Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Peluru Dibalas Tahi: Ketika Kekerasan Dibalas Kelembutan

Iqbal AR oleh Iqbal AR
31 Oktober 2019
A A
Peluru Dibalas Tahi: Ketika Kekerasan Dibalas Kelembutan
Share on FacebookShare on Twitter

Aksi mahasiswa ternyata belum usai. Setelah demonstrasi besar pada bulan September lalu yang terjadi di berbagai kota di Indonesia, demonstrasi kembali terjadi pada 28 Oktober di beberapa kota. Demonstrasi mahasiswa di Sulawesi Tenggara paling menarik perhatian masyarakat. Sebab dalam aksinya, mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Sultra Bersatu (Formasub) melempari polisi dengan kotoran atau tahi sapi. Aksi ini jelas mengundang komentar masyarakat. Ada yang menganggap wajar, ada juga yang mengutuk aksi tersebut.

Maman Suherman, jurnalis dan penulis, menjadi salah satu pihak yang mengutuk aksi pelemparan tahi tersebut. Kang Maman (panggilan akrabnya) menuliskan sebuah ungkapan kecewa dan tidak percaya terhadap apa yang dilakukan mahasiswa terhadap polisi. “Sungguh, saya masih berusaha untuk tidak percaya, bahwa yang kalian lemparkan kepada sesama saudara kita, adalah tahi. Bayangkan, jika itu dilakukan terhadap dirimu, saudaramu, orang tuamu atau anak-anakmu,” ungkap Kang Maman dalam akun Twitter-nya.

Kang Maman juga mengunggah foto anggota kepolisian yang badan dan seragamnya “ternodai” oleh kotoran. Banyak yang sepakat dengan Kang Maman, tapi nggak sedikit juga yang menyanggah pendapat Kang Maman tersebut. Oh iya, demonstrasi mahasiswa tersebut berfokus untuk mendesak Kapolda Sultra mempercepat pengusutan kasus kematian dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Randy dan Yusuf.

Oke, kita coba mundur ke kasus kematian dua mahasiswa tersebut dalam demonstrasi sebelumnya. Keduanya tewas tertembak (atau ditembak?) oleh aparat kepolisian yang mengamankan jalannya demonstrasi pada September lalu. Meskipun ada beberapa versi tentang kematian kedua mahasiswa ini, yang jelas pelaku “pembunuhan” ini hampir bisa dipastikan dari pihak aparat.

Setelah kasus ini, mahasiswa menuntut pengusutan tuntas terhadap kematian kedua mahasiswa ini. Hasilnya, hanya tindakan berupa sanksi disiplin untuk enam polisi, yaitu AKP Diki Kurniawan, Bripka Muhammad Arifuddin, Bripka Muhammad Iqbal, Brigadir Abdul Malik, Briptu Hendrawan, dan Bripda Fatur Rochim Saputro.

Sanksi ini karena mereka membawa senjata api (yang mana sudah dilarang oleh Kapolri) dalam mengamankan demonstrasi mahasiswa 26 September 2019 di depan kantor DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara. Sanksi disiplin juga sekadar teguran tertulis, penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun, penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun, penundaan pendidikan selama satu tahun, dan penempatan di tempat khusus selama 21 hari.

Ini jelas mengecewakan mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Sanksi disiplin di atas jelas nggak menyelesaikan kasus kematian Randy dan Yusuf. Selain sanksi disiplin yang terlalu ringan, pihak kepolisian juga jelas belum mengungkap siapa dalang atas kematian kedua mahasiswa tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa di Sultra mengadakan aksi lagi pada 28 Oktober yang diwarnai oleh pelemparan tahi ke arah polisi oleh mahasiswa.

Oke, katakanlah pelemparan tahi oleh mahasiswa ke polisi itu nggak manusiawi atau nggak beradab. Tapi, apakah penembakan oleh aparat bersenjata api ke arah mahasiswa yang nggak bersenjata, bisa dibilang lebih beradab? Ayolah, jangan seakan-akan air mata dan kesedihan polisi yang dilempar tahi itu lebih patut diberikan empati, daripada air mata dan kesedihan keluarga dan kawan-kawan kedua mahasiswa yang mati.

Baca Juga:

Ujian SIM Perlu Direvisi, Harusnya Lebih Fokus pada Etika dan Pengambilan Keputusan di Jalan

Pertigaan Lampu Merah Kletek Sidoarjo, Pertigaan Angker bagi Pengendara yang Tak Taat Peraturan Lalu Lintas

Polisi hanya dilempar tahi, yang akan hilang bau dan nodanya setelah mandi dan baju dicuci. Sementara mahasiswa yang tertembak, mungkin noda darah di baju akan hilang setelah dicuci. Tapi setelah dimandikan tubuhnya, apakah mereka akan kembali? Saya nggak tahu apa yang ada di pikiran orang-orang yang mencibir keras pelemparan tahi pada polisi, yang mengatakan bahwa tindakan tersebut adalah tindakan biadab dan tidak berperasaan. Udah gitu, pakai pengandaian jika itu terjadi pada keluargamu, bla bla bla.

Coba kalau dibalik. Jika yang ditembak hingga mati itu saudaramu atau keluargamu, bagaimana perasaanya? Nodanya mungkin hilang, tapi nyawanya jelas tak kembali. Orang-orang seperti itu jelas kehilangan nalar manusiawinya. Membela mati-matian aparat bersenjata dan “agak diam” ketika mahasiswa mati ditembak aparat. Mungkin selama ini mereka hidup dalam kemewahan, keamanan terjamin, dan tanpa keraguan terhadap apa yang terjadi.

Sebagai penutup, saya ingin mengutip Jason Ranti dalam unggahan di Instagram-nya. Dia mengatakan, “Aku nggak mau lempar batu ke mereka. Aku maunya lempar tahi aja. Batu itu keras. Tahi itu lembut. Kekerasan harus dilawan dengan kelembutan. Mungkin kelembutan tahi malah bisa menyentuh hati nurani.”

BACA JUGA Polisi Dilempar Tahi Masih Bisa Mandi, Mahasiswa Ditembak Mati Mustahil Hidup Lagi atau tulisan Iqbal AR lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 Oktober 2019 oleh

Tags: demonstrasipenembakanpolisitahi
Iqbal AR

Iqbal AR

Penulis lepas lulusan Sastra Indonesia UM. Menulis apa saja, dan masih tinggal di Kota Batu.

ArtikelTerkait

anarkis

Aksi Boleh, Anarkis Jangan

27 September 2019
#PercumaLaporPolisi

#PercumaLaporPolisi Nggak Bakal Ada kalau Penegak Hukum Kerjanya Bener

9 Oktober 2021
Diusir dari Kantor Polisi karena Pakai Sandal Jepit. Emang Ada Aturannya? terminal mojok.co

Polisi yang Menyiksa Lalu Nggak Dihukum Itu karena Kebal Hukum atau Males Ngurusin?

29 Agustus 2020
Toko Kelontong Bukan Tempat Penukaran Uang, Tolong Kesadarannya, Hyung warung kelontong mitra tokopedia grosir online terminal mojok.co

Eksistensi Gamang Pedagang Asongan di Tengah Demonstrasi

10 Oktober 2020
5 Kejadian Luar Biasa yang Bikin Ospek UIN Gempar dan Viral, Ada Apa dengan UIN (yang Sekarang)?

5 Kejadian Luar Biasa yang Bikin Ospek UIN Gempar dan Viral, Ada Apa dengan UIN (yang Sekarang)?

10 September 2023
aksi mahasiswa

Aksi Mahasiswa Belum Selesai, Tergantung Sebebal Apa DPR dan Pemerintah

25 September 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.