Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Orang Islam yang Nggak Salat Bukan Musuh

Bayu Kharisma Putra oleh Bayu Kharisma Putra
25 Maret 2021
A A
Orang Islam yang Nggak Shalat Bukan Musuh Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Saya membaca sebuah meme aneh yang dikirim di grup WA bertajuk jomblo se-kabupaten (grup paling mangkeli sekaligus paling nggak guna, tapi nggak enak buat keluar). Meme itu berisi nyinyiran yang begini isinya, “Ngaku-ngaku ateis, padahal cuma karena males salat.” Saya nggak peduli soal ateis-ateisan, tapi agak risih saat bawa-bawa malas salat, karena itu nggak nyambung. Ada komen yang muncul dan bikin mengelus dada. Ada yang mengirim video ceramah soal malas salat, ada yang mengirim potongan hadis soal malas salat, dua itu saya rasa aman. Mengingatkan kita soal bahaya meninggalkan salat.

Sampai pada akhirnya chat yang masuk bertema ngomongin orang. Orang yang diomongin, terkenal tak pernah salat apalagi ke masjid. Sampai pada akhirnya ngomongin maksiat yang dilakukan dan masalah pribadi lain. Akhirnya saya memutuskan keluar dari grup itu, plong hati saya. Yang saya nggak habis pikir, kenapa orang yang dianggap nggak salat itu harus diomongin? Padahal itu masih anggapan, praduga, belum tentu benar. Yang ngomongin juga nggak tahu yang sebenarnya. Tapi, semisal memang benar nggak pernah salat, terus ngopo? Apa patut kita jadikan bancakan di obrolan rasan-rasan. Saya rasa itu nggak baik dan kurang sehat. Buat saya, salat itu urusan personal manusia dengan Tuhan, bukan prestasi yang bisa ditaruh di piagam duniawi, seperti lomba karaoke tingkat kelurahan.

Pada sebuah momen saya mangkel, semangkel-mangkelnya (saya masih ABG saat itu). Saat selesai beribadah, saya dan banyak orang makan-makan di teras masjid. Lewatlah orang yang tak pernah ke masjid (lain dengan yang tadi). Tak tahu apa salahnya, orang yang lewat tadi dijadikan bahan omongan lagi. Sampai muncul kalimat yang nggak akan pernah saya lupakan, “Wong sok ngopo, blas ra tau nileki langgar, (disambung kata yang buruk)” (ini orang ngapain saja, sampai nggak pernah datang ke langgar atau surau). Kata-kata itu diucapkan oleh seseorang yang saya hormati, saya kaget dan mangkel juga. Orang tua saya pernah memarahi saya, hanya karena saya mengejek kawan yang tak mau ke masjid saat saya kecil. Dia ini orang tua, sesepuh juga, kok malah begitu, pikir saya waktu itu. Dan benar saja, para penghuni masjid tak mau bertegur sapa dengan orang ini lagi.

Kejadian yang lain saya alami saat masa sekolah SMK. Seorang guru, dengan terang-terangan berjanji akan membantu nilai akademis siswanya, asal sering ikut salat zuhur berjamaah di masjid sekolah. Saat semua anak ikut salat zuhur berjamaah, ada tiga orang murid muslim yang sering nggak mau ikut (nilai mereka sering bagus). Setelah pengumuman rapor, benar saja, nilai mereka jelek. Mungkin niatnya mendidik, tapi menurut Ojan Sketsa, “Nggak gitu juga kaleee!”

Kemudian di kampung nenek saya, kejadian serupa terjadi. Para ibu-ibu yang nggak ikut pengajian, nggak boleh ikut arisan lagi. Apalagi papasan di jalan, dijamin dicuekin. Ini baru ngaji, apalagi yang dikenal nggak pernah salat.

Betapa anggapan hina bisa dengan mudah disematkan kepada orang yang nggak salat dan nggak mengikuti kebiasaan muslim kebanyakan di lingkungannya. Apalagi pembenaran yang digaungkan, ampuh bikin gatel. Beranggapan dengan menjauhi, pihak yang dijauhi akan jadi malu, kemudian insaf. Cara macam apa itu? Sama saja berarti dengan guru saya itu. Kalau memang care, ya seharusnya didekati. Apakah karena sudah salat, lantas jadi punya semacam keleluasaan untuk mengucilkan orang lain?

Buat saya, orang yang nggak salat bukanlah musuh. Musuh saya ya diri saya sendiri. Saya nggak ingin mengukur kadar dan prestasi ibadah orang lain. Wong saya saja masih kayak begini, meskipun baik dan saleh ngewuhke dan nggak paham masalah agama secara mendalam (tolong diingatkan jika ada yang salah). Mengingatkan boleh, tapi sepertinya nggak wajib dicampur menghakimi. Begitu juga seluruh tulisan ini, murni dari pengalaman dan pendapat saya, tanpa maksud mengajak orang meninggalkan salat.

Menganggap bahwa kebiasaan meninggalkan salat bisa menular, sering dijadikan alasan. Tapi, menjauhi dan membenci orang lain karena ibadahnya dianggap kurang mbois, saya pikir salah, salah banget malah. Kewajiban kita sebagai umat Islam memang salat, tapi bukan buat ngurusin apalagi ikut ngitungin amalan orang lain, kan? Bukankah hanya Tuhan yang berhak menilai dan menghakimi? Saya sih cuma makhluk berupa mas-mas yang suka mi ayam, ra melu-melu.

Baca Juga:

Saya Muslim, tapi Saya Enggan Tinggal Dekat Masjid dan Musala

Kasta Sarung Paling Nyaman yang Cocok Dipakai Saat Salat Id

BACA JUGA Bukan Ibadah Salat Saya yang Kecepetan, tapi Salat Anda yang Kelamaan atau tulisan Bayu Kharisma Putra lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Maret 2021 oleh

Tags: muslimsalat
Bayu Kharisma Putra

Bayu Kharisma Putra

Anak pertama

ArtikelTerkait

lembaga dakwah kampus

Jadi Anak Pendakwah Itu Nggak Selalu Menyenangkan

24 Juni 2021
syiah indonesia muslim sunni mojok

Begini Rasanya Jadi Orang Syiah di Indonesia

7 Oktober 2020
film makmum

Benarkah Film Makmum Membuat Orang Jadi Takut Salat Sendirian?

4 September 2019
Sebagai Muslim, Saya Risau karena Banyaknya Bangunan Masjid mojok.co/terminal

Bukankah Beribadah di Masjid Adalah Hak Segala Usia, Ya?

22 Januari 2020
Tidak Turunnya UKT Adalah Misi Membuat Kampus Kaya, Mahasiswa Sengsara terminal mojok.co

Belajar Kesalehan Sosial dari Naruto

2 Mei 2020
Bukan Ibadah Salat Saya yang Kecepetan, tapi Salat Anda yang Kelamaan mojok.co/terminal

Muslim Nggak Usah Sensi sama Tempat Ramai Hanya karena Masjid Sepi

20 Mei 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

3 Sisi Lain Grobogan yang Nggak Banyak Orang Tahu

4 Desember 2025
Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

Korupsi Masa Aktif Kuota Data Internet 28 Hari Benar-benar Merugikan Pelanggan, Provider Segera Tobat!

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.