Setelah dewasa, saya melihat Paman Iroh dalam serial Avatar tidak lagi sama. Dialah figur orang dewasa yang seharusnya ada di dunia nyata.
Banyak sekali hal baru yang saya dapat saat menonton ulang serial “Avatar: The Legend of Aang” setelah dewasa. Tidak hanya takjub pada empat elemen dalam serial tersebut, saya mulai mencermati karakter-karakternya lebih mendalam. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Paman Iroh.
Animasi besutan Nickelodeon itu menampilkan Paman Iroh sebagai sosok yang sudah tua, perutnya buncit, rambutnya sudah ubanan. Hobinya berkelakar dan minum teh. Tidak ada keren-kerennya sama sekali. Itu pemikiran saya dahulu. Setelah menonton ulang, saya melihat Paman Iroh sebagai sosok yang berbeda. Dialah figur orang dewasa yang banyak diperlukan di dunia nyata saat ini.
Bukan sembarang paman
Untuk lebih memahami karakter Paman Iroh, terlebih dahulu kalian perlu tahu latar belakangnya. Paman Iroh yang tampak sembarangan dan sembrono itu sebenarnya putra sulung dari Raja Api Sozin. Dia adalah penerus raja yang sah sebelum takhta putra mahkota jatuh pada adiknya, Ozai.
Paman Iroh tidak jadi menempati takhta raja api karena anaknya meninggal dalam sebuah insiden di Ba Sing Se. Dia sangat kehilangan dan terpukul. Akhirnya, tahta raja api diemban oleh Ozai yang merupakan ayah dari Zuko. Dengan kata lain, garis putra mahkota kini bergeser ke Zuko, keponakannya.
Walau kehilangan kesempatan sebagai raja, Paman Iroh tampak santai saja dan tidak punya ambisi untuk merebutnya. Setelah insiden menyedihkan itu, dia hanya ingin menjadi pengembara dan menikmati hidup. Bukankah karakter semacam ini sangat sulit ditemui di dunia nyata? Rela mengorbankan segalanya demi ketenangan hidup. Apalagi yang dikorbankan adalah hal yang besar, takhta raja.
Paman Iroh yang panjang sabar
Dalam serial Avatar, Paman Iroh punya peran besar terhadap kehidupan keponakannya, Zuko. Sedikit gambaran, Zuko adalah anak Raja Api Ozai yang dibuang karena menentang kebijakan raja. Tanda luka bakar di wajah Zuko adalah hukuman sekaligus bukti dia sudah tidak dianggap oleh ayahnya.
Sebagai remaja yang kehilangan arah, kehadiran orang dewasa seperti Paman Iroh sangatlah berharga. Sang Paman pun secara tulus menyayangi keponakannya itu. Padahal dia punya alasan untuk membenci keponakannya karena takhta raja mengalir ke tubuh Zuko. Apalagi, Zuko kerap menghina dan merendahkan pamannya karena terlihat menyedihkan dan pemalas. Namun, Paman Iroh memilih untuk tetap membimbing keponakannya dan memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
Padahal di balik karakternya yang slengean, Paman Iroh sebenarnya sosok yang handal berstrategi. Jangan lupa dia adalah jenderal besar dan memiliki julukan Dragon of The West yang begitu mengerikan. Dia sudah memprediksi jauh-jauh hari bahwa perang besar akan meletus. Oleh karena itu, di usianya yang tidak lagi muda dia tetap mempersiapkan diri dengan melatih fisik dan membentuk organisasi White Lotus.
Kasih sayang yang tulus dari seorang paman kepada keponakannya berbuah manis di babak final. Zuko berhasil menemukan jati dirinya yang sejati. Tidak hanya mengenal dirinya sendiri, Zuko juga mengetahui tujuan hidupnya yakni kedamaian. Zuko memilih bergabung dengan tim Avatar dan membantu memerangi keluarganya dalam perang besar.
Setelah dewasa saya menyadari, hidup seperti Paman Iroh tidaklah mudah. Mengikhlaskan kekuasaan hingga menyayangi keponakan sepenuh hati perlu kelapangan hati yang luar biasa. Keputusan Sang Paman dalam hidup terbukti tidak sia-sia. Kebaikannya bisa menyelamatkan keponakannya, bahkan dunia.
Penulis: Diaz Robigo
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Membayangkan Tingkah Laku Upin Ipin dan Anak-anak Tadika Mesra kalau Punya Grup WhatsApp
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.