• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Pahit Getir Bertahan Jadi Santri Pondok di Rentang Usia 25 ke Atas

Ahmad Rijalul Fikri oleh Ahmad Rijalul Fikri
9 Februari 2021
A A
Pahit Getir Bertahan Jadi Santri Pondok di Rentang Usia 25 ke Atas terminal mojok.co

Pahit Getir Bertahan Jadi Santri Pondok di Rentang Usia 25 ke Atas terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Zaman terus berputar dan banyak hal telah berubah. Termasuk perubahan dalam hal cara pandang sebagian orang terhadap mereka yang dianggap kelamaan tinggal di pesantren. Padahal, pada zaman dahulu, hal itu justru menjadi suatu kebanggaan tersendiri. Konon, semakin lama orang mondok menimba ilmu di pesantren, si doi akan semakin prestisius. Setidaknya demikian pengakuan ustaz-ustaz senior saya, saat mendedahkan kisah-kisah klasik mereka di jadi santri pondok tempo dulu.

Keadaan di atas beda jauh dengan kenyataan di zaman sekarang. Kini semakin lama tinggal di pesantren, santri pondok malah akan mendapati bejibun sentimen tak mengenakkan hati. Sekurang-kurangnya begitulah pahit getir saya, selaku orang yang masih bertahan nyantri hingga rentang usia 25 ke atas. Mulai dari pertanyaan klise, semisal: Kapan nikah? Hingga pernyataan berbau komunis tendensius, seperti: Betah banget ente di pesantren. Apa udah lupa sama kampung halamannya kali ya?

O iya, fyi, saya telah cukup lama merantau ke Jawa. Jadi santri pondok di salah satu pesantren tersohor yang terletak di bagian ujung timur pulau. Persisnya di daerah Situbondo, Jawa Timur. Saya mulai mondok di sana ketika memasuki bangku SMA. Terhitung sejak paruh akhir periode pertama pemerintahan Presiden SBY, sampai sekarang menempuh kuliah S-2 di bawah rezim kedua Presiden Jokowi. Pikir-pikir, durasi saya jadi santri pondok memang cukup lama sih.

Tapi, so what gitu lho, seperti salah satu judul lagunya SAYKOJI. Atau, suka-suka gue, hidup-hidup gue! Mirip ungkapan dongkol sekawanan anak muda apatis di Twitter. Huft, astaghfirullah al-‘azhim (isap-embus napas panjang disertai gerakan mengelus dada).

Sebagai santri pondok, tidak elok saya menanggapi bejibun sentimen tadi dengan sarkasme semacam itu. Terlebih, pesantren telah memahamkan saya bahwa sesungguhnya “keadaban a.k.a sopan santun itu lebih diutamakan daripada keilmuan”. Apalagi saya bukan santri kemarin sore, istilahnya saya sudah tergolong santri pondok bangkotan. Bukan lagi santri kaleng-kaleng, yang cuma ngaku-ngaku karena sedang ada kepentingan.

Syukurlah, selama ini setiap kali kaum munafik julid datang mengusik ketenteraman hidup dan atau kedamaian batin saya di pesantren, saya selalu berusaha menanggapinya dengan kalem. Lebih memilih bersikap tawassuth alias moderat: antara saya tidak terlalu ambil pusing dan tak sepenuhnya saya abaikan. Maksudnya, selagi apa yang mereka lontarkan itu pantas saya pertimbangkan sebagai koreksi dan evaluasi diri, ya saya tampung.

Namun, kalau sekiranya ocehan mereka itu sebatas nyinyiran unfaedah level sampah, ya saya akan bertindak sewajarnya membuang sampah pada tempatnya. Lagian, tidak semua sampah dapat didaur ulang. Begitu pula tidak semua orang punya kepiawaian dalam menyulap sampah menjadi sesuatu yang positif dan bernilai manfaat.

Selain itu, saya pun meyakini setiap manusia punya timing dan tujuan hidup, serta standarnya sendiri-sendiri. Sekalipun (1) benar ada banyak lelaki seumuran saya sudah mampu cari uang sendiri dan tidak lagi menyusahkan orang tuanya, (2) benar ada banyak lelaki seumuran saya sudah cakap mengukir karir dalam hidupnya, (3) benar tidak sedikit lelaki seumuran saya sudah cukup matang nikah membina rumah tangga.

Lalu, pertanyaannya: emang kenapa, bos? Suka-suka gue, hidup-hidup gue!

Eh, astaghfirullah al-‘azhim… (isap-embus napas lebih panjang disertai gerakan bolak-balik mengelus dada).

Sebagai santri pondok, lagi-lagi saya dituntut senantiasa mampu mengontrol amarah. Ibarat kata, santri dengan segala atribut khasnya, semisal peci dan sarung, adalah simbol moral yang dituntut selalu menampilkan sikap yang rahmatan lil-‘alamin, yakni kedamaian bagi semesta.

Anyway, dari sekian dalil-dalil agama yang telah saya pelajari di pesantren selama ini, itu juga sudah lebih dari cukup untuk merespons ketiga poin “kebenaran” tadi. Satu misal, hadis yang cukup popular. Kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun ‘an ra’iyyatihi. Artinya, tiap-tiap kalian adalah pemimpin dan kelak kalian akan dimintai pertanggungjawabannya.

Jadi, kepada kalian, para pengusik zona nyaman kehidupan orang. Sadarilah bahwa masing-masing orang punya kebebasan dan tanggung jawab atas privasi hidup mereka. Terserah mereka mau merencanakan kapan memulai karier dan merasa siap lahir-batin untuk menikah. Sedangkan perihal masih dibiayai sama orang tua, selagi orang tuanya tak masalah, kok malah kalian yang rewel sih?

Aduh, emosi saya kelepasan. Maaf, maaf. Astaghfirullah al-‘azhim… 33 kali.

Pembaca, entahlah ya tulisan curhat saya ini representasi dari kebaperan saya, atau dasar mereka saja yang kurang cerdas berbasa-basi. Barangkali niat hati mereka sekadar buat bergurau atau pengen tampil ramah, tapi ujung-ujungnya tindakan semacam itu acap kali malah mancing amarah.

Kalau begitu ya sudahlah. Saya akhiri tulisan sumir ini dengan satu harapan: semoga sejumput curhat saya ini bisa dibaca oleh mereka yang selama ini hobi julid-in kehidupan orang lain. Wabil-khusus, merisak kolega-kolega senasib sepenanggungan saya yang sama bertahan tinggal di pesantren, di mana saja berada.

Salam satu jiwa buat kalian, duhai para santri bangkot. Wassalam.

BACA JUGA Lika-liku Kehidupan Santri di Pesantren Perihal Kisah Asmaranya

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2021 oleh

Tags: kehidupan pesantrensantri

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Ahmad Rijalul Fikri

Ahmad Rijalul Fikri

Suka rebahan, tapi tidak senang malas-malasan.

ArtikelTerkait

4 Alasan Jarang Ada Cerita Hantu di Kampus UIN yang Viral

4 Alasan Jarang Ada Cerita Hantu di Kampus UIN yang Viral

4 Agustus 2022
Memahami Drama Penangkapan Pemerkosa di Pesantren Jombang dari Perspektif Mantan Santri  Terminal Mojok pondok pesantren

Memahami Drama Penangkapan Pemerkosa di Pesantren Jombang dari Perspektif Mantan Santri 

8 Juli 2022
Kuliah di UIN (Unsplash.com)

Kuliah di UIN? Ini 5 Culture Shock yang Dirasakan Lulusan SMA

20 Juni 2022
4 Cara Pengurus Mengatasi Santri yang Diganggu Makhluk Astral

4 Cara Pengurus Mengatasi Santri yang Diganggu Makhluk Astral

10 Juni 2022
7 Cara Santri agar Tidak Kehilangan Sandal di Pesantren

7 Cara Santri agar Tidak Kehilangan Sandal di Pesantren

7 Juni 2022
5 Penyebab Santri Boyong Sebelum Waktunya

5 Penyebab Santri Boyong Sebelum Waktunya

6 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Menyelisik Kebiasaan Orang Indonesia yang Masih Tinggal dengan Orang Tua ketika Dewasa Terminal mojok

Menyelisik Kebiasaan Orang Indonesia yang Masih Tinggal dengan Orang Tua ketika Dewasa

Keramas Sampai Dua Kali Biar Apa, Sih Terminal Mojok

Keramas Sampai Dua Kali Biar Apa, Sih?

Mengumpulkan 5 Tempat yang Sering Jadi Alternatif Buang Sampah, walau Sejatinya Bukan Tempat Sampah Terminal mojok

Mengumpulkan 5 Tempat yang Sering Jadi Alternatif Buang Sampah, walau Sejatinya Bukan Tempat Sampah



Terpopuler Sepekan

4 Alasan Wajib Pakai Telkomsel meski Cuma Kartu Cadangan Terminal Mojok Farzand01 Shutterstock
Gadget

Telkomsel, Provider Seluler yang Diskriminatif

oleh Muhammad Arif Prayoga
4 Februari 2023

Kok bisa harga-harganya beda?

Baca selengkapnya
5 Dosa Tukang Tambal Ban yang Perlu Banget Kalian Ketahui

5 Dosa Tukang Tambal Ban yang Perlu Banget Kalian Ketahui

5 Februari 2023
Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema (Unsplash)

Surat Terbuka untuk Yuli Sumpil dari Fans Persis Solo yang Pernah Mengagumi Arema

3 Februari 2023
Sebagai Warga Surabaya, Saya Setuju Ibu Kota Jawa Timur Pindah ke Malang Terminal Mojok

Sebagai Warga Surabaya, Saya Setuju Ibu Kota Jawa Timur Pindah ke Malang

5 Februari 2023
4 YouTuber Berkualitas yang Bakal Bikin Pinter Kaum Micin

4 YouTuber Berkualitas yang Bakal Bikin Pinter Kaum Micin

5 Februari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!