Sepertinya ada benang panjang yang berkelindan antara kefasihan misuh orang Indonesia, khususnya Jawa dengan karakter dalam anime Jepang. Bukan hanya kebijaksanaan lelaku hidup yang kita dapatkan, tetapi juga kekuatan adikodrati yang seakan-akan menyertai pisuhan-pisuhan masyarakat Indonesia sehari-hari. Misuh bahasa Jepang memang telah lama menjadi sumber utama kekuatan para ninja di Konoha dan para perompak di Grand Line.
Tidak bisa tidak, perkembangannya seiring dengan plot manga dan anime yang terus berlanjut melampaui satu, dua, bahkan tiga dasawarna telah menuntun kita semua pada pencarian daya hidup atau life force yang sejati. Misuh dalam budaya kekunoan hingga kekinian rakyat Indonesia seperti mantra sakti Avada Kedavra terlarang andalan Voldemort atau komat-kamit May the Force be with You dalam Star Wars.
Meledaknya anime di Indonesia sebagai opsi baru tayangan Jejepangan pascadrama keluarga Oshin dan serial heroik Ksatria Baja Hitam serta Ultraman memang sebuah keniscayaan. Saya yakin pergeseran kecenderungan itu punya keterkaitan dan keterikatan batin yang dalam antara rakyat Indonesia dengan warga Jepang.
Mengakar dan menjalar jauh sampai periode penting tiga setengah tahun sebelum merdeka. Sejak itu pulalah sepertinya Jepang memang telah dikenal sebagai “hero” yang menyelamatkan Indonesia dari Belanda. Sedari dulu itu pula titik balik pewarisan kekayaan misuh bahasa Jepang diserahkan ilmu dan kekuatannya demi kemerdekaan bangsa Indonesia.
Nah, inilah beberapa misuh bahasa Jepang dari tokoh-tokoh anime yang sebenarnya tabu dan haram untung dilafalkan. Akan tetapi, karena ini semua dituturkan dalam kerangka pengetahuan, ya saya merasa mengemban kewajiban untuk menyampaikan walau hanya satu pisuhan. Kita mulai level pisuhannya dari yang paling cupu dulu.
#1 Mendōkusai
Siapa yang tidak tahu teknik misuh bahasa Jepang yang satu ini? Pisuhan mendokusai adalah salah satu sumber kecerdasan Shikamaru. Setiap kali akan bertarung atau mencium bebauan permasalahan, Nara Shikamaru selalu merapalkan jampi-jampi mendokusai ini.
Kalau mau dicari alih aksaranya dalam budaya Indonesia mungkin pisuhan yang paling pas terwujud dalam kata “asem”, “asemik”, atau “hasyem”. Sebuah ungkapan kegeraman tiap kali orang Indonesia atau khususnya Jawa menemui kemalangan, kegagalan, atau terjebak tipu-tipu kawan seperjuangan.
#2 Urusai, Uzai, dan Damare
Dalam budaya hollywood, pisuhan yang sejajar dan seiras dengan kata urusai dan damare ini barangkali shut the f*ck up. Hampir semua judul anime pernah menggunakan makian sebal ini. Biasanya dimunculkan dalam adegan muntabnya si tokoh anime dengan wejangan dan omelan tokoh “sok begawan” lainnya. Bilamana ingin disepadankan dengan pisuhan lokal Indonesia, mungkin kata yang paling seirama misuh bahasa Jepang ini adalah, “Menengo, Cuk, cangkemmu mambu.”
#3 Chikushō dan Kuso
Selain “menengo cuk”, kedua pisuhan ini juga masuk dalam kategori menengah ke atas, ditinjau dari tingkat kesopanan yang nggak lagi dihiraukan. Secara literal, chikushō artinya “oh shit” dan kuso bermakna “f*ck”.
Dalam pertemanan anak milenial Indonesia, pisuhan ini dengan lancar tanpa hambatan diwakili oleh verba “asyu”, “bajigur”, “anjay”, sampai “jancuk”. Bahkan saking mengakarnya ungkapan serupa, cita-cita masa lalu kerajaan kolosal dengan falsafah pisuhan ini, sampai ada negara dalam negara lho, Republik Jancukers yang didirikan oleh founding father Lord Sujiwo Tejo.
#4 Baka, Aho, dan Yaro
Ketiga istilah misuh bahasa Jepang ini punya rasa yang kurang lebih sama dalam hal kenikmatan mengungkapkan umpatan. Tokoh yang hampir setiap saat melafalkan pisuhan ini ya rapper wagu dalam Naruto universe, Si Hachibi Killer Bee. Ini jinchūriki memang nggak ada akhlak, mau Kage ataupun anggota DPR di Kumogakure ya tetap saja dipisuhi “bakayaro, konoyaro~”.
Meskipun demikian, tentu saja Si Ekor Delapan mengucapkannya dalam kerangka keakraban dan toleransi antar sesama. Persis seperti pisuhan “goblok”, “pekok”, dan “ndlogok” yang senantiasa dinyatakan dalam pergaulan sehari-hari di Indonesia sebagai perwakilan kata “cinta”. Iya kan, Dab? Setuju to, Ndes?
#5 Buttobasu, Shinee, dan Korosu
Buttobasu sebenarnya punya arti kosakata yang agak berbeda dengan shinee dan korosu, kesamaannya ya karena ketiganya merupakan dampratan dengan frekuensi tertinggi yang selalu keluar dari mulut Luffy dalam One Piece. Artinya, ketiga kata misuh bahasa Jepang tersebut adalah sumber kekuatan Luffy selama ini, sehingga mampu memunculkan dua komponen penentu dalam memenangi pertarungan: keberuntungan dan daya tahan.
Buttobasu juga sangat dekat dengan kultur persaudaraan ngapak pantura yang familiar dengan pisuhan “dantem” dan “kantem” atau “beat you to a pulp”. Sementara shinee dan korosu tidak jauh beda dengan penggunaan kata “modar” atau “modyar” dalam bahasa Jawa.
Bagaimana? Sudah berasa level up dan bikin damage berlipat-lipat belum setelah misuh dengan beragam amukan tokoh anime di atas? Sebenarnya masih banyak lagi pisuhan sehari-hari dalam cerita manga yang belum saya singkap rahasianya.
Beberapa honorable mention misalnya kata deku yang jadi panggilan akrab Midoriya Izuku dalam My Hero Academia, sebenarnya berarti useless person atau “ra nggenah” dan geje. Atau kata otaku yang di Indonesia jadi sebutan biasa saja untuk pemuja pop culture Jejepangan, hakikatnya mendekati terminologi creepily obsessive.
Begitulah kira-kira panduan meningkatkan kekuatan, kharisma, kapasitas, serta kapabilitas diri lewat pisuhan-pisuhan dari negeri sakura. Lho, kok dame desu yo dan ikeh ikeh kimochi nggak ada? Itu bukan pisuhan, njir!
BACA JUGA Panduan Misuh dengan Sopan dalam Bahasa Inggris dan tulisan Adi Sutakwa lainnya.