Para Perokok di Dalam Ruangan Tertutup dan Ber-AC, Motivasinya Apa sih? – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Pojok Tubir

Para Perokok di Dalam Ruangan Tertutup dan Ber-AC, Motivasinya Apa sih?

Fariza Rizky Ananda oleh Fariza Rizky Ananda
10 Desember 2019
0
A A
Para Perokok di Dalam Ruangan Tertutup dan Ber-AC, Motivasinya Apa sih?
Share on FacebookShare on Twitter

Perokok yang merokok di dalam ruangan tertutup dan ber-AC kenapa, sih?

Pada suatu hari yang sangat menyibukkan, saya sedang khusyuk mengerjakan tugas UAS di sebuah kafe yang bisa dibilang lumayan hits di kawasan Jatinangor. Saya duduk di bangku working space, yang mana mejanya panjang sekali dengan banyak kursi dan stop kontak ada di depan masing-masing kursi. Saya mengambil tempat duduk paling pinggir. Mulai dari pukul tiga sore sampai keasyikan, saya baru sadar jam menunjukan pukul enam sore ketika saya terganggu dengan suatu hal.

Tepat di depan saya duduk, ada satu lelaki yang seolah-olah tanpa dosa menyulut rokok dan menghembuskannya dengan keras ke depan muka saya. Ya, tidak tepat banget depan muka sih, hanya saja asapnya itu sepertinya masuk semua ke paru-paru saya. Bukan tanpa alasan saya jengkel, karena saya dan dirinya ada di sebuah ruangan tertutup. Kami bukan berada di smoking area yang ruangannya terbuka atau memang isinya perokok semua. Sontak saya merasa terganggu dan marah, karena saya lebih suka kedamaian. Saya langsung pindah tempat duduk agak jauhan agar asapnya tidak terlalu mengganggu saya. Walaupun tetap saja, saya masih terbatuk-batuk karenanya.

Beberapa hari kemudian, saya berkunjung ke kafe lain yang masih berada di wilayah Jatinangor. Lantaran tugas UAS saya sangat menumpuk dan butuh tempat nugas yang bisa bikin fokus, saya selalu mencari kesempatan untuk nugas di kafe-kafe. Saat itu saya pergi ke kafe yang biasanya tidak terlalu ramai dan bisa dibilang kecil dibanding kafe sebelumnya. Karena saya pergi dari pagi-pagi juga, sekitar pukul 11 pagi, saya harap kafe tersebut tidak punya banyak hal yang mendistraksi saya. Saya pun mulai nugas dengan khusyuk dan khidmat. Tidak sampai satu jam kemudian, tiba-tiba datanglah sesuatu hal yang bikin saya jengkel setengah mati.


Beberapa meja dari tempat saya nugas, ada gerombolan muda-mudi duduk bercengkrama dengan asyiknya. Saya tidak mempermasalahkan jika mereka agak berisik, karena toh saya juga mendengarkan musik dari earphone saya. Namun, seperti kejadian beberapa hari lalu, dua di antaranya merokok dengan santainya seolah-olah mereka sedang di alam terbuka. Masalah menjadi dua kali lipat lebih besar karena ruangan kafe tersebut kecil dan tertutup, serta ada AC yang aktif membuat ruangan dingin! Sumpah, apakah mereka tidak sadar mereka ada di ruangan tertutup, banyak orang di dalamnya yang tidak merokok, dan ber AC pula?

Sebenarnya apa gunanya AC jika tidak membuat orang-orang aware untuk tidak merokok di sana? Bahkan di ruangan tersebut ada dua AC yang menyala. Bayangkan betapa anehnya jika ada ruang publik yang nyaman tapi dirusak oleh asap-asap rokok yang seharusnya tidak ada. Kalaupun memang mereka tidak kuat menahan nafsu untuk merokok di dalam ruangan, kenapa mereka setidaknya berusaha untuk membuka jendela atau ventilasi apa pun yang ada di sana? Sehingga asapnya tidak lari ke paru-paru saya semua.

Lebih baik sih tidak merokok sama sekali di sana ya, apa susahnya untuk menahan tidak merokok barang satu atau dua jam ketika mereka makan di sana. Sudah gitu, ada tambahan lain, masing-masing dari mereka menyulut dua batang rokok. Jadi setelah satu batang habis, mereka menyalakan satu batang lagi seakan tidak peduli saya sudah terbatuk-batuk dan mengibas-ngibas tangan sedari tadi.

Kesabaran saya sudah habis gara-gara dua kejadian tersebut. Sebagai seseorang yang intoleran dengan asap rokok, saya merasa harus dihargai ketika di ruang publik. Kultur di Indonesia menurut saya masih menganggap bahwa perokok pasif itu yang harus menghargai perokok aktif, karena katanya kebebasan individu lah, apa lah, menurut saya hanya semacam excuse saja yang menjustifikasi kebebalan mereka. Saya juga berhak untuk mendapatkan ruangan bebas asap rokok dan hal tersebut merupakan sesuatu yang mutlak adanya apalagi jika ruangan tersebut bukan merupakan smoking area, dengan ruangan tertutup atau indoor dan ber-AC. Saya saja merasa sesak jika menghirup asap rokok, apalagi para pengidap asma? Apakah mereka tidak kasian kepada orang lain di sekitarnya?

Saya menganggap, baik perokok pasif maupun aktif harus sama-sama menghargai satu sama lain. Saya juga yakin, bukan saya saja yang merasa semakin terganggu dengan para perokok aktif yang tidak tahu tempat dan sopan satun di ruang publik. Setidaknya, tahu tempat dan etika saja sudah cukup untuk menghargai kami, para perokok pasif yang selalu menjadi korban asap-asap tidak bertanggung jawab. Kami pun juga akan menghargai kalian jika kami berada di tempat terbuka atau yang memang ruangan smoking area. Kami juga sadar untuk tidak complain ketika bukan pada tempatnya. Hanya saja, dua kejadian kemarin membuat saya harus segera angkat bicara. Jika tidak, orang-orang yang tidak punya kepedulian itu tidak akan sadar akan tabiat buruk mereka. Semoga ke depannya para perokok aktif yang nggak ngerti etika itu, jadi sadar dan lebih peduli akan sekitarnya.

BACA JUGA Seandainya Saya Menjadi Seorang Perokok atau tulisan Fariza Rizky Ananda lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 16 November 2021 oleh

Tags: perkokok. smoking areaRuang Publik
Fariza Rizky Ananda

Fariza Rizky Ananda

Artikel Lainnya

budaya beberes

Mari Memulai Budaya Beberes Setelah Makan!

15 Oktober 2019
bab

BAB di Terminal itu Bayar Lho!

9 Oktober 2019
Bermesraan di Ruang Publik

Bermesraan di Ruang Publik: Wajar atau Nggak Tahu Malu?

3 Oktober 2019
menegur

Antara Merekam dan Menegur: Kamu Tim yang Mana?

10 September 2019
story media sosial

Bukti Cinta di Era Media Sosial dan Story

20 Juni 2019
ujaran kekerasan

Kekerasan Ujaran

16 Juni 2019
Pos Selanjutnya
Berdamai dengan Kutukan Sisyphus yang Menjangkiti Kita Semua

Berdamai dengan Kutukan Sisyphus yang Menjangkiti Kita Semua

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
Harapan untuk 'Gubernur Baru' Jogja yang Akan Dilantik

Harapan untuk ‘Gubernur Baru’ Jogja yang Akan Dilantik

22 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022

Dari MOJOK

  • Muncul Sinyalemen Dukungan dari Jokowi, Ganjar Pranowo Nggak Mau Kegeeran
    by Yvesta Ayu on 23 Mei 2022
  • Affandi dalam Pusaran Bulan Mei dan PKI
    by Ali Ma'ruf on 23 Mei 2022
  • Berhasil Merajut Transportasi Nusantara, Menhub Dianugerahi Gelar Doktor Hc dari UGM
    by Yvesta Ayu on 23 Mei 2022
  • Sultan Lantik Pj Walikota Jogja dan Pj Bupati Kulon Progo
    by Yvesta Ayu on 22 Mei 2022
  • 46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 
    by Gusti Aditya on 22 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In