Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan!

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
30 November 2023
A A
Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan!

Manifesto Orang Cadel: Semua Lidah Berhak Bicara Tanpa Ditertawakan! (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Pada akhirnya saya harus menulis perkara orang cadel. Tapi bukan untuk melucu, namun untuk marah. Ketika kepedulian pada isu perundungan dan kesetaraan makin santer, orang cadel masih jadi sasaran empuk hujatan dan hinaan. Seolah orang cadel adalah manusia aneh yang tidak pantas dihormati.

Wahai saudaraku sesama pembenci huruf R, L, T, S, dan sebagainya! Sudah waktunya kita untuk bebas bicara tanpa ditertawakan. Sudah waktunya kita bebas bersuara tanpa dicibir dan dihina. Dari Widji Thukul sampai kamu yang dirundung di belakang sekolah, lidahmu bukanlah hal yang hina!

Mau podcast saja dilarang?!

Kemarahan ini biasa saya pendam sendiri. Namun kali ini meledak gara-gara Neo Historia Indonesia. Melalui akun Twitter mereka, mereka menyayangkan rundungan terhadap Hanafi Wibowo sang founder. Rundungan itu tertuju pada konten podcast blio bersama Ruang 28. Karena cadel, banyak orang yang menghujat Mas Hanafi dengan komen tolol ala “rrrrrr rrrrr rrrr.”

Ave Neohistorian!

Kami mengungkapkan rasa prihatin, kecewa, dan rasa sedih kami terhadap komentar-komentar yang menyerang fisik dan keterbatasan salah satu co-founder kami yakni @HansWibowo15

Cadel atau Rhotaisme adalah sebuah fenomena di mana seseorang atau penutur sebuah… pic.twitter.com/kIaKlfgI1Q

— Neo Historia Indonesia (@neohistoria_id) November 28, 2023

Tapi yang paling bajingan adalah komentar yang memandang Mas Hanafi tidak kompeten hanya karena cadel. Ini sudah kelewatan, seseorang dianggap tidak kompeten hanya karena kesulitan melafalkan huruf R? Yang benar saja.

Justru saya heran, kok pede bilang Mas Hanafi tidak kompeten karena cadel. Justru hal itu malah memperlihatkan kalau situ yang goblok, kan?

Beberapa orang menilai hujatan kepada Mas Hanafi karena sudut pandang blio tentang penjajahan Israel atas Palestina. Tapi terlepas dari sumber masalahnya, hujatan perkara cadel sudah tidak lucu dan tidak manusiawi lagi. Apalagi sampai meragukan kemampuan seseorang perkara keilmuan hanya karena cadel.

Tentu postingan Neo Historia Indonesia melahirkan perdebatan baru. Banyak yang berteori tentang penyebab cadel. Banyak pula yang menawarkan solusi “menyembuhkan” cadel. Sebenarnya kedua komentar itu tidak penting. Karena masalah utamanya bukan penyebab dan “obat” cadel.

Baca Juga:

Masyarakat Hanya Fokus pada Stereotip Madura karena Kasus di Bangkalan, tapi Mereka Lupa Madura Juga Punya Sumenep yang Elegan nan Menawan

Betapa Menyedihkannya Anggapan Orang Tua tentang Jurusan Sosiologi: Diprediksi Jadi Pengangguran dan Dianggap Rendah

Bukan perkara sambal

Kenapa orang bisa cadel? Jawaban paling mudah sih, ya terserah Tuhan. Tapi orang akan menunjuk sambal sebagai jawaban. Cadel selalu identik dengan tidak doyan sambal. Benarkah?

Sudah pasti jawabannya tidak. Cadel bisa diakibatkan oleh kebiasaan maupun ketidaksempurnaan lidah. Perkara kebiasaan, biasanya terjadi pada kelompok masyarakat yang jarang menggunakan huruf tertentu dalam komunikasi. Bisa juga karena orang tua tidak mengenalkan pelafalan beberapa huruf saat anak masih bayi.

Alasan lainnya adalah ketidaksempurnaan perkembangan lidah. Terutama pada bagian Frenulum Linguae. Bagian bawah lidah yang menyatu dengan mulut bawah ini berpengaruh pada kemampuan seseorang berbicara. Frenulum Linguae bisa membuat lidah terlalu kaku untuk bergetar atau bergerak saat melafalkan huruf tertentu. Selain karena Frenulum Linguae yang kurang sesuai, konstruksi lidah juga berpengaruh pada penyebab cadel.

Memang ada beberapa solusi untuk “menyembuhkan” cadel. Meskipun saya tidak sepakat dengan kata sembuh ini, karena kondisi ini bukan penyakit. Kebanyakan solusi ini berlaku pada anak kecil. Pertama karena anak kecil lebih mudah belajar perkara pelafalan. Kedua karena lidah anak kecil masih berkembang dan lebih adaptif.

Bagaimana dengan orang dewasa? Pilihannya hanya dua. Beruntung bisa sembuh dengan terapi bahasa, atau jadi manusia tertindas seumur hidup.

Normalisasi cadel sebagai lelucon sudah tidak lucu!

Untuk orang dewasa yang masih cadel, tawa dan hinaan akan jadi makanan biasa. Meskipun ada yang beruntung bisa bebas dari perundungan. Namun kita boleh percaya diri menyebut orang cadel masih jadi bahan tertawaan lingkungan. Sialnya, budaya mentertawakan kondisi ini sudah dinormalisasi.

Normalisasi mentertawakan ini malah didorong oleh mereka yang cadel. Saya sedikit maklum, karena cadel memang jadi komoditi seksi dalam dunia hiburan. Cadel bukanlah hal umum, dan sudah pasti dianggap lucu, dan bisa menjual kondisinya sebagai bahan dagelan. Saya tidak akan menyebut siapa saja mereka karena takut dituduh membunuh rezeki.

Akhirnya stigma cadel sebagai badut lahir. Masyarakat memandang bahwa mentertawakan orang cadel adalah hal yang biasa. Sayangnya yang jadi sasaran bukanlah orang yang mendapat untung dari menghina cadel. Beberapa sampai minder sampai enggan bicara di depan publik. Contohnya saya waktu masih remaja.

“Dikuatkan keluarga, tapi dijatuhkan lingkungan,” kalau kata Mbak Tiara Uci yang sama-sama cadel juga.

Bahkan ketika isu perundungan makin diperhatikan, orang cadel masih saja jadi sasaran hinaan dan tawa. Seolah orang lupa kalau para pemilik lidah ini juga punya hati dan pikiran. Hampir tidak ada suara yang membela orang cadel agar bebas dari hujatan.

Bagaimana suara orang cadel mau didengar? Orang sekelas Mas Hanafi Wibowo saja keilmuannya diragukan karena cadel. Kalau tidak lucu, ya dipandang sebagai anomali semesta saja.

Widji Thukul pun berpuisi, Effendi Gazali pun beropini

Tapi tidak selamanya orang cadel direndahkan ketika bicara. Bahkan siapapun yang mendengar akan manggut-manggut mengiyakan. Saya tidak akan menyebutkan para penjual kecadelan tadi ya. Namun saya akan menyebut dua orang cadel yang lidahnya lebih kokoh dari para penghina.

Pertama adalah Widji Thukul, sang penyair dan aktivis HAM. Meskipun cadel, namun lidahnya tetap bergetar menyuarakan kebusukan Orde Baru. Puisinya tajam menusuk kuping pemerintah yang bebal dan keparat. Saya yakin lidah cadelnya memang setajam itu menyuarakan perlawanan dalam sajak dan puisi. Buktinya Widji Thukul hilang.

Kedua ada Effendi Gazali. Blio adalah ahli komunikasi politik yang sudah terakui kemampuannya. Selain itu, blio juga menggagas acara komedi politik bertajuk Republik Mimpi. Tidak hanya menggagas, namun Effendi Gazali juga tampil di acara yang membuat beberapa tokoh panas dalam ini. Tidak peduli dengan stigma, Pak Gazali terus beropini dan berpuisi.

Saya yakin masih banyak orang cadel yang bangkit dari stigma merendahkan. Namun stigma ini masih runtuh. Maka apa yang akan kita lakukan? Diam saja terhadap stigma ini?

Orang cadel di seluruh indonesia, bersatulah!

Sudah waktunya normalisasi orang cadel itu rendah dan layak ditertawakan untuk disudahi. Bukan hal mudah, namun sebuah keharusan. Kesadaran masyarakat terhadap keunikan tiap individu tentu perlu terbangun. Yang bisa kita lakukan adalah jangan mengizinkan lidah ini sebagai sumber tawa dan hujatan.

Tidak harus baku hantam sih. Namun dengan tidak memedulikan hujatan orang tentang cadel bisa jadi langkah awal. Kemudian kita juga harus berani menolak dan memeringatkan orang yang menghujat. Syukur-syukur langsung di depan orang itu. Paling penting, kita harus berani untuk tampil di depan umum. Bahkan ketika harus bicara banyak sekalipun. Buat hujatan dan tawa mereka teredam oleh keberanian lidahmu.

Ketika semua melakukannya, cadel akan dipandang dari kacamata baru. Menjadi sebuah hal normal yang menjadi bagian dari keunikan tiap individu.

Maka, bangkitlah wahai orang cadel! Beranilah untuk melawan hujatan dan hinaan bersama-sama! Dobrak tawa dan canda yang merendahkan lidah istimewa kita. Orang cadel tidak akan kehilangan apa pun selain belenggu stigma sosial! Orang cadel di seluruh Indonesia, bersatulah!

Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kamu Kila Cadel Itu Lucu? Sembalangan!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 30 November 2023 oleh

Tags: hinaankomedinormalisasiorang cadelstigma
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

petruk gareng tatang suhenra mojok

Nostalgia Cerita Horor dan Jenaka Melalui Komik Petruk dan Gareng Karya Tatang Suhenra

4 Oktober 2020
Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja

Komedi Bukanlah Surat Izin untuk Bisa Mengatakan Apa Saja

23 Januari 2020
Tradisi Kupatan sebagai Tanda Berakhirnya Hari Lebaran Masa Lalu Kelam Takbir Keliling di Desa Saya Sunah Idul Fitri Itu Nggak Cuma Pakai Baju Baru, loh! Hal-hal yang Dapat Kita Pelajari dari Langgengnya Serial “Para Pencari Tuhan” Dilema Mudik Tahun Ini yang Nggak Cuma Urusan Tradisi Sepi Job Akibat Pandemi, Pemuka Agama Disantuni Beragama di Tengah Pandemi: Jangan Egois Kita Mudah Tersinggung, karena Kita Mayoritas Ramadan Tahun Ini, Kita Sudah Belajar Apa? Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Kenapa Kita Sulit Menerima Perbedaan di Media Sosial? Masjid Nabawi: Contoh Masjid yang Ramah Perempuan Surat Cinta untuk Masjid yang Tidak Ramah Perempuan Campaign #WeShouldAlwaysBeKind di Instagram dan Adab Silaturahmi yang Nggak Bikin GR Tarawih di Rumah: Ibadah Sekaligus Muamalah Ramadan dan Pandemi = Peningkatan Kriminalitas? Memetik Pesan Kemanusiaan dari Serial Drama: The World of the Married Mungkinkah Ramadan Menjadi Momen yang Inklusif? Beratnya Menjalani Puasa Saat Istihadhah Menghitung Pengeluaran Kita Kalau Buka Puasa “Sederhana” di Mekkah Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Kenapa Saf Tarawih Makin Maju Jelang Akhir Ramadan? Apakah Menutup Warung Makan Akan Meningkatkan Kualitas Puasa Kita? Mengenang Serunya Mengisi Buku Catatan Ramadan Saat SD Belajar Berpuasa dari Pandemi Corona Perlu Diingat: Yang Lebih Arab, Bukan Berarti Lebih Alim Nonton Mukbang Saat Puasa, Bolehkah? Semoga Iklan Bumbu Dapur Edisi Ramadan Tahun Ini yang Masak Nggak Cuma Ibu

Sulitnya Memilih Mode Jilbab yang Bebas Stigma

13 Mei 2020
Bersepakatlah Tape Singkong Itu Beda dengan Peuyeum dan Jauh Lebih Enak terminal mojok.co

Sudah Saatnya Membebaskan Stigma Miskin yang Disematkan kepada Singkong

24 Mei 2021
Nggak Semua Orang Minang Dikit-dikit Bilang Pantek ya, Tolong Banget Nih!

Nggak Semua Orang Minang Dikit-dikit Bilang Pantek ya, Tolong Banget Nih!

26 September 2023
Hentikan Stigma Mahasiswa Seni adalah Mahasiswa Haha Hihi Musik Metal Bukan Hanya Soal Vokalis yang Berteriak

Hentikan Stigma Mahasiswa Seni Adalah Mahasiswa Haha Hihi

27 Mei 2020
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

5 Rekomendasi Kuliner Babi Surabaya untuk Kalian yang Menghabiskan Cuti Natal di Kota Pahlawan

22 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

Eretan Wetan Indramayu, Venesia Jawa Barat yang Nggak Estetik Sama Sekali

24 Desember 2025
Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan Mojok.co

Pertama Kali Mencicipi Swike: Makanan Berbahan Dasar Kodok yang Terlihat Menjijikan, tapi Bikin Ketagihan 

23 Desember 2025
Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

Penjelasan Ending Film The Great Flood buat Kamu yang Masih Mikir Keras Ini Sebenarnya Film Apa

28 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.