“Ini mobil hybrid, ya? Kan masih menggunakan listrik dan bensin?” tanya teman saya kepada salesman Nissan saat ditemukan nongkrong di warung kopi depan bengkel saya bekerja.
Entah kenapa, salesman itu sering sekali parkir di situ. Mungkin sekadar ingin ketemu dengan penjaga warung kopi di depan, atau sekadar nampang di area bengkel tempat saya bekerja yang setiap hari ramai pelanggan.
Secara logika saya bukan target pasar salesman tersebut, tapi area bengkel yang ramai, luas serta adem dinaungi pohon yang rindang mungkin menjadi lokasi yang enak untuk mengenalkan produknya. Tentu dengan diselingi nyeruput kopi, penjelasan salesman tersebut akan mudah diterima oleh calon pembeli.
Meski bukan target pasar, bukan berarti saya tidak diperkenankan untuk mencoba mobil baru tersebut, dong. Apalagi saya kenal baik dengan salesman tersebut. Bahkan saya menganggap blio ini kakak saya sendiri, ya karena blio sering main ke bengkel. Tapi, akhir-akhir ini blio jarang terlihat. Apakah karena blio lelah menawarkan produknya? Entahlah.
Padahal Nissan Kicks e-Power bukan produk murahan. Desain yang enak dipandang dan gagah itu saya pikir akan menarik perhatian, apalagi kombinasi warnanya oranye dan hitam. Mencerminkan performanya yang bertenaga dan gentle. Ditambah lagi matanya sipit-sipit gimana gitu, seakan menegaskan bahwa ini mobil yang berkelas.
Sangat disayangkan jika masyarakat salah paham dengan Nissan Kicks e-Power ini. Bagaimana tidak salah paham, mau disebut mobil listrik tapi masih menggunakan bensin. Mau disebut mobil bensin, tapi performanya mobil listrik. Tidak heran jika teman saya menyangka itu mobil hybrid karena Nissan Kicks e-Power masih mengombinasikan keduanya.
Tentu Nissan Kicks e-Power ini mobil listrik, hanya saja di tahun 2020 ini charging station masih kalah banyak dengan jumlah warung kopi, maka mobil ini dilengkapi dengan generator biar bisa self-charging. Begitu lah jawaban sederhananya.
Setelah dikabarkan akan meluncurkan Nissan Leaf di tahun 2020, ternyata Nissan malah lebih dulu meluncurkan Nissan Kicks e-Power. Tak mau kalah dengan masyarakat kita yang suka nge-prank, rupanya Nissan pun terjebak di dalam situasi itu. Mereka terpaksa dikabarkan melakukan prank, meski sebenarnya lebih rumit dari itu.
Saya pikir bukan karena mereka sengaja, tapi kondisi yang membuat mereka memutuskan untuk merilis Nissan Kicks e-Power terlebih dulu. Padahal sejak 2019 Nissan sudah memamerkan Nissan Leaf di Indonesia. Mereka juga meyakinkan Nissan Leaf akan hadir di indonesia tapi bukan tahun itu. Lalu muncul kabar bahwa ia akan diluncurkan di tahun 2020 tapi batal dan sekarang ada kabar lagi akan diluncurkan di tahun 2021. Wah kok maju mundur syantik seperti itu, ya?
Mungkin penjelasan saya ini akan sedikit menjawab pertanyaan tersebut. Seperti yang kita ketahui, sumber energi mobil listrik adalah listrik. Yang artinya listrik akan menjadi pengganti bahan bakar minyak. Sementara itu, jumlah stasiun pengisian listrik umum (SPLU) masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah SPBU.
Seandainya saya produsen mobil listrik, tentu saya akan memikirkan jumlah SPLU yang ada di negara tersebut sebelum memutuskan untuk merilis mobil listrik. Jika sumber energinya saja masih jarang, maka saya akan mengkhawatirkan mobil listrik yang saya produksi. Apakah dagangan saya akan laku kalau masyarakat masih kesulitan menemukan SPLU? Bukannya mendapatkan kemudahan di zaman yang serba cepat ini, eh malah bisa saja waktu mereka habis untuk mengisi daya listrik untuk kendaraannya.
Nah, tidak heran jika ternyata Nissan lebih memprioritaskan untuk meluncurkan Nissan Kicks e-Power. Dengan begitu, masyarakat akan tetap merasakan sensasi berkendara dengan mobil listrik tanpa perlu khawatir untuk mengisi listrik karena di mobil ini sudah dilengkapi dengan generator berupa mesin bensin tiga silinder. Waw, ini sangat solutif!
Memang ya orang Jepang sangat ambisius, tak terhentikan dan nggak menggantungkan nasib kepada pemerintah Indonesia. Buktinya ya Nissan Kicks e-Power ini; kekurangan charging station, generator pun jadi.
Nissan Kicks e-Power tentu tidak bisa dikatakan mobil hybrid karena tenaga yang dipakai untuk menggerakkan kendaraan sudah sepenuhnya dari motor listrik; akselerasi instan, suara halus, dan bisa dikendalikan dengan satu pedal.
Ketika pedal gas diinjak mobil bisa langsung lari kencang dan begitu pedal gas dilepas maka mobil akan berhenti seperti sedang direm. Ini karakter mobil listrik banget. Meski begitu, Nissan Kicks e-Power ini juga dilengkapi dengan pedal rem. Jadi kalau ragu dengan pengereman utama bisa pakai rem tambahannya. Baiklah!
Berdasarkan penggeraknya, mobil ini bisa dikatakan mobil listrik namun tidak bisa dikatakan mobil listrik karena masih menggunakan bensin. Bahkan masih bisa dihitung konsumsi bahan bakarnya mulai dari 18-21 km/liter. Lah terus ini sebenarnya mobil apa?
Jika mobil listrik dikatakan zero emission, Nissan Kicks e-Power ini masih ada emisi gas buang. Tentu jika dibandingkan dengan mobil yang tidak menggunakan bensin sama sekali, Nissan Kicks e-Power ini masih kurang ramah lingkungan dan tidak sejalan dengan tujuan dicanangkannya pembuatan mobil listrik yaitu untuk menciptakan kendaraan tanpa emisi.
Sebentar, sepertinya ada yang kurang tepat jika kita membicarakan pencemaran lingkungan. Jika kita mau lebih teliti lagi, pencemaran lingkungan pun bakal tetap terjadi jika pembangkit listrik di negara tersebut masih menggunakan batu bara meski mobil yang dikendarai berlabelkan zero emission. Iya dong?
Sehingga bisa dikatakan Nissan Kicks e-Power ini sangat lah cocok dengan negara Indonesia yang masih saja menggunakan batu bara untuk membangkitkan listrik. Dengan artian sama-sama menghasilkan emisi biar pun sangat sedikit.
Secara umum Nissan Kicks e-Power ini sangat canggih, cukup ramah lingkungan dan tak bermasalah dengan kondisi negara Indonesia saat ini. Malah saya pikir mobil ini lebih pantas beredar di Indonesia daripada Nissan Leaf yang sudah zero emission.
Meski begitu bukan berarti mobil ini tidak memiliki kelemahan, justru masalah akan datang dari arah yang tak terduga, seperti dari sudut pandang masyarakat. Tahu sendiri kan bacotnya netizen kan ganas-ganas. Saya saja nih, pernah menjadi korban jenis netizen yang sok tahu ini.
“Kirain punya mobil sendiri, tiap hari kok upload foto mobil mulu, eh ternyata cuma seorang montir. Duuuh!” Komentar blio nggak mau tahu dengan maksud postingan saya di Facebook.
Eh, Bambang! Mau itu mobil saya atau bukan, zaman sekarang mobil bekas itu harganya murah. Bahkan tukang sapu di Jakarta saja bisa beli mobil, walaupun dengan cara nyicil. Apalagi seorang montir, sudah dapat dipastikan sangat bisa.
Saya kira jenis netizen seperti itu banyak sekali tersebar di dunia ini. Dan saya bisa membayangkan bagaimana sulitnya menjelaskan kepada netizen awam yang sok tahu itu bahwa mobil canggih ini adalah mobil listrik. Malah bisa saja kita disangka berbohong demi gengsi, padahal ya memang Nissan Kicks e-Power sudah menggunakan motor listrik sepenuhnya untuk menghasilkan tenaga.
“Itu loh, ngakunya beli mobil listrik tapi di rumah nggak ada charging station, eh malah diam-diam mengantre beli bensin di perempatan Bintaro. Dasar keramik bengkel!” Mungkin begitu lah komentar pedas netizen yang sok tahu itu ketika saya membeli Nissan Kicks e-Power.
Padahal pihak Nissan sudah memberikan solusi yang sangat heroik dengan menambahkan generator untuk Nissan Kicks e-Power agar meminimalisir kesenjangan antara teknologi yang maju dan kesiapan negeri ini.
Yah sangat disayangkan jika solusi itu dianggap sebagai kelemahan bagi Nissan Kicks e-Power ini, dong?
BACA JUGA Sebenarnya Bahaya Nggak sih Flushing Oli Mesin Menggunakan Solar? dan tulisan Erwin Setiawan lainnya.