Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Nggak Punya Guru Agama Waktu SD Bikin Saya Belajar Hidup Berdampingan

Dandi Hermawan oleh Dandi Hermawan
17 Februari 2021
A A
Rasanya Nggak Punya Guru Agama Waktu Sekolah Terminal Mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Setelah muncul berita viral tentang kewajiban memakai hijab bagi siswi di suatu daerah, saya teringat akan kenangan sekitar 16 tahun lalu, tepatnya waktu saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Ini bukan berarti dulu saya pernah dipaksa memakai hijab, ya. Hehehe.

Dulu, orang tua menganjurkan saya untuk bersekolah di tempat yang katanya eks inpres. Kalau dipikir-pikir, waktu itu saya belum bisa membedakan sekolah inpres atau yang bukan inpres, yang penting ngikut saja lah. Tapi, yang saya ingat kepala sekolahnya sangat akrab dengan ibu saya karena ternyata dua kakak saya sebelumnya juga tamatan dari situ. Jadi, sebagai anak bontot ya pasti sekolahnya ikut dinasti sebelumnya.

Sepulang dari pendaftaran murid baru, Ibu bilang pada saya bahwa sekolah itu dipilih lantaran mau menerima semua kalangan keluarga. Jadi, mau berasal dari keluarga kaya atau miskin tidak jadi masalah, bahkan tidak pakai sepatu pun tetap boleh sekolah. Dan satu lagi poin pentingnya adalah tidak membedakan murid karena agamanya. Beda sama sekolah sebelah katanya, sih. Ups!

Kalau diingat-ingat, sejak kelas 1 SD sampai kelas 2 SD saya adalah satu-satunya siswa yang beragama Kristen. Saat naik kelas 3 SD, ada dua murid pindahan yang sama-sama Kristen. Tapi, sampai kelas tiga kami tidak pernah dapat pelajaran agama Kristen. Waktu itu masih fine saja, sih.

Pernah suatu kali saat ujian akhir semester agama, ada soal dan jawabannya huruf Arab semua. Pusing banget dan saya tidak bisa bacanya, dong. Karena masih kelas 1 SD, salah satu model soalnya yaitu sebuah kalimat bacaan semacam doa hafalan, tapi di tengah-tengahnya ada bagian rumpang.

Guru saya mengawasi dengan membantu untuk membacakan tulisan Arabnya. Namun, secara tidak sengaja blio kebablasan baca dan malah menjawab bagian yang rumpang. Sontak saja teman saya yang lain jadi kegirangan. Lah, saya sendiri merasa biasa saja. Jelas dong ya, teman-teman saya belajar ngaji setiap sekolah sore, beda dengan saya yang tidak belajar ngaji di sekolah minggu. Hehehe, canda, Sayang~

Kejadian lain yang tak kalah menariknya adalah saya harus menghafalkan Surat Al-Fatihah dan Surat Al-Ashr. Setiap anak disuruh maju oleh guru agama dan wajib menghafalnya. Karena tuntutan semacam ini, saya harus beli buku Juz Amma. Masih utuh bukunya sampai sekarang. Kebetulan waktu itu saya bisa hafal dan lancar, bahkan jadi pembanding bagi teman-teman saya yang belum hafal dan lancar oleh guru agama. Menjelang akhir kelas agama, blio bilang, “Kamu itu bisa. Ayo, masuk Islam saja, nanti saya bimbing.”

Kalimat itu tidak pernah mengubah saya pindah haluan. Tak jarang, ada saja guyonan teman-teman meminta saya mengucapkan kalimat Syahadat. Tapi, tak ada perasaan yang membuat saya tersinggung, merasa dihina, dilecehkan, dan minder. Bayangkan, saat itu kami pun masih SD, jadi rasanya tidak mungkin menganggap hal-hal semacam itu sebagai sesuatu yang serius.

Baca Juga:

Ikhlas Tidak Harus Miskin: Ironi Kesejahteraan Guru Agama dan Lulusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Banyak Sekolah Dasar di Bangkalan Madura Jadi Tanah Sengketa, Bukti Bahwa Pemerintah Tak Bisa Kerja

Satu hal yang bikin saya sedih lantaran tidak punya guru agama dan ikut pelajaran agama yang seharusnya adalah nilai agama saya hanya sebatas nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Tapi, waktu menginjak kelas 4 SD hingga kelas 6 SD, ada perubahan signifikan. Soal ujian mulai diimpor dari dinas pendidikan sesuai agama masing-masing. Mulai dari situ, nilai agama dibuatkan oleh dinas pendidikan, khususnya guru agama Kristen yang membina se-kecamatan.

Saat masuk SMP dan SMA, sudah ada guru agama sendiri, namun masih belum punya ruang kelas. Alhasil biasanya kami ngemper di ruang Bimbingan Konseling (BK) atau perpustakaan. Jujur, dulu saya masih merasa fine-fine saja dan tidak iri dengan siswa lainnya. Hidup dalam keterbatasan sebagai minoritas tak pernah membuat saya merasa diperlakukan berbeda. Atau mungkin memang saya saja yang tidak terlalu ambil pusing.

Hebatnya, terkait keterbatasan guru agama, sekarang sistem penilaian di beberapa sekolah sudah mulai bekerja sama dengan gereja muridnya. Menurut saya ini adalah langkah yang tepat. Harapannya sudah tidak ada siswa yang merasakan nasib sama seperti saya pada waktu itu. “Jalan ada lagi. Berat. Kamu nggak akan kuat. Biar aku aja.” Ah, bisa ae~

Sebenarnya saya mendapatkan banyak hal dari semua pengalaman yang sudah saya lewati sejak sekolah hingga saat ini tentang hidup berdampingan dengan banyak orang. Saya mau katakan bahwa saya bersyukur bisa mengikuti pelajaran agama di luar keyakinan saya untuk menambah insight tentang bagaimana kita memandang satu sama lain. Yang selalu menjadi pegangan saya hingga saat ini adalah “semua agama itu baik, hanya saja cara kita beribadah yang berbeda.”

BACA JUGA Guru Non Muslim di Madrasah Ibtidaiyah Memang Sesuai Regulasi, tapi Ingat, Ini Indonesia!

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2021 oleh

Tags: guru agamaSekolah Dasar
Dandi Hermawan

Dandi Hermawan

Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Diponegoro. Instagram: @dandi_hr.

ArtikelTerkait

Menjadi Guru SD Negeri Tidak Pernah Mudah, apalagi di Kota Besar seperti Jakarta Mojok.co

Menjadi Guru SD Negeri Tidak Pernah Mudah, apalagi di Kota Besar seperti Jakarta

1 Desember 2023
Ikhlas Tidak Harus Miskin: Ironi Kesejahteraan Guru Agama dan Lulusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Ikhlas Tidak Harus Miskin: Ironi Kesejahteraan Guru Agama dan Lulusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

8 Mei 2025
Jadi Guru SD Sebenarnya Menyenangkan, Tugas di Luar Mengajarnya yang Bikin Stres

Jadi Guru SD Sebenarnya Menyenangkan, Tugas di Luar Mengajarnya yang Bikin Stres

1 Juni 2024
Istilah 'Sekolah Dihapus' Itu Nggak Lucu Justru Tamparan buat Pendidikan terminal mojok.co

Istilah ‘Sekolah Dihapus’ Itu Nggak Lucu Justru Tamparan buat Pendidikan

21 April 2021
Calistung (Membaca, Menulis, dan Berhitung)

Anak Haram itu Bernama Calistung (Membaca, Menulis, dan Berhitung)

15 Juni 2019
Banyak Sekolah Dasar di Bangkalan Madura Jadi Tanah Sengketa, Bukti Bahwa Pemerintah Tak Bisa Kerja

Banyak Sekolah Dasar di Bangkalan Madura Jadi Tanah Sengketa, Bukti Bahwa Pemerintah Tak Bisa Kerja

13 Desember 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.