Panduan Memahami Privilese Anti Gagal dari Iklan Meikarta buat Jerome Polin – Terminal Mojok
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Kuliner
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Politik
  • Media Sosial
  • Nusantara
  • Luar Negeri
Home Featured

Panduan Memahami Privilese Anti Gagal dari Iklan Meikarta buat Jerome Polin

Agus G. Ahmad oleh Agus G. Ahmad
8 Juni 2020
0
A A
privilese

Panduan Memahami Privilese Anti Gagal dari Iklan Meikarta buat Jerome Polin

Share on FacebookShare on Twitter

Saya sebagai orang beragama merasa hidup ini tidak adil. Justru karena tidak adil itu saya percaya dengan kehidupan setelah mati dan pengadilan Tuhan. Bagaimana saya mau bilang adil, kalau saya di rumah tidur ongkang-ongkang kaki sambil ngotak-ngatik remote AC, sementara di tempat lain teman saya tidur di gudang kain. Orang-orang seperti saya ini yang namanya punya privilese, hak istimewa sejak lahir.

Masalahnya orang-orang berprivilese suka mendadak gagap kalau ada yang menyinggung soal privelesenya, dan berusaha mengaburkan pemahaman soal mana yang privilese, mana yang kerja keras.

Begini saja, saya mau ngajak sedikit bernostalgia dengan iklan Meikarta yang dulu hampir saban hari disetel di tv. Dan bagi saya, semua iklan properti ditujukan untuk mereka yang punya privilese. Kalau kamu lihat iklan properti, penawaran apartemen, dan merasa tertarik atau sempat terpikir mampu bayarin walau dengan angsuran, hampir pasti kamu orang berprivilese itu.

Mungkin keterangan ini belum jelas, lalu mari kembali ke iklan Meikarta. Kira-kira gambaran iklannya begini (untuk bagian pertama, tolong dibaca dengan alunan piano sedih nan dramatis dalam hati):


Kamera menyorot dari atas gambar jalan raya yang macet, penuh mobil berjejalan dua arah. Suasana hujan dan suram. Kamera close-up ke satu mobil, lalu beralih ke bagian dalamnya. Seorang anak perempuan menopang dagu, melirik ke luar jendela, lalu dikagetkan dengan benturan telapak tangan seorang pengendara motor yang menerobos kemacetan, kamera menyorot motor itu dan tuannya yang kehujanan.

Suara klakson tiba-tiba saling bersahut, anak perempuan dalam mobil menatap heran dan sendu ke arah luar jendela, hujan masih deras, lalu kamera berganti menyorot sungai kotor dengan pemukiman kumuh di pinggirnya. Orang-orang berpayung hilir mudik, di antara mereka ada seorang lelaki mengorek tong sampah. Ada lagi copet yang merebut tas tenteng ibu yang sedang menggandeng anaknya.

Kamera kembali fokus ke anak perempuan tadi. Mobilnya masuk ke terowongan dengan lampu temaram. Lalu terdengar voice-over anak perempuan membatin, “Bawa aku pergi dari sini.” Mobil keluar dari terowongan, di balik terowongan terlihat sekilas jalan raya yang lengang dan pemandangan gedung-gedung bertingkat (mulai dari sini alunan piano makin cepat dan bernuansa optimis).

Sayup-sayup terdengar narator bicara, “Kita lupa ada cara lain untuk hidup, cara mudah untuk menggapai cita.” Kondisi kota setelah mobil keluar terowongan berbeda jauh dengan kondisi kota di belakang. Tone warnanya cerah, orang-orang tampak bersenang-senang, hidup mereka nyaman dan bahagia. Si anak perempuan tak lagi berwajah sendu, ia menatap pemandangan di bawahnya dari lantai tingkat tinggi dengan senyum terkembang.

Begitulah iklan Meikarta berakhir. Biar saya perjelas di sini, anak perempuan dalam mobil tadi adalah orang berpivilese. Kalau kamu dalam posisi sepertinya, berarti kamu termasuk berprivilese. Sedangkan pengendara motor yang menerobos kemacetan di tengah hujan, dia hampir pasti tidak punya privilese. Coba perhatikan perbedaannya, anak perempuan dalam mobil duduk nyaman, kering, dan walau terjebak macet bisa saja ia tinggal tidur. Sementara pengendara motor? Basah dan harus terus terjaga sepanjang perjalanan.

Beralih ke pemukiman kumuh di pinggiran sungai, sudah pasti penghuninya orang-orang tanpa privilese. Kalau hujan terus melebat di kota itu, hampir pasti orang-orang di bantaran sungai digilas banjir. Orang-orang berpayung yang lewat di frame bisa jadi punya privilese, bisa jadi tidak. Namun pria yang merogoh-rogoh tong sampah itu, tentunya tidak punya privilese. Mana ada orang berprivilese mengharapkan sesuatu yang berharga dari sampah? Kan tinggal beli yang baru.

Posisi ibu yang tasnya dicopet dan anaknya masih susah diterawang, tapi pencopet yang langsung kabur itu pastinya bukan orang berprivilese. Mereka yang punya privilese tidak mengambil sesuatu dari orang lain segamblang, sekasar, dan seputus asa itu. Mereka mengambil secara halus, dalam jumlah besar, dan yang terpenting memastikan diri tidak jadi penjahat.

Sementara kota setelah mobil keluar dari terowongan adalah kehidupan orang-orang berprivilese. Privilese itu ada dan nyata. Tapi, mungkin kamu akan mulai mendebat ide itu sambil mulai menyebut-nyebut soal etos kera, kerja keras, dan sebagainya. Saya rasa yang berpikiran begitu sedang berada dalam imaji utopis, atau mungkin nafsu pribadinya saja. Seperti Jerome Polin yang dengan entengnya bilang seorang pramusaji dengan terus kerja keras, mungkin di kemudian hari dipercaya jadi bos, dapat promosi, pasangan yang baik, dll.

Katakanlah ada dua orang, satu berasal dari keluarga berprivilese, yang lain tidak. Kedua-duanya bekerja keras dalam hidupnya, hanya saja yang satu punya segala akses untuk mendapatkan apa yang diinginkan, sedangkan yang lain serba kekurangan. Apakah kamu masih mikir dengan sama-sama bekerja keras dua-duanya dapat memperoleh hasil yang sama? Naif sekali.

Saya jadi teringat saat mewawancara Bu Lily Wahid, adik dari Gus Dur, untuk penulisan buku biografi kakaknya yang lain, Gus Solah. Perempuan yang usianya sudah punjul 70 tahun itu bilang, “Apakah itu Gus Dur jadi presiden, apakah itu Gus Solah diundang ke sana-kemari, kalau sebelumnya gak ada Hasyim Asyari gak mungkin Mas, itu fakta yang riil. Gus Dur dengan Nurcholis Majid, isi otaknya ya unda-undi-lah kalau kata orang Jawa, hampir sama. Tetapi sampai kapanpun, sampai bungkuk, Nurcholis Majid gak mungkin jadi presiden, karena gak punya background ini tadi.”

Tentu tidak salah juga lahir dari keluarga mapan, lahir sebagai orang berprivilese. Sama dengan orang miskin tidak bisa memilih lahir dari rahim siapa, orang kaya juga begitu. Mau memanfaatkan segala privilese yang dimiliki untuk menambah nilai pribadi juga sah-sah saja. Namun jangan sekonyong-konyong bilang itu hasil jerih payah sendiri, buah kerja keras, dan tetek bengeknya. Privilese itu ada dan nyata, akui saja, gak usah tapi-tapi.

Sumber Gambar: YouTube

BACA JUGA Putri Marino dan Buku PoemPM Adalah Wujud Menulis dengan Privilese atau tulisan Agus G. Ahmad lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.


Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 8 Juni 2020 oleh

Tags: iklan meikartajerome polinPrivilese
Agus G. Ahmad

Agus G. Ahmad

Artikel Lainnya

Mencari Tahu Fantastisnya Beasiswa Mitsui Bussan, Beasiswanya Jerome Polin Terminal Mojok

Mencari Tahu Fantastisnya Beasiswa Mitsui Bussan, Beasiswanya Jerome Polin

23 April 2022
Menghitung Biaya Kuliah Jerome Polin Selama Kuliah di Jepang

Menghitung Biaya Kuliah Jerome Polin Selama Kuliah di Jepang

16 April 2022
Punya Kucing Tenang Saat Mandi Adalah Privilese

Punya Kucing Tenang Saat Mandi Adalah Privilese

28 Februari 2022
Jerome Polin Tanya di Twitter, Netizen Ngamuk. Kalian Ini Kenapa, Sih Terminal Mojok

Jerome Polin Tanya di Twitter, Netizen Ngamuk. Kalian Ini Kenapa, Sih?

27 Januari 2022
Hanya Orang Gila yang Bilang Terlahir Miskin Adalah Sebuah Privilese

Hanya Orang Gila yang Bilang Terlahir Miskin Adalah Sebuah Privilese

22 Januari 2022
Seandainya Saya Adalah Putri Tanjung terminal mojok.co

Seandainya Saya Adalah Putri Tanjung

19 Januari 2022
Pos Selanjutnya
Alasan Yogyakarta Layak Disebut sebagai Kota Terbaik untuk Berdiskusi terminal mojok.co

Alur Obrolan Cowok kalo Lagi Nongkrong

Terpopuler Sepekan

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan Terminal Mojok.co

Warga Ibu Kota, Nggak Perlu Nyinyir kalau Orang Daerah Antre Mie Gacoan

18 Mei 2022
4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja Terminal Mojok.co

4 Alasan Surabaya Nggak Bisa Diromantisasi Layaknya Jogja

19 Mei 2022
Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini Terminal Mojok.co

Sebagai Orang Magelang, Saya Menuntut Adanya Malioboro di Kota Ini

16 Mei 2022
10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan Terminal Mojok

10 Lagu Bahasa Inggris dengan Lirik yang Mudah Dihafal dan Dinyanyikan

2 Januari 2022
Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik Terminal Mojok

Transportasi Publik di Surabaya Dibuat Sekadar untuk Gimik Politik

15 Mei 2022
Cara-cara Starbucks Membuat Pembeli Mengeluarkan Uang Lebih Banyak

Cara Starbucks Membuat Orang Tertarik Beli meski Tahu Harganya Mahal

13 Mei 2022
Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa Terminal Mojok

Rekomendasi 5 Drama Korea Makjang Terbaik Sepanjang Masa

17 Mei 2022

Dari MOJOK

  • 46 Tahun PSS Sleman: Masuk Dunia Metaverse tapi Manajemen Masih Lelet 
    by Gusti Aditya on 22 Mei 2022
  • Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri
    by Hammam Izzuddin on 22 Mei 2022
  • Jelang Pilpres 2024, Jokowi Minta Projo Jangan Kesusu Munculkan Nama
    by Yvesta Ayu on 21 Mei 2022
  • Rumah Hantu Malioboro dan Alasan Orang-orang Suka Sesuatu yang Horor 
    by Brigitta Adelia Dewandari on 21 Mei 2022
  • Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri
    by M. Mujib on 21 Mei 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GwazDvZPZ_Q&t=619s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Kuliner
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Politik
  • Media Sosial
  • Luar Negeri
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In