Jujur, saya sebenarnya sudah capek dengan permasalahan ini. Saya sudah capek dengan perdebatan apakah orang Batu itu sama dengan orang Malang, apakah Batu itu masih jadi bagian dari Malang, atau apa bedanya Batu dengan Malang. Namun meskipun capek, saya nggak mau meninggalkan perdebatan ini begitu saja tanpa konklusi. Maka dari itu, tulisan ini semoga bisa jadi penutup perdebatan ini. Oke, mari kita mulai.
Apakah orang Batu itu bisa disebut dengan sebutan orang Malang? Apakah orang Batu sama dengan orang Malang?
Pertanyaan di atas setidaknya bisa dijawab dengan dua jawaban. Orang Batu bisa dianggap sebagai orang Malang kalau kita bicara dalam spektrum Karesidenan Malang (yang mencakup Kota Batu, Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dsb) atau spektrum kawasan metropolitan Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu). Di spektrum ini, kita bisa saja menyamaratakan semuanya dengan sebutan orang Malang.
Tapi jawaban dari pertanyaan di atas akan menjadi “tidak” jika kita bicara dalam spektrum administratif wilayah dan identitas kiwari. Kalau dalam spektrum administratif wilayah, orang Batu ya disebut orang Batu, orang Malang ya orang Malang. Keduanya tidak bisa disamakan dan digabungkan, karena Batu dan Malang (Kabupaten Malang atau Kota Malang) adalah entitas yang berbeda.
Daftar Isi
Kota Batu sudah bukan bagian dari Kabupaten Malang lagi
Sebelum 17 Oktober 2001, Batu masih menjadi bagian dari Kabupaten Malang sebagai sebuah kecamatan. Sebelum itu, tepatnya pada 6 Maret 1993, Batu sebenarnya sudah ditetapkan sebagai kota administratif, yang mana ini menjadi salah satu awal Batu akan memisahkan diri dari Kabupaten Malang.
Sebagai sebuah kecamatan hingga menjadi kota administratif, Batu sebenarnya sudah punya modal-modal untuk berdiri sendiri sebagai kota otonom. Batu sudah punya sumber daya untuk mandiri. Faktor geografi, agrikultural, bahkan sampai faktor masyarakatnya sudah sangat menunjang bagi Batu untuk menjadi kota sendiri.
Barulah pada 17 Oktober 2001, setelah perjuangan panjang yang dilakukan oleh Pokja Pendiri Kota Batu, berbulan-bulan bolak-balik Batu-Jakarta untuk menjalani sidang, rapat, dan berbagai macam advokasi, Batu resmi menjadi kota yang otonom, dan berpisah baik-baik dari Kabupaten Malang. Makanya 17 Oktober diresmikan sebagai hari jadi Kota Batu.
Nah, dari sejarah berdirinya dan spektrum administratifnya, sudah tidak seharusnya Kota Batu itu disamakan atau disebut bagian dari Malang lagi. Kota Batu adalah kota sendiri, Kabupaten Malang dan Kota Malang adalah daerah tersendiri. Sebutannya pun harusnya “Batu, Jawa Timur”, bukan “Batu-Malang, Jawa Timur” seperti yang selama ini kerap terjadi. Pun dengan orang-orangnya.
Orang Batu lebih senang disebut orang Batu, bukan orang Malang
Berangkat dari spektrum administratif dan sejarahnya, sudah seharusnya orang Batu nggak bisa disamakan atau dikelompokkan dengan sebutan orang Malang. Nama kotanya saja sudah beda, apalagi sebutan orangnya. Menyebut orang Batu dengan sebutan orang Malang justru akan mengikis identitas warga Kota Apel itu sendiri.
Saya dan banyak orang Batu lainnya tentu akan lebih senang jika disebut sebagai orang Batu. Entah mengapa itu jadi semacam penegasan identitas dan kebanggaan tersendiri. Ya meskipun ada saja orang-orang yang “malas” mengaku dari kota ini dan lebih memilih mengaku sebagai orang Malang. Mirip dengan orang Bekasi, Tangerang atau Depok yang lebih memilih mengaku sebagai orang Jakarta gitu, lah. Tidak apa-apa, sih, bebas saja.
Akan tetapi, kembali lagi ke faktanya, Batu sudah menjadi kota sendiri dan orang Batu adalah entitas tersendiri. Sebagian besar orangnya tidak terlalu suka jika disebut sebagai orang Malang. Alasannya jelas, keduanya berbeda, meski perbedaannya baru terlihat sama kalau belum tahu seluk-beluknya. Serupa tapi tak sama, lah, istilahnya.
Ada kebanggaan yang harus dijaga
Selain itu, alasan lain mengapa warga Batu tidak suka dianggap sebagai orang Malang karena ada kebanggaan atau pride yang dijaga. Batu harus melalui perjuangan yang tidak mudah untuk menjadi sebuah kota otonom. Kota ini harus melalui penolakan yang muncul di awal, sidang demi sidang, dan rapat demi rapat.
Saya akui, dahulu Kota Batu memang selalu dikaitkan dengan Malang karena usianya masih muda dan belum terlalu terkenal. Jadi masih perlu dipertegas dengan entitas Malang yang menyertai. Namun, sekarang semua sudah berubah. Batu ya Batu, Malang ya Malang. Orang Batu sebaiknya dipanggil orang Batu, bukan orang Malang.
Orang Batu yang tidak suka dianggap sebagai orang Malang bukan berarti kita musuhan dengan Kota Malang atau Kabupaten Malang ya. Hubungan kami baik-baik saja, kok. Kami bahkan bersinergi satu sama lain dalam berbagai macam bidang, mulai dari diplomasi hingga industri kreatif. Kami cukup kompak, kok. Bahkan di tahun 2018, Walikota Batu Eddy Rumpoko, Walikota Malang Mochamad Anton, dan Bupati Malang Rendra Kresna ditangkap KPK dalam kurun waktu yang berdekatan. Kompak, kan?
Intinya begini, kalau ada orang yang menyebut orang Batu sebagai orang Malang karena tidak tahu, saya masih bisa memaklumi. Tapi, kalau ada orang yang sudah dikasih tahu, eh masih aja ngotot menyebut orang Batu sebagai orang Malang, ya kebangetan bebalnya. Mungkin kepalanya perlu dilempar dengan pentol besar. Sudah, ya, jangan ada perdebatan dan polemik macam ini lagi. Sudah selesai. Saya sebagai warga Batu capek menjelaskan terus.
Penulis: Iqbal AR
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Bumiaji Kota Batu Memang Nyaman Dijadikan Tempat Tinggal, Asal Bisa Berdamai dengan Sisi Gelapnya
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.