Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Merindu Ramadan di Kampung Halaman

Arif Fadil oleh Arif Fadil
26 Mei 2019
A A
ramadan di kampung halaman

ramadan di kampung halaman

Share on FacebookShare on Twitter

Ramadan adalah bulan yang amat dinantikan oleh seluruh umat Islam di penjuru dunia. Suka cita tersebar ke mana-mana. Di bulan ini orang-orang muslim akan berbondong-bondong berbuat kebaikan—misalnya tadarus, mengaji, berbagi makanan, berbagi kasih sayang ke sesama. Pada bulan ini (seharusnya) tak ada orang muslim yang bertindak seperti setan.

Tak terkecuali para mahasiswa rantau. Sebagai keluarga dari mahasiswa rantau tentunya saya benar-benar merasakan betapa indahnya bulan ini. Saya tidak perlu bingung-bingung mencari makanan untuk berbuka puasa. Setiap masjid di tempat saya selalu menyediakan menu untuk berbuka puasa—meskipun hanya sekedar tiga biji kurma dan satu gelas air mineral. Bagi saya dan mungkin kami mahasiswa rantau lainnya, menu ini sudah amat membantu keberlangsungan hidup selama bulan Ramadan.
Suasana yang demikian tentu adalah sebuah anugerah. Namun oh namun, tak ada gading yang tak retak. Selama saya berada di kota perantauan ini saya tetap merasakan ada sesuatu hal yang kurang. Wajar—saya lahir di suatu dukuh di kota seberang yang secara kultur sangat berbeda dengan daerah saya merantau ini—meskipun daerah saya merantau dan kampung halaman saya masih satu provinsi.
Memang ada istilah desa mawa cara, negara mawa tata. Tapi tetap saja saya selau merindukan suasana Ramadan di kampung saya dilahirkan. Setidaknya ada beberapa hal yang menurut saya selalu saya rindukan dari Ramadan di kampung halaman. Berikut ini di antaranya:
1. Darus
Selama saya di perantauan. Saya selalu peka terhadap orang yang sedang mengaji di masjid—istilahnya di daerah asal saya darus. Selama saya di kota perantauan, suara orang darus yang terpancar dari pengeras suara masjid hanya berlangsung selama beberapa jam pasca salat Tarawih. Biasanya mulai pukul setengah delapan sampai jam sembilan.

Hal ini sangat berbeda dengan di daerah saya. Minimal di surau-surau darus dimulai pukul delapan sampai pukul sebelas malam—itu masih minimal. Kadang ada masjid yang memulai darus pukul delapan malam sampai khatam dengan pengeras suara yang masih menyala. Kami tak pernah protes dengan hal demikian—malah semakin senang karena bisa mendengar lantunan ayat suci sepanjang hari.

2. Puluran
Puluran adalah berbagi makanan dengan mengantarkannya ke masjid setelah salat Tarawih. Biasannya makanan ini diberikan kepada orang-orang yang darus. Tetapi bukan berarti orang yang tidak darus dilarang untuk mengonsumsinya, malah faktanya makanan puluran seperti ini ludes dimakan oleh orang-orang gabut yang duduk-duduk di depan masjid atau surau—seperti saya ini contohnya.

Untuk jadwal puluran biasanya bergantian dari rumah ke rumah secara bergantian. Semua rumah yang masih masuk dalam zonasi surau atau masjid akan kebagian jatah untuk memberi makanan dan minuman. Lantas bagaimana bila ada orang yang tidak mau memberi puluran? Ah, sampai detik ini di kampung saya—khususnya di surau dekat rumah saya—tak pernah ada kejadian demikian. Paling banter adalah orang yang lupa jadwalnya memberi puluran. Bila sudah terjadi hal yang menggemparkan seperti ini, si fulan akan menggantinya esok hari.

3. Balapan darus
Bila di kota kita sering melihat kasus balapan liar yang melibatkan anak-anak yang belum punya SIM, bagi saya itu masih level mainstream dan masih enteng-entengan. Di kampung saya ada balapan yang anti-mainstream. Namanya balapan darus.
Entah siapa yang mencetuskan balapan jenis ini yang jelas saya pernah menemukan kasusnya selama beberapa kali. Saya masih ingat ketika dulu saya pit-pitan (bersepeda) kemudian singgah di suatu surau, lalu mendengar dua anak yang sedang darus dengan dua pengeras suara saling kejar mengejar juz dengan kecepatan cahaya. Saya ketika itu langsung gedek-gedek tertawa.

4. Kampung yang sepi
Ketika waktu salat Tarawih tiba, kampung kami tak lebih dari keheningan. Orang-orang berbondong-bondong menuju surau atau masjid. Bila ada orang yang tidak Tarawih, biasanya tidak akan berani keluar dari rumah sebelum salat Tarawih selesai. Tak akan ditemui orang-orang yang nongkrong atau nge-teh cantik ketika Tarawih sedang dilaksanakan. Bila ada mungkin sudah jadi gunjingan kelak pada hari raya.

5. Makanan rumah
Terakhir terdengar sangat klise, tapi ya ini yang membuat Ramadan di kampung saya sangat berbeda—makanan rumah. Meskipun di perantauan makan rendang sekalipun bagi saya amat tidak menarik. Saya malah lebih suka makan trancam buatan ibu saya yang tidak pernah bisa ditemukan di seluruh penjuru kota saya merantau. Bagi saya makanan rumah bukan hanya sekedar rasa tetapi adalah kehangatan keluarga di dalamnya.

Begitulah dan saya kira cukup sekian dari saya. Salam dari mahasiswa perantauan yang sudah pulang kampung. Bagi teman-teman yang belum pulang kampung—ingatlah bahwa kampung halaman menanti kalian. Pulanglah, Lurs~

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Kampung HalamanLebaranMahasiswa RantauRamadan
Arif Fadil

Arif Fadil

Penikmat Subuh.

ArtikelTerkait

Outfit Warga Bantul saat Menyambut Syawalan

Outfit Warga Bantul saat Menyambut Syawalan

26 Mei 2020
Betapa Sulitnya Mengajarkan Konsep Keberadaan Allah ke Balita Usia Dua Tahun MOJOK.CO

Betapa Sulitnya Mengajarkan Konsep Keberadaan Allah ke Balita Usia Dua Tahun

11 Agustus 2020
5 Barang yang Sebaiknya Jangan Dijadikan Hampers Lebaran Mojok.co

5 Barang yang Sebaiknya Jangan Dijadikan Hampers Lebaran

19 Maret 2025
Ceramah K.H. Anwar Zahid: Memaknai Kembali Idulfitri agar Tak Dirayakan secara Berlebihan

Ceramah K.H. Anwar Zahid: Memaknai Kembali Idulfitri agar Tak Dirayakan secara Berlebihan

20 April 2023
lebaran tim cebong dan tim kampret

Lebaran adalah Momentum Damai Tim Cebong dan Tim Kampret

7 Juni 2019
Kisah Penjual Bakpao di Temanggung yang Tetap Merana meski Berganti Dagangan di Bulan Puasa

Kisah Penjual Bakpao di Temanggung yang Tetap Merana meski Berganti Dagangan di Bulan Puasa

30 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
pancasila dalam hidup saya

Pancasila Dalam Hidup Saya

3 Ciri Giveaway Abal-abal yang Bikin Orang Tertipu terminal mojok.co

Maha Benar Netizen dengan Segala Ke-Jancuk-annya

kawan menjadi lawan

Kawan yang Kini Merasa Menjadi Lawan, Kembalilah Seperti Dulu

Terpopuler Sepekan

Getuk Goreng Sokaraja, Bukti bahwa Makanan Khas Banyumas Tak Perlu Kreatif untuk Melegenda

Getuk Goreng Sokaraja, Bukti bahwa Makanan Khas Banyumas Tak Perlu Kreatif untuk Melegenda

16 Juni 2025
Jangan Terlalu Bangga Bisa Masuk PTN Top karena yang Penting Perjuangan Lulus dari Sana dan Nggak Berhenti di Tengah Jalan

Jangan Terlalu Bangga Bisa Masuk PTN Top karena yang Penting Perjuangan Lulus dari Sana dan Nggak Berhenti di Tengah Jalan

19 Juni 2025
Truk Kelebihan Muatan Memang Menyebalkan, dan Sayangnya Kita Dipaksa Memakluminya truk odol

Benang Kusut Truk ODOL: Kebiasaan Buruk yang Dinormalisasi Bertahun-tahun, Akhirnya Jadi Bumerang, dan Semua Jadi Korban

22 Juni 2025
Salah Kaprah Soal Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB): Dituduh Klenik Sampai Diplesetin Jadi Fakultas Ilmu Berpesta mahasiswa FIB

Mahasiswa FIB Memang Terlihat Santai, tapi Bukan Berarti Mereka Manusia Tak Berguna dan Pantas Dicap Tak Punya Masa Depan

18 Juni 2025
Jalan Terjal Jadi MUA: Harus Serba Bisa, Kursus Jutaan Rupiah Nggak Cukup Mojok.co

Jalan Terjal Jadi MUA: Harus Serba Bisa, Kursus Jutaan Rupiah Nggak Cukup

19 Juni 2025
Jangan Pernah Terjebak Lampu Merah di Rawamangun, Bisa-bisa Berangkat Masih SD, Pulang-pulang Sudah Sarjana

Jangan Pernah Terjebak Lampu Merah di Rawamangun, Bisa-bisa Berangkat Masih SD, Pulang-pulang Sudah Sarjana

21 Juni 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=jxGwBYZnCJg

DARI MOJOK

  • Bapak Ojol Pinjam Sepatu Bola ke Tetangga demi Anak Ikut Sepak Bola Putri di Jogja
  • Coach Timo Scheunemann: Jangan Buat Anak-anak Trauma dengan Sepak Bola!
  • Akhirnya Saya Tahu Alasan Orang Beli Sepeda Mahal Sampai Ratusan Juta: Gagal Finish, tetapi Setidaknya Gagal Secara Nyaman dan Bermartabat
  • Haru dan Dramatis Sepak Bola Putri di Lapangan Tridadi: Tubuh-tubuh Mungil Tumbangkan Lawan Lebih Besar
  • Tersesat di ISI Surakarta dan Menjadi Dosen yang Gegar Intelektual tapi Kini Menikmati dan Jatuh Cinta kepada Solo
  • Sarjana Gaji Kecil Ngaku Bergaji Rp10 Juta buat Pamer ke Tetangga, Berujung Jadi Tempat Ngutang padahal Tak Punya Uang

AmsiNews

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.