Bagi orang desa dapat munjung lebih menarik daripada dapat hampers Lebaran.
Akhir-akhir ini berseliweran di FYP orang-orang dengan penuh semangat unboxing hampers dan parcel. Maklum saja, menjelang Lebaran orang-orang zaman sekarang memang senang berkirim hampers dan parcel. Isinya beragam, mulai dari makanan ringan, barang elektronik, hingga alat salat.
Akan tetapi, budaya itu hanya ada di perkotaan. Di tempat tinggal saya di desa, nggak ada ceritanya unboxing hampers dan parcel dari kantor atau teman. Adanya munjung atau ater-ater.
Munjung merupakan kegiatan memberikan makanan kepada tetangga atau saudara. Varian makanannya pun beragam, ketupat opor, tahu campur. Terkadang mereka juga memberi bahan yang belum diolah misal ayam atau daging sapi.
Bagi masyarakat desa seperti saya, munjung atau ater-ater lebih menyenangkan daripada bertukar hampers. Nggak perlu repot-repot packing. Makanan dimasukan dalam rantang saja sudah beres.
Daftar Isi
Munjung nggak hanya di hari Lebaran
Munjung atau ater-ater tidak hanya dilakukan ketika Lebaran. Tidak seperti hampers yang biasa dikirimkan ketika Lebaran atau hari raya lain. Budaya munjung yang sudah lama ada di Jawa ini juga berlangsung ketika tetangga atau saudara ada hajatan. Saya rasa ini menjadi salah satu keunggulan munjung daripada hampers yang populer ketika hari raya.
Menariknya, munjung atau ater-ater ini diberikan ketika acara belum dimulai. Misalnya, Lebaran berlangsung hari ini, maka ater-ater diberikan kemarin sore. Oleh karena itu, walaupun berupa makanan matang, makanan yang diberikan juga masih tergolong layak dan bukan makanan sisa.
Berbeda dengan hampers, munjung identik dengan nasi dan lauk pauknya
Biasanya munjung ditaruh dalam sebuah rantang atau besek. Susunan makanannya juga ada ciri khas tersendiri. Di paling bawah ada nasi, nasinya juga bukan cuma untuk satu orang, tapi untuk porsi banyak. Biasanya cukup untuk empat orang anggota keluarga.
Kemudian, di atas nasi tadi baru diberi selembar kertas minyak atau daun singkong. Lembaran ini ditaruh berbagai lauk. Mulai dari sambal goreng, ayam goreng, daging sapi, telur, dan tahu. Lebih enak dan mengenyangkan kan? Si penerima munjung pun nggak perlu memasak karena makanan sudah tersedia dan tinggal hap!
Semakin dekat hubungan, biasanya isi munjung semakin banyak
Uniknya, munjung ini juga erat dengan sistem kekerabatan. Semakin dekat hubungan yang terjalin, semakin banyak pula isian makanannya, baik dari sisi porsi maupun jenis. Misalnya untuk tetangga ayam gorengnya hanya dua, sementara untuk saudara dekat ayam gorengnya ada 4 potong. Menarik kan?
Nggak cuma itu, kadang dari segi wadah pun berbeda. Kalau yang tetangga ya diberi wadah plastik sekali pakai. Kalau saudara atau kerabat dekat kadang ditaruh dalam besek yang super estetik
Munjung nggak perlu di-Instagram Story seperti hampers Lebaran
Setiap orang yang memberi ater-ater biasanya nggak meminta diberi ganti makanan. Dengan kata lain, ater-ater dilakukan dengan ikhlas dan tulus berbagai untuk tetangga dan saudara. Harapannya, munjung bisa mempererat persaudaraan dan kerukunan. Itu mengapa pengirim nggak ada yang sakit hati kalau penerimanya tidak membalas hantaran atau tidak mengunggah munjung di Instagram Story.
Itulah budaya kami orang dewasa. Kami nggak kenal saling bertukar hampers atau parcel lalu mengunggahnya dalam Instagram Story. Kami hanya mengenal munjung secara tulus. Selain mempererat persaudaraan, tradisi ini juga membantu meringankan beban saudara atau tetangga. Mereka nggak perlu memasak sebab makanan munjung dijamin enak dan isiannya lengkap. Kalau di tempat kalian, ada budaya seperti ini tidak?
Penulis: Wulan Maulina
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.