Internal ormawa dan politik dinasti
Sungguh, politik dinasti tidak hanya terjadi di tingkat pemerintahan daerah hingga pusat saja. Nyatanya, di lingkup sekecil ormawa, praktik semacam politik dinasti juga diterapkan. Ya bagaimana nggak stagnan organisasinya.
Dinasti yang dimaksud memang bukan ikatan darah ya. Namun, mereka yang terpilih mengisi organisasi biasanya tidak jauh dari kepengurusan sebelumnya atau tokoh berpengaruh di periode sebelumnya. Mudah saja mengetahuinya, perekrutan anggota dan pengelolaan ormawa yang tidak transparan.
Saya pernah direkrut atas dasar kedekatan dengan seseorang yang terkenal di suatu ormawa. Kemudian, saya dikeluarkan secara sepihak tanpa alasan. Pengalaman itu bikin saya curiga, jangan-jangan, memang cuma untuk kambing hitam di organisasi yang sedang berjalan saja? Benar-benar organisasi yang tidak sehat.
Selain politik dinasti yang berjalan, para pengurus aktif ormawa masih terbebani oleh para seniornya. Mereka suka mengatur jalannya organisasi tersebut padahal sudah purna tugas. Ini masalah serius karena pengaruh senior bisa jadi sarat kepentingan. Ya tidak heran sih, kalau politik dinasti kemudian langgeng di ormawa. Kata saya ya, para senior ini mending segera lulus daripada di kampus masih saja cawe-cawe ormawa. Lebih banyak jadi beban kepengurusan aktif daripada membantunya.
Berdasar refleksi panjang atas ormawa, saya lebih menyarankan mahasiswa agar terlibat. Asli, organisasi mahasiswa sejujurnya nggak perlu-perlu amat, kecuali kalian mau menguji sejauh mana tingkat kesabaran!
Penulis: Cindy Gunawan
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Ormawa Itu Memang Bukan Keluarga, Ngapain Ngebet Dibikin kayak Keluarga sih?
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.