Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Pejuang Kita Tidak Minta Izin Belanda Waktu Bikin Mural

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
16 Agustus 2021
A A
Pejuang Kita Tidak Minta Izin Belanda Waktu Bikin Mural

Pejuang Kita Tidak Minta Izin Belanda Waktu Bikin Mural

Share on FacebookShare on Twitter

Kalau bicara mural, sebenarnya sudah jadi hal yang biasa saja. Gambar dengan media tembok dan cat ini punya tempat tersendiri dalam peradaban. Bahkan sejak era pra-peradaban, mural sudah dikenal dan jadi legacy tersendiri. Apalagi bicara mural politik dan kritik, boleh dibilang setua peradaban ini sendiri.

Tapi, orang gumunan memang tidak mengenal perjalanan sejarah. Dan tidak kenal posisi dan jabatan. Perkara mural kritik kali ini membuat Mas Faldo Maldini gumun. Bahkan saking gumun alias terkejutnya, opini Mas Faldo ini jadi offside.

Yang dimaksud adalah mural kritik kepada Presiden Joko Widodo. Mural di Batuceper, Tangerang ini memang multitafsir. Meskipun sudah jelas tujuannya kritik. Karya dengan gambar serupa dengan Presiden Jokowi ini dilengkapi tulisan “404: Not Found”.

Entah artinya Jokowi tidak bisa ditemukan, atau janjinya tidak diketahui implementasinya, semua tergantung sudut pandang. Tapi, sudah jelas tujuan mural ini untuk mengkritik Jokowi. Sayang sekali karya ini sudah “ditutup” dengan cat oleh aparat. Menurut penjelasan kepolisian, mural tersebut merendahkan presiden yang juga menjadi lambang negara.

Perkara hukum tidak akan saya bahas. Toh urusan mural tanpa izin memang melanggar hukum. Dan kalau bicara kritik pada pemerintahan, wajar saja jika ada upaya pembatasan seperti ini. Tapi, saya tertarik pada opini Mas Faldo Maldini terhadap karya ini.

Mas Faldo menekankan bahwa beliau tidak mempermasalahkan isi konten dalam karya tersebut. Pasalnya, kata Faldo, selama ini berbagai kritikan pada presiden dibalas dengan perbaikan kinerja. Tapi, yang ditekankan Mas Faldo adalah tindakan tanpa izin.

“Sekali lagi, saya minta maaf, agak keras. Yang jadi masalah, bukan konten atau kritiknya. Kritik selalu dijawab dengan kinerja yang baik. Tapi ini tindakan yang sewenang-wenang. Setiap warga negara harus dilindungi dari tindakan dengan sewenang-wenang,” tegas Faldo.

Mas Faldo mempermasalahkan bahwa pembuat karya tidak memiliki izin. Sehingga karya tersebut tidak pantas untuk tampil. Dan menurut Mas Faldo, pembuatan karya ini sewenang-wenang dan setiap warga negara harus dilindungi dari tindakan ini.

Baca Juga:

Urban Legend FBSB UNY yang Bikin Bulu Kuduk Merinding

ASN Bisa Bersuara, Bisa “Mati” Maksudnya

Kalau dibilang offside, ya jelas offside. Apalagi ketika ujaran ini disampaikan Stafsus Mensesneg. Mas Faldo ini menjadi representasi pemerintahan lho. Opininya seperti mewakili opini pemerintah. Lha kok sampai membuat statement berputar-putar dan bisa ditertawakan ini.

Memang menurut KBBI, sewenang-wenang berarti tidak mengindahkan hak orang lain. Dan tindakan seperti mural ini bisa digolongkan sebagai vandalisme yang melanggar hak orang lain. Tapi, lucu juga ketika Mas Faldo menggunakan istilah ini untuk membahas perbuatan rakyat. Toh akar kata tadi adalah wenang yang lebih dekat dengan pemilik hak dan kekuasaan.

Tapi, yang lebih lucu dari ini adalah logika ini patut dikecam karena tanpa izin. Menurut Mas Faldo, mural kritik bisa diterima selama dengan izin dari yang berwenang. Lha ini lho logika lucunya. Menuntut mural kritik mengantongi izin sama seperti menuntut maling untuk lapor RT RW sebelum beroperasi.

Tujuan karya yang dikecam ini memang kritik. Dan kritik yang disampaikan memang pedas dan “kasar”. Lha kalau pakai izin, berapa banyak pantangan yang diterapkan pada si pembuat karya. Bisa-bisa karya yang dihasilkan adalah mural berwajah tokoh dengan quote “Kepak Sayap Kebhinekaan”.

Pertama, kita perhatikan fungsi mural dalam peradaban. Karya ini punya dampak untuk membawa karya seni ke ruang publik. Untuk urusan ini, mural memang sering berizin bahkan berdasar pesanan pihak tertentu. Kedua, karya ini menjadi alat efektif untuk mencapai tujuan politis. Lahirnya mural politis ini memang sering melanggar hukum, apalagi jika yang dikritik adalah pihak otoritas. Tentu dengan tetap menjaga nilai seni di dalam karya ini.

Sejak era Romawi klasik, mural sudah jadi alat politik untuk menyampaikan kritik. Dan berbagai belahan dunia menyimpan karya kritik serupa. Beberapa sangat legendaris, misalnya karya si misterius Banksy. Tapi, untuk apa mencari contoh dari belahan dunia lain, kalau mural politik dan kritik juga dibuat oleh pahlawan kemerdekaan kita.

Dari tulisan “merdeka ataoe mati” sampai gambar gerilyawan menyerang tentara Belanda tersebar selama revolusi fisik. Dari tembok sampai gerbong menjadi media menyebarkan karya ini. Nah pertanyaannya, apakah para pejuang mendapat izin dari Belanda untuk membuat karya semacam ini?

Tentu saja tidak! Apakah Belanda senewen dengan karya ini? Tentu saja iya. Tapi, inilah tujuan mural kritik: untuk membuat pihak yang diserang tidak nyaman serta terbuka matanya. Di satu sisi, masyarakat ikut memahami isu yang disampaikan.

Meminta izin untuk membuat karya kritik jelas membuat ribet si seniman. Dari pembatasan ini itu, perizinan, sampai birokrasi pasti menjadi perkara baru. Padahal isu yang dikritik lewat karya ini terus berjalan dan terlewat dari radar masyarakat. Kan tidak lucu, mural kritik batal dibuat karena “Mas, fotocopy KTP-nya tidak jelas” sambil memasang wajah cengoh menyebalkan.

Mas Faldo perlu memahami kenapa karya kritik ini tidak berizin. Dan kalau memang setiap kritik dibalas perbaikan kinerja, kenapa harus marah-marah pada sebuah karya. Malah bagus dong, karya ini bisa dibalas kinerja terbaik pemerintahan. Kalau menurut logika Mas Faldo sih.

BACA JUGA Sulitnya Menjadi Fans SID dan JRX di Masa Pandemi dan tulisan Prabu Yudianto lainnya. 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 September 2021 oleh

Tags: belandakaryakritikmuralpejuangPojok Tubir TerminalromawiSeni
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

teori konspirasi chemtrails teluuur mojok

Alasan Teori Konspirasi Chemtrails yang Didengungkan Teluuur Bisa Dipercaya dan Diterima Banyak Orang

11 Juli 2021
Alasan CV Lamaran Kerja yang Nggak Diterima dalam Proses Perekrutan Nggak Dikembalikan Alasan CV Lamaran Kerja yang Nggak Diterima dalam Proses Perekrutan Nggak Dikembalikan terminal mojok.co

Alasan CV Lamaran Kerja yang Nggak Diterima dalam Proses Perekrutan Nggak Dikembalikan

5 Juli 2021
5 Kemungkinan yang Bikin Pak Jokowi Nggak Turun Langsung Pimpin Penanganan Covid-19 terminal mojok.co

5 Kemungkinan yang Bikin Pak Jokowi Nggak Turun Langsung Pimpin Penanganan Covid-19

17 Juli 2021
Dosen Pelaku Pelecehan Seksual Disanksi Skorsing Sekaligus Izin Belajar Lanjut Doktoral, Ini Sanksi Apa Hadiah MOJOK.CO

Mengapa Korban Pelecehan Seksual Memilih Speak Up di Internet ketimbang Melapor?

21 Juni 2021
Deretan Alat Gambar yang Menduduki Kasta Tertinggi di Kalangan Mahasiswa Jurusan DKV

Deretan Alat Gambar yang Menduduki Kasta Tertinggi di Kalangan Mahasiswa Jurusan DKV

10 Januari 2024
laporcovid-19 vaksinasi covid-19 vaksin nusantara indonesia lepas pandemi ppkm vaksin covid-19 corona obat vaksin covid-19 rapid test swab test covid-19 pandemi corona MOJOK.CO

Vaksinasi Berdasarkan Domisili KTP itu Blas Ora Mashok!

23 Juni 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Sate Klatak Pak Jupaini Jogja: Rasanya Nggak Kalah dengan Pak Bari dan Pak Pong, dan Amat Cocok untuk Pekerja Kantoran

Sate Klatak Pak Jupaini Jogja: Rasanya Nggak Kalah dengan Pak Bari dan Pak Pong, dan Amat Cocok untuk Pekerja Kantoran

6 Desember 2025
Saya Sudah Menyerah Recook Resep Viral TikTok dan Instagram. Mending Beli, Jelas Lebih Murah dan Enak!

Saya Sudah Menyerah Recook Resep Viral TikTok dan Instagram. Mending Beli, Jelas Lebih Murah dan Enak!

6 Desember 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.