Awalnya saya kesulitan makan sambal pecel lele di Bandar Lampung. Rasanya sulit mencocol sambal ini karena masih ada air yang mengalir dari tomat dan bahan-bahan yang belum halus. Terkadang ada tomat yang masih terlihat utuh, sehingga makan sambal ini lebih nikmat apabila dicomot daripada dicocol.Â
Secara rasa enak-enak saja. Tapi karena saya besar di Jawa Barat dengan budaya kuliner nyunda, saya lebih terbiasa makan sambal mentah dengan teman ikan asin dan lalapan. Selain itu, lele sebagai bintang utama di piring menurut saya terlalu mewah. Sambal mentah di restoran Sunda terlihat cocok karena paduannya yang duduk sama rata. Tidak ada yang mendahului satu sama lain.Â
Kalau bukan karena rampai, tomat kecil khas Lampung, saya bisa makin terheran-heran kenapa pecel lele di Bandar Lampung malah pakai sambal mentah. Sambal, yang jadi kunci utama dari kenikmatan kuliner ini, malah diotak-atik.Â
Lelenya dapat dua ekor
Harus diakui, ini adalah bagian positif dari keterkejutan saya makan pecel lele di Bandar Lampung. Biasanya kalau kita pesan satu porsi, tentu lelenya dapatnya cuma satu. Maksudnya, satu ekor. Nah, di Bandar Lampung, satu porsinya mendapat dua ekor ikan lele.Â
Ukuran lelenya sih lebih kecil, hampir setengahnya lele besar yang biasanya. Tapi kalau hitung-hitungan daging, dua ekor lele kecil dan satu ekor lele besar, dagingnya lebih banyak dua ekor lele kecil. Saya juga langsung berpikir, bisa juga berhemat dengan cara seperti ini. Cuma bayar satu porsi, kita dapat dua ekor lele yang sebenarnya satu lelenya nggak kecil-kecil banget kalau dimakan untuk satu porsi orang dewasa.Â
Preferensi saya untuk pecel lele adalah lele yang garing. Dengan ukuran yang kecil, kegaringan lele akan jauh lebih gampang didapatkan. Buat bumbu, juga jauh lebih mudah menyerap ke dalam lelenya sehingga cita rasanya jadi jauh lebih nikmat. Tapi kalau ngomongin rasa, rasanya terlalu subjektif. Kadang, kita mau yang pasti-pasti aja. Kalau secara jumlah lebih menguntungkan dua ekor lele kecil dibandingkan satu ekor lele besar, tentu saya akan pilih dua ekor lele kecil.Â
Bicara autentisitas pecel lele yang aslinya dari Lamongan, jelas ini sudah melenceng jauh. Tapi kalau soal makanan, kita suka bingung mana yang harus didahulukan. Antara budaya dan tradisi atau perut dan lidah. Saya cinta tradisi asli, tapi sambal yang nikmat dan dua ekor lele siapa yang bisa nolak?
Penulis: Muhammad Fariz Akbar
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Dosa Penikmat Pecel Lele yang Kerap Dilakukan.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















