetapi, bukannya berusaha menertibkan, komdis justru jadi sosok yang penuh drama.

Pengalaman saya membuktikan hal itu. Saat saya terpilih menjadi komdis di jurusan saya pada 2022 lalu, alih-alih saya berusaha untuk menertibkan mahasiswa baru yang melanggar aturan. Saya justru di-briefing untuk mencari-cari kesalahan mahasiswa yang sebenarnya nggak salah-salah banget atau kesalahannya masih terhitung wajar. Selain itu, saya juga disuruh untuk berdrama sehingga mahasiswa baru semakin merasa tertekan dan terintimidasi.

Waktu itu, ada mahasiswa baru yang ketahuan mencopot sepatu saat acara. Padahal, acara itu dilakukan di dalam ruangan ber-AC dan posisinya sedang duduk mendengarkan materi dari pembina. Saya menyadari betul kalau ketika duduk, apalagi sedang menggunakan sepatu pantofel, tentu maba akan terasa gerah dan pegal. Karena saya di-briefing untuk mencari-cari kesalahan, akhirnya saya tegur dan saya marahi sampai ia menangis.

Lebih parahnya, peraturan mencopot sepatu saat sedang mendengarkan materi sebenarnya nggak ada di tata tertib ospek. Dan, sebenarnya hal itu juga sah-sah saja dilakukan. Mengingat kegiatan ospek dilakukan sampai berjam-jam. Akan tetapi, saya harus membuat drama yang justru malah menyakiti hati maba. Intinya, kalau maba melawan, saya harus mencari alasan agar si maba itu tetap salah. Dan, jika mereka merasa salah, maka itulah sebenarnya tugas komdis.

Kelihatan sangar tapi sebenarnya kasihan

Saking penginnya komdis ospek terlihat kejam di mata maba, saya harus di-framing untuk sama sekali nggak bisa berinteraksi dengan maba. Kira-kira, ada satu bulan lebih sebelum maba mengikuti acara ospek itu, saya dilarang mengobrol bahkan bertemu. Ketika sedang rapat untuk menentukan tata tertib dengan maba, misalnya. Saya harus menjauh dan berlagak sok cuek di depan mereka. Terlebih, jika ada maba yang tanya ke saya. Maka secara ajaib saya akan melengos dan nggak menghiraukan pertanyaan maba itu.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Jujur, saya sebenarnya juga kasihan dengan para maba itu. Lantaran untuk masuk ke jenjang pendidikan tinggi saja mereka sudah berusaha mati-matian. Eh, ketika sudah masuk dan mengikuti acara dengan embel-embel “pengenalan lingkungan kampus” mereka masih harus berhadapan dengan komdis seperti saya ini. Tentu saya bisa membaca pikiran dan hati mereka bahwa keberadaan saya di sana justru sangat mengganggu. Pasalnya, sangat aneh jika dalam satu hari saja saya nggak menemukan kesalahan dari maba. Padahal, memang itulah tugas komdis, kan? Kalau nggak ada pelanggaran, berarti tugasnya berhasil. Lha ini malah nggak ada pelanggaran tapi malah diada-adakan.

Pengalaman saya lagi-lagi bisa menceritakan situasi itu. Sebenarnya, nggak ada aturan tertulis untuk tidak mencatat materi dari pembina saat pembina menjelaskan. Mereka bisa saja memiliki metode mencatat mendengarkan dulu baru menulis. Tapi, di mata komdis ospek, kalau ada maba yang nggak buka buku catatan saat ada materi, berarti itu adalah pelanggaran. Dan, kalau ada pelanggaran, maka tugas saya adalah menegur bahkan sampai memarahi mereka.

Dijauhi maba sampai lulus

Saya menyadari peran komdis ospek yang menyengsarakan maba itu setelah saya lulus. Sebab, dulu ketika jadi komdis, saya merasa menjadi orang paling keren karena suka membentak-bentak dan beradu argumen dengan maba. Tapi, sebenarnya itu adalah tata cara kerja komdis yang salah. Alih-alih kelihatan keren, saya justru jadi manusia paling dibenci oleh maba.

Hal ini saya rasakan betul. Bahkan per hari ini ketika saya sudah lulus. Saya merasa adik tingkat saya yang dulu saya ospek menjauhi saya. Bahkan, mereka merasa nggak nyaman dengan kehadiran saya. Mereka seperti mencari-cari alasan untuk nggak satu forum bahkan satu tongkrongan dengan saya. Akhirnya, setelah saya tanyai, ternyata kesan waktu ospek masih terbawa hingga sekarang.

Pengalaman menjadi komdis mungkin menjadi pengalaman paling indah sekaligus paling saya sesali. Lantaran koneksi saya dengan adik tingkat menjadi terbatas. Mereka masih menganggap saya sebagai komdis yang akan terus mencari-cari kesalahan mereka. Padahal, semua itu adalah framing yang sengaja dibuat.

Sampai saat ini saya masih dipandang sebagai komdis ospek menyeramkan nan menyebalkan oleh adik tingkat saya. Ini justru malah bikin saya resah. Sebab saya jadi orang yang paling ditakuti. Padahal ya, niat saya bukan itu.

So, pikirkan kembali kalau kalian masih menganggap menjadi komdis itu keren. Mending kalian memilih jobdesc lain agar kalian nggak menyesal seperti saya di kemudian hari.

Penulis: Adhitiya Prasta Pratama
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Ospek Jurusan Itu Sama Sekali Nggak Penting, dan Ini Serius

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Agustus 2024 oleh

Tags: Dramakomdis ospekMahasiswaospekPKKMB
Adhitiya Prasta Pratama

Adhitiya Prasta Pratama

Seorang mahasiswa yang hobi baca apa aja di depannya.

ArtikelTerkait

Mahasiswa Semarang KKL ke Jogja Buat Apa? Banyak Tempat yang Lebih Baik dari Jogja

Mahasiswa Semarang KKL ke Jogja Buat Apa? Banyak Tempat yang Lebih Baik dari Jogja

15 Februari 2024
Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara terminal mojok.co

Mahasiswa Kampus Islam Negeri Emang Harus Tabah dan Qanaah Menghadapi Kemenag

27 April 2020
Mahasiswa Nggak Perlu Malu KKN di Kota. Nyatanya Asyik-asyik Aja, kok

Mahasiswa Nggak Perlu Malu KKN di Kota. Nyatanya Asyik-asyik Aja, kok

28 Juni 2023
3 Stereotipe Menyebalkan yang Melekat pada Mahasiswa Jurusan Peternakan

3 Stereotipe Menyebalkan yang Melekat pada Mahasiswa Jurusan Peternakan

6 April 2023
jurusan ilmu komunikasi

Kuliah Jurusan Ilmu Komunikasi yang Disangka Belajar Ngomong Doang

18 Maret 2020
5 Alasan IPK Mahasiswa Pascasarjana Itu Biasanya Tinggi Terminal Mojok.co

5 Alasan IPK Mahasiswa Pascasarjana Itu Seringnya Tinggi Banget

19 April 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

3 Alasan Kenapa Kampus Tidak Boleh Pelit Memberikan Jatah Absen ke Mahasiswa

16 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Motor Honda Win 100, Motor Klasik yang Cocok Digunakan Pemuda Jompo motor honda adv 160 honda supra x 125 honda blade 110

Jika Diibaratkan, Honda Win 100 adalah Anak Kedua Berzodiak Capricorn: Awalnya Diremehkan, tapi Kemudian jadi Andalan

20 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.