Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Musik

Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa

Khoirul Atfifudin oleh Khoirul Atfifudin
6 November 2022
A A
Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa

Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Persis pada 01 November 2022 lalu, Terminal Mojok menayangkan artikel dari Dessy Liestiyani yang berjudul Bisakah Kita Menikmati Musik Tanpa Peduli Pilihan Politik sang Musisi?. Dari artikel itu, penulis mencoba untuk membuka mindset kita semua sebagai penikmat musik supaya tidak terlalu mempermasalahkan ideologi politik dari sang musisi. Daripada sibuk mengulik afiliasi politiknya lebih baik mengulik ragam karyanya, kata Mbak Dessy. Dia juga memberikan dua contoh musisi itu yakni Iwan Fals dan Slank.

Melihat hal itu rasa-rasanya saya atau bisa dibilang kebanyakan dari kita memang masih belum bisa menerima kalo musisi-musisi itu condong ke politik tertentu. Apalagi memihak secara kentara. Jadi mohon maaf Mbak Dessy, agak usah untuk melakukan hal itu. Kenapa? Ya karena musisi-musisi yang Mbak Dessy sebutkan itu awalnya paling vokal untuk mengkritik pemerintah.

Kalo untuk Iwan Fals, terus terang saya masih kekurangan data apakah beliau condong ke politik tertentu. Tapi kalo Slank? Siapa sih yang ngak tahu kalo band kawakan asal Jakarta ini sudah jadi “band istana”. Sampai-sampai pada 2021 lalu, Abdi Negara Nurdin (gitaris Slank) diangkat sebagai komisaris Telkom. Cuma main gitar, lho, eh tahu-tahu komisaris, canda Kang Abdi.

Padahal band yang terbentuk pada 1983 silam ini kan dulunya paling vokal untuk mengkritik pemerintah sebelum rezim Jokowi. Lagu-lagunya pun waktu dulu bisa dibilang meledak-ledak, seperti lagu “Siapa yang Salah”, “Seperti Para Koruptor”, “Gosip Jalanan”, dan masih banyak lagi.

Lalu apakah Slank pernah gahar lagi semenjak condong ke rezim Jokowi? Saya kita tidak. Bahkan dulunya yang aktif mengkritik pemerintah, eh tahu-tahunya 2014 dan 2019 ikut meramaikan kampanye Jokowi. Konyol! Seharusnya lagu “Seperti Para Koruptor” itu cocok banget dinyanyikan di depan kader-kader PDIP karena…. ya tahu sendirilah partai apa yang kadernya banyak ditangkap KPK.

Oh ya, saya jadi inget juga soal KPK ini. Dulunya itu Slank paling kritis kalo ada apa-apa sama KPK. Sehingga bermunculan konser-konser dari Slank untuk menunjukan kepeduliannya kepada KPK. Tapi kalo sekarang? Jangankan sekarang, lha wong pas tajuk #ReformasiDikorupsi bergema di mana-mana saja mereka menghilang bagai ditelan bumi. Sampai banyak cuitan dari netizen yang kesal dengan Slank karena tidak segahar dulu.

“Kan lebih baik mengulik karyanya daripada sibuk mempertentangkan afiliasi politiknya.” Iya, saya tahu Mbak Dessy. Tapi hal itu saya pikir hanya berlaku buat musisi-musisi yang memang tidak pernah mengkritik pemerintah secara terang-terangan. Bukan band kayak Slank yang sudah jadi band istana yang membuat publik kesal. Sebab, bisa dibilang, nama mereka bisa besar karena publik suka dengan lagu-lagu kritikannya. Mungkin banyak juga diantara Slankers yang awalnya tahu atau suka Slank bukan dari lagu “Terlalu Manis”, tapi dari lagu “Gosip Jalanan” dan lagu kritik lainnya.

Lalu apakah saya benci Slank? Tentu tidak. Hanya aneh saja mendengarkan lagu-lagu Slank yang bernuasa kritik sementara band itu sudah tunduk pada rezim! Intinya saya dan mungkin sebagian besar publik sudah kehilangan kepercayaan kepada Slank. Dan bukankan kepercayaan yang telah dihancurkan itu akan selalu teringat? Bahkan saya pernah menemukan komentar satire dari Netizen yang menuliskan, “Lebih kangen Slank pasa masih zaman narkoba-narkobaan.”

Baca Juga:

5 Istilah di Jurusan Ilmu Politik yang Kerap Disalahpahami. Sepele sih, tapi Bikin Emosi

4 Salah Kaprah tentang Jurusan Ilmu Politik yang Sudah Terlanjur Dipercaya

Nah intinya, saya masih mengamini bahwa antara karya dengan musisi adalah satu paket. Tidak bisa dipisahkan. Jadi kalo musisinya bermasalahan, akan ada banyak orang yang tidak suka dengan lagu-lagunya. Contoh lain selain Slank ada Pamungkas. Di mana sebagian besar di antara kita mungkin jadi enek ketika mendengarkan lagu-lagunya karena dia pernah melakukan aksi “gesek-gesek” yang membuat publik kesal. Iya atau iya?

Jadi, agak nggak pas juga kita diminta memisahkan kreator dari karyanya. Ya sederhana saja: karya itu ya representasi dari diri mereka. 

Penulis: Khoirul Atfifudin
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kenapa Slank Dipaksa untuk Mengkritik Jokowi?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 November 2022 oleh

Tags: kritikPolitikrezimslank
Khoirul Atfifudin

Khoirul Atfifudin

Sedang memiliki ketertarikan pada musik dan dunia tulis-menulis.

ArtikelTerkait

kenapa UMP Jogja rendah titik kemacetan di jogja lockdown rekomendasi cilok di Jogja Sebenarnya Tidak Romantis Jika Kamu Cuma Punya Gaji UMR dawuh dalem sabda pandita ratu tugu jogja monarki mojok

Jogja, meski Monarki, Tetap Butuh dan Harus Dikritik

12 Februari 2021
5 Konteks Sosial Politik Korea Selatan di Squid Game yang Tak Kamu Sadari terminal mojok.co

5 Konteks Sosial Politik Korea Selatan di Squid Game yang Tak Kamu Sadari

26 Oktober 2021
Mengkritik Pemerintah Itu Mudah dan Banyak Manfaatnya

Kritik Harus Sopan Itu Aturan dari Mana?

17 Maret 2023
marjinal negri ngeri mojok

‘Negri Ngeri’ Adalah Gambaran Indonesia Saat Dihajar Pandemi

7 Juli 2021
Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan terminal mojok.co

Dalam Politik, Konsep Relawan Paslon Adalah Hal yang Paling Menjengkelkan

27 November 2020
hal mistis

Sebagian Orang Indonesia yang Seringkali Mengaitkan Segala Sesuatunya dengan Hal Mistis

7 Agustus 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Drama Puskesmas yang Membuat Pasien Curiga dan Trauma (Unsplash)

Pengalaman Saya Melihat Langsung Pasien yang Malah Curiga dan Trauma ketika Berobat ke Puskesmas

14 Desember 2025
Isuzu Panther, Mobil Paling Kuat di Indonesia, Contoh Nyata Otot Kawang Tulang Vibranium

Isuzu Panther, Raja Diesel yang Masih Dicari Sampai Sekarang

19 Desember 2025
UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

UNU Purwokerto, Kampus Swasta yang Sudah Berdiri Lumayan Lama, tapi Masih Nggak Terkenal

15 Desember 2025
Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

18 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang
  • Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas
  • UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar
  • Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi
  • Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik
  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.