Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Pendidikan di Era Digital Membawa Jenis Ketimpangan Baru yang Lebih Parah dari Sebelumnya

Aliurridha oleh Aliurridha
12 Mei 2020
A A
Sistem Pendidikan Indonesia dan Skor PISA yang Buruk, pendidikan era digital
Share on FacebookShare on Twitter

Dulu saya pernah kaget karena melihat Presiden yang kaget karena ada guru honorer yang gaji hanya Rp. 300.000/bulan. Saya lebih kaget lagi ketika Mendikbud sebelum Nadiem mendoakan guru honor masuk surga sebagai solusi rendahnya gaji mereka.

Saya pikir semua kekagetan saya sudah berakhir ternyata Mendikbud Nadiem Makarim bikin saya lebih kaget lagi karena–-entah gimmick entah benar-benar tidak tahu–-Mas Menteri mengatakan kaget ada rumah yang tidak punya listrik dan daerah yang tidak ada jaringan sinyal di Indonesia. Kekagetannya itu tidak hanya membuat saya kaget tapi rada kesal juga, seolah-olah saya dan kawan-kawan yang pernah ikut program untuk daerah tertinggal ini tidak ada harganya.

Saya pernah ikut program yang diadakan Kementrian untuk mengabdi di desa-desa yang masuk kategori tertinggal selama dua tahun. Dalam program tersebut kami per minggunya membuat laporan, per bulannya buat laporan, per tigabulannya buat laporan lagi dan seperti halnya setiap peserta yang tinggal di daerah yang tidak memiliki jaringan hanya untuk sekedar nelfon–-apalagi internet–-pasti mencantumkan keluh kesahnya dan memasukkan yang kita alami ke dalam laporan.

Saya bahkan mendapat keringanan menjadi tidak lagi seminggu sekali tapi per dua minggu karena desa penempatan saya tidak ada sinyal dan saya harus ke kecamatan lain (yang jaraknya tidak dekat) untuk sekedar mendapat sinyal. Saya jadi bertanya-tanya apakah kerja Kementerian ini tidak terkoneksi antara satu dan lainnya? Meski program saya bukan dari Kemendikbud ini membuat saya yakin jika Nadiem tidak sedang berakting maka memang tidak ada integrasi kerja antar Kementrian di Indonesia ini.

Katakanlah memang kerja Kementrian tidak terintegrasi antara satu dan lainnya namun apa tidak ada data dari Mendikbud sebelum-sebelumnya yang menjadi rujukan untuk Nadiem supaya bicaranya gak sampai ngelantur? Karena saya tahu ada namanya program Kemendikbud bernama SM3T yang menempatkan guru-guru untuk mengajar di daerah tertinggal. Daerah yang listrik saja istimewa, sinyal? Sudahlah jangan mimpi. Masak Nadiem bisa sampai kaget kalau ada rumah tidak dialiri listrik dan daerah yang tidak ada jaringan sinyal?

Dulunya saya yakin Nadiem akan menjadi seorang yang membawa pendidikan ke arah yang berbeda, ke arah yang lebih progresif. Semakin ke sini saya kembali pesimis karena ternyata justru dia membuat jurang ketimpangan dalam semakin lebar saja. Seperti halnya menteri-menteri pendidikan sebelumnya yang memukul pendidikan menuju satu arah yang seperti mengajarkan kucing, anjing, ikan, dan kera untuk naik pohon. Sekarang dengan Nadiem jadi ujung tombak pendidikan-–pendidikan dibawa ke arah serba digital dengan semangat revolusi industri 4.0 yang justru membuat ketimpangan pendidikan semakin lebar saja.

Saat ini saya membayangkan bagaimana nasib para murid di tempat saya mengajar dulu karena di sana sinyal untuk nelpon saja susah. Saya terkadang harus mendaki bukit atau mencari spot untuk menelpon dan itu pun putus-putus, internet? Sudahlah jangan menghayal.

Anak-anak yang di kota masih bisa mendapatkan layanan fasilitas pendidikan meski belajar di rumah. Internet tidak pernah menjadi masalah buat mereka dengan catatan orang tua mereka mampu. Tapi bagaimana dengan mereka-mereka yang tidak ada jaringan sinyal, listrik istimewa, atau hidup di bawah garis pendidikan? Pendidikan hanya menjadi libur panjang buat mereka.

Baca Juga:

Dosa Jurusan Pendidikan yang Membuat Hidup Mahasiswanya Menderita

Sekolah Swasta Gratis, Ide Gila yang Bisa Bikin Pendidikan Makin Miris

Saya tidak akan memungkiri bahwa ini terjadi karena pandemi korona. Tapi saya yakin bukan hanya karena itu. Saya melihat ancang-ancang digitalisasi pendidikan ini sedari awal sesuai visi misi Presiden Jokowi sudah mencak-mencak saat debat pilpres 2019 bahas-bahas startup, unicorn yang dulu kita pikir cuma semacam sarung tinju dalam ring debat politik. Ternyata makin ke sini gelagat beliau sangat serius dengan hal itu.

Lihat saja hampir semua konferensi ilmiah ada embel-embel revolusi industri 4.0. Saya pernah mengikuti salah satunya konferensi internasional yang sebenarnya untuk ilmu humaniora, eh ada embel-embel multimedia revolusi industri 4.0. Saya tidak akan memungkiri ini bagus jika dilihat dari perspektif ekonomi. Apalagi jika kita melihat situasi saat ini-–harga minyak bumi turun, perusahaan-perusahaan energi merugi-–perusahaan startup malah untung besar. Salah satunya ya perusahaan mantan stafsus milenial Presiden itu.

Perusahaan startup tidak banyak terpengaruh dengan pandemi seperti halnya perusahaan manufaktur yang telah banyak memecat buruh. Di saat perusahaan lain sedang melepas sebagian bebannya, perusahaan startup banyak yang lagi panen hasilnya. Salah satu target yang dikejar pemerintahan Jokowi adalah investasi yang tentu saja lancar ke arah perusahaan ini. Visi ini bagus tapi ada yang belum terpikirkan bahwa hal ini akan melahirkan ketimpangan baru–-ketimpangan pendidikan era digital, ketimpangan pendidikan yang jauh lebih besar dari masa-masa sebelumnya.

Misalnya mereka yang daerahnya masih tidak memiliki infrastruktur untuk mengakses internet akan semakin ketinggalan. Mereka yang kehidupan berada di garis atau bahkan di bawah garis kemiskinan. Mereka yang tidak memiliki gawai dan laptop atau daerahnya tidak memiliki sinyal bisa apa dengan pendidikan yang seperti ini?

BACA JUGA Menkominfo Orang Flores, Tapi KBM Online di Flores Susah Karena Tidak Ada Jaringan dan tulisan Aliurridha lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 12 Mei 2020 oleh

Tags: digitalisasi pendidikanketimpanganPendidikansistem pendidikan
Aliurridha

Aliurridha

Pekerja teks komersial yang sedang berusaha menjadi buruh kebudayaan

ArtikelTerkait

buruh

Buruh Membaca Buku, Apa Pentingnya?

5 September 2019
5 Hal Kecil yang Bisa Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris guru bahasa inggris

Betapa Pentingnya Guru Bahasa Inggris di Sekolah Dasar

12 Desember 2022
pesta ramah anak

Merancang Pesta Ramah Anak

13 Agustus 2019
Seharusnya Utang Piutang Masuk dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia terminal mojok.co

Seharusnya Utang Piutang Masuk dalam Kurikulum Pendidikan Indonesia

22 Februari 2021
Anggapan Keliru Soal Anak Kelas Akselerasi yang Selalu Keren. Aslinya Ya Begitu... terminal mojok.co

Anggapan Keliru soal Anak Kelas Akselerasi yang Selalu Keren. Aslinya Ya Begitulah

2 Februari 2021
Kuliah Sekarang: Bayarnya ke Kampus, tapi Terpaksa Cari Ilmu di Warung Kopi

Kuliah Sekarang: Bayarnya ke Kampus, tapi Terpaksa Cari Ilmu di Warung Kopi

17 Februari 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.