Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pekerjaan Rumah Tangga Mengubah Pandangan Saya terhadap Perempuan

Ahmad Natsir oleh Ahmad Natsir
19 Februari 2021
A A
Pekerjaan Rumah Tangga Mengubah Pandangan Saya terhadap Perempuan terminal mojok.co

Pekerjaan Rumah Tangga Mengubah Pandangan Saya terhadap Perempuan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

 Sudah dua bulan istri saya hamil anak kedua kami. Ini membuatnya absen dari pekerjaan rumah tangga. Kehamilannya kali ini berbeda dengan kehamilannya yang pertama. Kehamilan pertama diwarnai dengan mabuk pagi yang bisa terobati dengan minum es. Dan itu terjadi di saat keadaan kami belum mempunyai lemari es. Sedangkan  kini, setelah kami mempunyai lemari es baru, Istri saya malah mabuk saat minum es. Haiss, piye to, Ngger?

Mual-mual karena kehamilan ini pun merambat ke mana-mana, saat memasak dia menjadi tidak tahan dengan aroma bumbu yang menyengat. Hingga saya memergokinya mual-mual saat melihat cucian piring dan kawan-kawannya. Alhasil, dengan penuh ketetapan hati, saya menjadi “pegawai tetap” di dapur, setelah sebelumnya kami bergantian mencuci piring, dan baju. Yah, niat ingsun mengamalkan mubadalah. 

Akhirnya, saya harus menerima jadwal baru saya, bangun tidur, menyapu halaman, kemudian ke dapur untuk mencuci tumpukan piring dan berbagai alat dapur lainnya. Pekerjaan rumah tangga sekarang juga saya tangani. Dulunya, saya mengira pekerjaan mencuci piring sudah selesai setelah saya mencuci piring saja. Ternyata tidak, masih ada mengembalikan piring dan kawan-kawannya yang bersih ke tempatnya, dan membersihkan tempat mencuci piring itu sendiri. Ini benar-benar di luar dugaan. 

Dan, saya harus kembali ke tempat semula, menyikat lantai, membersihkan ember yang mulai dikuasai lumut, perabot yang mulai berdebu, dan mengecek saluran air yang harus bisa dipastikan lancar. 

Tidak hanya perihal mencuci piring, mencuci baju juga pekerjaan rumah tangga yang tidak kalah rumitnya. Mencuci baju tidak hanya berupa pekerjaan mencuci baju dan game over. Mencuci baju ternyata lebih rumit daripada teori Episteme-nya Michel Foucault, atau Grammatology-nya J. Derrida. Pasalnya, setelah mencuci baju, pekerjaan yang bertemakan baju belum selesai di situ. Masih ada menjemur pakaian, mengambilnya dari jemuran, melipat baju, khusus untuk baju kerja harus disetrika terlebih dahulu. Saya tidak menyangka hidup ini begitu rumitnya.

Itu pasca mencuci lho, belum proses mencucinya itu sendiri yang bila dikerjakan secara sembarangan, mesin cuci bisa rusak karena siluman uang koin, paku susuk, atau bahkan roda kereta api yang nyangkut di saku celana. Baju putih yang tiba-tiba berubah menjadi Ranger Kuning juga bikin PR baru. Gawat bila pantangan itu dilanggar. 

Di antara keributan dunia yang begitu kompleks yang baru saya ketahui, saya juga harus menerima kebenaran baru yang tidak bisa diganggu gugat. Ini aksiomatis-problematis. Hahaha. Kebiasaan rumit ini berlangsung setiap hari. Iya, setiap hari. Kurang puas? Se-tiap ha-ri.

Setiap hari tanpa jeda saya berhadapan dengan pekerjaan yang hampir sama. Melelahkan, tapi menyenangkan, untuk tidak dikatakan merepotkan. Saya takut diboikot istri saya nanti malam kalau kebanyakan ngeluh. Hiks.

Baca Juga:

Konten “5 Ribu di Tangan Istri yang Tepat” Adalah Bentuk Pembodohan

Lebih Baik Minta Izin pada Istri daripada Minta Maaf, karena Keterbukaan Menghasilkan Kepercayaan

Kebiasaan ini akhirnya tanpa saya sadari menata perilaku saya. Saya meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Panci yang digantung, piring yang berjajar rapi bak tentara Korea Utara, meletakkan pisau di tempatnya, sendok yang masuk dengan para kawannya, dan tidak lupa gayung yang dilarang keras mengapung di atas air, agar tidak cepat lumutan katanya.

Aneh, saya menjadi super disiplin begini. Ketika telanjur disiplin, saya menjadi gusar saat melihat sekitar saya tidak sedisiplin saya. Katakanlah sayamenjadi intoleran dengan segala hal yang tidak pada tempatnya. Dengan kata yang lebih sederhana saya menjadi cerewet. Satu identitas yang sebenarnya berada di stereotip kaum hawa kini saya begitu fasih mengamalkannya sendiri.

Pernah suatu ketika, saya ngomel-ngomel ke istri gara-gara dia tidak mengembalikan piring ke tempatnya. “Oalah, Buk, Mbok yao, setelah makan piring ditaruh di tempat cucian. Jangan kayak gini.” Selepas mengucapkan mantra itu, tiba-tiba saya merenung, tentu menyesal sedalam-dalamnya, “Mengapa saya bisa begitu cerewet begini? Bukankah biasanya saya yang menjadi korban omelannya?”

Saya menyadari, saya telah berubah karena pekerjaan rumah tangga. Dan, tiba-tiba saya merindukan saat-saat saya diomelin istri saya. Mungkin, jika nanti saya mendapatkan kembali omelan tersebut, saya akan berterima kasih kepada Sang Pencipta, dan berkata kepada-Nya, “Tuhan, akhirnya aku tahu, mengapa Engkau taruh restu-Mu di restu istriku.”

BACA JUGA Restu Suami Itu Teori, Faktanya, Restu Istri Adalah Kunci dan tulisan Ahmad Natsir lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: Kesetaraan GenderRumah Tangga
Ahmad Natsir

Ahmad Natsir

Bapak rumah tangga yang nyambi nulis esai.

ArtikelTerkait

generasi sandwich cara mengatasi cara menghadapi mojok.co

Apa yang Harus Dilakukan jika Kita Termasuk Generasi Sandwich

22 Juli 2020
Istilah 'Ibu Dilarang Sakit' Menunjukkan Betapa Saktinya Ibu Rumah Tangga terminal mojok.co

Istilah ‘Ibu Dilarang Sakit’ Menunjukkan Betapa Saktinya Ibu Rumah Tangga

27 Februari 2021
Tak Perlu Berlebihan Romantisisasi KKN, Bukan Ajang Cari Jodoh apalagi Simulasi Rumah Tangga

Tak Perlu Berlebihan Diromantisisasi, KKN Bukan Ajang Cari Jodoh apalagi Simulasi Rumah Tangga

21 Juli 2024
Pekerjaan Rumah Tangga Mengubah Pandangan Saya terhadap Perempuan terminal mojok.co

Lelaki Kerja Domestik Asal-asalan Dipuji, Perempuan Kerja Domestik Tiap Hari Dikritik Terus

15 Mei 2020
Melihat Bagaimana Sinetron Indonesia Mencekoki Kita dengan Budaya Patriarki, program keluarga

Melihat Bagaimana Sinetron Indonesia Mencekoki Kita dengan Budaya Patriarki

11 Maret 2020
Potensi Deterjen Sayang Bikin Kisruh Hubungan Rumah Tangga Terminal Mojok

Potensi Deterjen Sayang Bikin Kisruh Rumah Tangga

18 Januari 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.