Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Berbagi Memang Indah, tapi kalau Nggak Bisa Kirim Hampers dan Bagi-bagi THR Lebaran ya Nggak Apa-apa

Dyan Arfiana Ayu Puspita oleh Dyan Arfiana Ayu Puspita
13 Maret 2025
A A
Berbagi Memang Indah, tapi kalau Nggak Bisa Kirim Hampers dan Bagi-bagi THR Lebaran ya Nggak Apa-apa

Berbagi Memang Indah, tapi kalau Nggak Bisa Kirim Hampers dan Bagi-bagi THR Lebaran ya Nggak Apa-apa (unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Berbagi itu memang indah, tapi kalau memang kondisinya nggak memungkinkan, nggak mengirim hampers atau THR Lebaran nggak masalah, kok.

Akhir-akhir ini, saya sering melihat promo hampers Lebaran berseliweran di Instagram. Mulai dari hampers berupa makanan ringan hingga hampers yang berisikan alat-alat kebutuhan rumah tangga. Semua tampak lucu. Semua tampak menarik.

Maraknya iklan hampers tadi bukannya tanpa alasan. Semua itu terjadi karena momen Lebaran yang sudah di depan mata. Ya nggak di depan mata banget sih sebetulnya. Tapi kalau soal beli hampers ini, sering kali sudah ada dalam pikiran sejak dini. Duitnya mungkin belum ada, tapi minimal sudah kepikiran dulu, bahkan sebelum puasa dimulai.

Entah siapa yang memulai tradisi kirim-kiriman hampers saat Lebaran. Yang jelas, budaya ini sudah kadung melekat bersama dengan budaya lain saat Lebaran, yaitu bagi-bagi THR. Permasalahannya adalah masih relevankah berkirim hampers dan THR Lebaran di saat-saat seperti ini? Atau, haruskah kita mulai menormalisasi hari raya tanpa hampers dan THR?

Tren hampers saat Lebaran

Di beberapa daerah, memberi hampers di Hari Raya mungkin tidak familier. Meskipun demikian, ada yang namanya parsel, ater-ater, bingkisan, tentengan, munjung, dll, yang intinya sama saja, yaitu tradisi memberi sesuatu kepada orang lain. Biasanya sih kepada keluarga atau kerabat. Biasanya lagi, hampers diberikan oleh yang lebih muda ke yang lebih tua.

Untuk pelaku usaha dengan banyak mitra, hampers Lebaran ini biasanya dijadikan sebagai simbol ikatan hubungan kerja. Sedangkan dalam hubungan kekerabatan, parsel lebaran dianggap sebagai suatu kelaziman. Lazimnya bertamu ke yang lebih tua ya minimal bawa gula teh. Saru kalau cuma lenggang tangan. Yah, semacam etika atau peraturan tidak tertulis pasal bertamu, lah.

Akhirnya, membawa bingkisan saat bertamu ke rumah saudara jadi seperti kewajiban. Coba saja kalau nggak bawa. Pasti ada saja yang nyinyir. Dibilang pelit, nggak sopan, dsb. Tidak lupa sambil bawa-bawa kalimat “momen setahun sekali”.

THR jadi hal yang dinanti saat Lebaran

THR pun demikian. Ini konteks THR berupa duit yang dibagikan ke bocil-bocil lho, ya, bukan THR dari perusahaan kepada karyawan. Kalau itu sih harga mati.

Baca Juga:

Stop Kirim Makanan, Ini 4 Ide Hampers Natal yang Nggak Mainstream dan Berguna

Bukan karena Rasanya Enak, Biskuit Khong Guan Dibeli karena Bisa Memberi Status Sosial

Jika bingkisan diberikan oleh yang lebih muda kepada kerabat yang lebih tua, THR berbeda. THR diberikan oleh siapa pun yang sudah bekerja kepada orang tua, simbah, adik sepupu, keponakan, anak tetangga, anaknya temen… yang kalau disingkat dalam satu kata jadi: semua orang! Seolah, semua orang tiba-tiba berhak atas THR-mu!

Tak heran jika bagi-bagi THR jadi momen yang dinantikan saat Lebaran. Bahkan sudah mulai bermunculan nih WA dari saudara yang minta THR. Mungkin si pengirim pesan hanya bermaksud basa-basi. Tapi di antara sekian banyak basa-basi, kenapa harus duit lagi, duit lagi?

Cari setahun untuk sehari

Perasaan wajib membagikan hampers dan THR Lebaran inilah yang kemudian membuat pengeluaran jadi membengkak. Terutama bagi mereka yang sudah berkeluarga. Pasalnya, pengeluarannya harus dikalikan dua. Apalagi jika keduanya sama-sama dari keluarga besar, anak paling terakhir pula. Hmmm.

Mereka yang saldo ATM-nya turah-turah jelas tidak akan kewalahan. Namun, bagaimana dengan mereka yang hidupnya hanya berjalan dari napas ke napas? Padahal tidak semua orang dapat THR yang layak dari tempat mereka bekerja. Masih banyak pula karyawan yang tidak dapat THR. Termasuk mereka yang statusnya pedagang kecil-kecilan ataupun buruh. THR dari siapa yang harus mereka harapkan agar bisa menambal kebutuhan Lebaran?

Memang sih beberapa orang menyiasati besarnya pengeluaran saat Lebaran dengan cara menabung sejak setahun sebelumnya. Tujuannya supaya bisa brol-brol di Hari Raya tahun berikutnya. Perkara setelah Lebaran dompet kembali fitri, itu urusan belakangan. Kondisinya persis dengan guyonan “luruh setahun nggo sedina” yang artinya mencari (uang) setahun untuk (dihabiskan dalam waktu) sehari.

Masihkah relevan bagi-bagi hampers dan THR Lebaran?

Dengan kondisi perekonomian saat ini yang sedang tidak baik-baik saja, rasa-rasanya budaya kirim hampers dan bagi THR Lebaran ini pasti akan semakin memberatkan.

Masih segar dalam ingatan betapa banyak orang yang jadi korban PHK di awal tahun. Mereka di-PHK justru menjelang puasa. Kasus PHK di PT Sritex Sukoharjo, yang beberapa waktu lalu viral, hanya satu contoh nyata. Sebelumnya ada PT Primayuda Boyolali, PT Sinar Pantja Djadja Semarang, PT Bitratex Semarang, dll. Menyusul selanjutnya ada PT Yamaha Music Product Asia yang akan tutup produksi di akhir Maret dan PT Sanken Indonesia pada bulan Juni.

Ya, Tuhan. Kuat-kuat ya kalian.

Belum kalau bicara soal harga-harga yang semakin melonjak. Maka tidak berlebihan rasanya jika kita mulai untuk menormalisasi tidak kirim hampers dan THR Lebaran. Ingat, setelah Hari Raya ada Tahun Ajaran Baru. Uang pangkal sekolah anak sudah menunggu untuk dibayarkan.

Makna Hari Raya yang sesungguhnya

Bagi mereka yang terbiasa mengirim hampers dan bagi THR Lebaran, nggak papa banget kalian libur dulu tahun ini. Tidak perlu merasa bersalah, kalian bukan penjahat dalam kisah hidup kalian. Kalian hanya sedang mencoba untuk bertahan dari segala ketidakpastian.

Begitu pun yang terbiasa mendapat hampers ataupun THR.

Om, tante, bulik, pakde, dan bude, daripada nyinyirin seseorang pelit gara-gara nggak ngasih THR, doakan saja supaya rezeki mereka lancar. Jadi di tahun berikutnya mereka bisa kembali lagi berbagi rezeki. Jangan sampai ada rindu seorang anak yang terpenjara, menahan diri untuk tidak pulang kampung ke rumah orang tua, karena tak tahan dengan nyinyiran kalian!

Lagi pula, bukankah Lebaran itu tentang kebersamaan, rasa syukur, dan saling memaafkan? Jadi sejak kapan Lebaran jadi ajang untuk memenuhi ekspektasi orang lain?

Saya setuju bahwa berbagi itu indah. Setuju sekali malahan. Namun ketika pelaksanaanya harus dipaksakan, hingga mengorbankan hal yang lebih mendasar, maaf, sudah keluar jalur. Itu bukan berbagi, itu gengsi namanya.

Penulis: Dyan Arfiana Ayu Puspita
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Bagi-bagi Hampers Lebaran Bukan Budaya Kami. Budaya Kami Adalah Bagi-bagi Munjung.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 13 Maret 2025 oleh

Tags: hampershampers lebaranLebaranTHR
Dyan Arfiana Ayu Puspita

Dyan Arfiana Ayu Puspita

Alumnus Universitas Terbuka yang bekerja sebagai guru SMK di Tegal. Menulis, teater, dan public speaking adalah dunianya.

ArtikelTerkait

lebih baik setelah idul fitri

Akankah Kita Menjadi Lebih Baik Setelah Lebaran?

5 Juni 2019
Lebaran Tahun Ini: Meski Raga Tak Bersama, Silaturahmi Tetap Harus Terjaga Berlutut dan Pakai Bahasa Jawa Kromo Adalah The Real Sungkeman saat Lebaran Selain Hati, Alam Juga Harus Kembali Fitrah di Hari yang Fitri Nanti Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu Mengenang Keseruan Silaturahmi Lebaran demi Mendapat Selembar Uang Baru Pasta Gigi Siwak: Antara Sunnah Nabi Atau Komoditas Agama (Lagi) Dilema Perempuan Ketika Menentukan Target Khataman Alquran di Bulan Ramadan Suka Duka Menjalani Ramadan Tersepi yang Jatuh di Tahun Ini Melewati Ramadan dengan Jadi Anak Satu-satunya di Rumah Saat Pandemi Memang Berat Belajar Gaya Hidup Eco-Ramadan dan Menghitung Pengeluaran yang Dibutuhkan Anak-anak yang Rame di Masjid Saat Tarawih Itu Nggak Nakal, Cuma Lagi Perform Aja Fenomena Pindah-pindah Masjid Saat Buka Puasa dan Salat Tarawih Berjamaah 5 Aktivitas yang Bisa Jadi Ramadan Goals Kamu (Selain Tidur) Nanti Kita Cerita tentang Pesantren Kilat Hari Ini Sejak Kapan sih Istilah Ngabuburit Jadi Tren Ketika Ramadan? Kata Siapa Nggak Ada Pasar Ramadan Tahun Ini? Buat yang Ngotot Tarawih Rame-rame di Masjid, Apa Susahnya sih Salat di Rumah? Hukum Prank dalam Islam Sudah Sering Dijelaskan, Mungkin Mereka Lupa Buat Apa Sahur on the Road kalau Malah Nyusahin Orang? Bagi-bagi Takjil tapi Minim Plastik? Bisa Banget, kok! Nikah di Usia 12 Tahun demi Cegah Zina Itu Ramashok! Mending Puasa Aja! Mengenang Kembali Teror Komik Siksa Neraka yang Bikin Trauma Keluh Kesah Siklus Menstruasi “Buka Tutup” Ketika Ramadan Angsle: Menu Takjil yang Nggak Kalah Enak dari Kolak Nanjak Ambeng: Tradisi Buka Bersama ala Desa Pesisir Utara Lamongan

Starter Pack Kue dan Jajanan saat Lebaran di Meja Tamu

20 Mei 2020
Alasan Makan Bakso Menggoda Sekaligus Dicari Saat Lebaran terminal mojok.co

Alasan Makan Bakso Menggoda Sekaligus Dicari Saat Lebaran

16 Mei 2021
Nggak Ada yang Salah Pakai Baju Lebaran Itu-itu Aja

Nggak Ada yang Salah Pakai Baju Lebaran Itu-itu Aja

22 April 2023
Kasta Biskuit dalam Sekaleng Khong Guan: Mana yang Kamu Makan Duluan? terminal mojok.co

Kasta Biskuit dalam Sekaleng Khong Guan: Mana yang Kamu Makan Duluan?

20 April 2021
Nasib Guru Honorer Menjelang Idulfitri: THR Nggak Turun, Upah Bulan Lalu Nanti Dulu orang tua guru korea

Nasib Guru Honorer Menjelang Idulfitri: THR Nggak Turun, Upah Bulan Lalu Nanti Dulu

19 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

Situbondo, Bondowoso, dan Jember, Tetangga Banyuwangi yang Berisik Nggak Pantas Diberi Respek

25 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.